Sukses

Simak 6 Informasi Salah Seputar Covid-19 Dalam Sepekan

Berikut informasi yang salah seputar Covid-19, hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta- Informasi seputar Covid-19 sangat dibutuhkan masyarakat, namun terkadang informasi yang beredar tidak benar bahkan cenderung menyesatkan.

Agar tidak salah mempercayai informasi yang tidak benar, kita harus jeli memilah informasi. Salah satu caranya, memastikan kebeneran informasi dari sumber yang kredibel.

Cek Fakta Liputan6.com pun telah menelusuri sejumlah informasi seputar Covid-19, untuk membantu masyarakat membedakan informasi yang salah dan benar.

Berikut informasi yang salah seputar Covid-19, hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com:

1. Petugas Berpakaian APD Ini Pisahkan Bayi dan Ibu Positif Covid-19

 

Hoaks petugas APD mengambil bayi dari ibu yang positi covid-19. (Facebook)

Sebuah foto yang menggunakan Bahasa Sinhala sedang viral di Facebook. Foto itu menggambarkan seorang petugas kesehatan berpakaian Alat Pelingdung Diri (APD) sedang menggendong bayi, sedangkan seorang wanita terlihat seperti sang ibu tengah menangis.

Beberapa netizen mengklaim foto bayi itu dipisahkan oleh petugas kesehatan berpakaian APD karena sang ibu terpapar virus corona covid-19. Kejadian itu disebutkan terjadi di Sri Langka.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim foto petugas berpakaian APD mengambil seorang bayi karena sang ibu terpapar virus corona Covid-19 di Sri Langka adalah salah karena keterangan foto tidak sesuai dengan aslinya.

Faktanya, kejadian itu terjadi di Myanmar. Sang ibu yang meminta bayi itu diambil petugas medis agar tidak tertular Covid-19. 

 

2. Buah Pepaya dan Kambing di Tanzania Positif Covid-19

Cek fakta buah pepaya dan kambing di Tanzania positif covid-19

Cek Fakta Liputan6.com menemukan unggahan sebuah foto yang mengklaim Presiden Tanzania, John Magufuli berhasil membuktikan kalau virus corona covid-19 cuma teori konspirasi.

Di dalam foto yang terpampang wajah John Magufuli ada narasi yang menyebut covid-19 hanya hoaks karena buah pepaya dan kambing juga bisa positif penyakit ini. Begini narasinya:

"Presiden Tanzania, John Magufuli, sengaja mengimpor test kit yang disediakan WHO untuk menguji keabsahan alat tersebut. Hasilnya, buah pepaya, kambing, hingga oli dinyatakan positif corona!"

Benarkah klaim Presiden Tanzania, John Magufuli menyebut covid-19 cuma teori konspirasi karena kambing dan buah pepaya bisa terpapar penyakit ini?

Klaim Presiden Tanzania, John Magufuli menyebut covid-19 cuma teori konspirasi karena kambing dan buah pepaya bisa terpapar penyakit ini bisa disimpulkan tidak terbukti.

Faktanya, mesin untuk menguji sampel covid-19 di Tanzania sudah rusak. Manajemen laboratorium kesehatan nasional yang bertempat di National Institute of Medical Research (NIMR) yang berkantor pusat di ibu kota komersial Dar es Salaam tidak memperbaiki mesin yang rusak.

 

3. RS Mengcovidkan Pasien dan Masker Beracun

Beredar video yang mengatasnamakan Yunus Wahyudi berbicara mengenai teori konspirasi virus corona atau Covid-19. Ia mengklaim bahwa rumah sakit (RS) sengaja mengcovidkan pasien dan memakai masker dapat mengakibatkan keracunan.

Video ini viral di Facebook, dalam video berdurasi 2 menit 36 detik itu, Yunus menuding RS kerap kali melabeli pasien yang meninggal dengan diagnosis Covid-19 untuk dijadikan lahan bisnis.

"Rumah sakit ini selalu mengeluarkan orang meninggal dibikin sakit Covid," ucap Yunus dalam video tersebut.

Selain itu Yunus juga mengklaim bahwa orang yang sehat tidak perlu pakai masker. Menurutnya, jika seseorang memakai masker justru akan menghirup racun yang berbahaya bagi tubuh.

"Yang sehat jangan pake masker, karena apa oksigen yang kita keluarkan ini adalah racun. Ketika kita hirup lagi akan jadi penyakit dalam diri kita," kata Yunus.

Benarkah rumah sakit mengcovidkan pasien dan memakai masker dapat membuat keracunan?

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim bahwa rumah sakit (RS) sengaja mengcovidkan pasien dan memakai masker dapat mengakibatkan keracunan ternyata tidak benar.

Dalam situasi pandemi, pihak RS akan melakukan penyelidikan epidemiologi termasuk memeriksa apakah pasien meninggal terkonfirmasi Covid-19 atau tidak.

Sementara Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Unhas, dr Arif Santoso SpP (K) PhD memastikan bahwa mengenakan masker dalam waktu lama tidak akan membuat keracunan CO2. Video klaim Yunus Wahyudi tidak didasari dengan fakta sebenarnya, konten tersebut masuk kategori palsu.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Informasi Salah Berikutnya

4.  5 Dokter Meninggal Dunia karena Covid-19 pada 18 November 2020

Kabar tentang lima dokter meninggal dunia akibat virus corona Covid-19 pada 18 November 2020 beredar di media sosial. Kabar ini tersebar lewat pesan berantai di aplikasi percakapan WhatsApp.

Beriktu isinya:

"*Breaking News*

Indonesia *berduka*

Telah berpulang :

1. Dr.Ananto Prasetya Hadi(Ka Humas RSCM).

2. Dr. Fuad Mahfuzd, Sp. THT.

3. Kol Ckm Dr. Sjahruddin, Sp. THT-KL .

4. Dr.Oki Alfian bin H.Alamsyah.

5. Dr.Dharma Widya ( Direktur RSUD Aceh Timur )

Dalam waktu 24 jam, Indonesia kehilangan 5 Dokter karena COVID-19.

Sungguh kehilangan besar bagi bangsa Indonesia.

Kementerian Kesehatan memperkirakan, akan terjadi *ledakan yg sangat luar biasa*.

*AGAR DIPERHATIKAN*PAKAI MASKER, JAGA JARAK, JAUHI KERUMUNAN, LEBIH BAIK DIRUMAH."

Semoga kita semua tetap sehat walafiat. Amin.

Benarkah lima dokter meninggal dunia akibat virus corona Covid-19 pada 18 November 2020? 

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, pesan berantai berisi lima dokter meninggal dunia akibat virus corona Covid-19 pada 18 November 2020 ternyata tidak benar.

Kasus tersebut bukan terjadi pada 18 November 2020, melainkan 13 September 2020. Konten tersebut masuk kategori missing context.

 

5. Vaksin Covid-19 Berbasis mRNA Bisa Rusak DNA Manusia

Beredar di media sosial postingan terkait penggunaan vaksin covid-19 berbasis mRNA bisa merusak DNA manusia. Postingan ini ramai dibagikan sejak awal bulan lalu.

Salah satu akun yang mengunggahnya adalah bernama @emeraldrobinson. Dia mempostingnya pada 3 November 2020. Selain itu postingan ini juga disebarkan oleh akun @lolabillinghamm dan @RitaMarkakis.

Berikut isi postingannya:

"Reminder: the Pfizer vaccine uses mRNA technology which has never been tested or approved before.

It tampers with your DNA. 75% of vaccine trial volunteers have experienced side effects. Beware."

atau dalam Bahasa Indonesia,

"Pengingat: vaksin Pfizer menggunakan teknologi mRNA yang belum pernah diuji atau disetujui sebelumnya.

Itu merusak DNA Anda. 75% relawan uji coba vaksin pernah mengalami efek samping. Hati-hati."

Benarkah vaksin covid-19 yang menggunakan teknologi mRNA bisa merusak DNA?

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, postingan yang mengklaim vaksin covid-19 yang berbasis mRNA bisa merusak DNA manusia adalah tidak benar atau salah.

 

6. Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 di Inggris Mencapai 99,9 Persen

Sejumlah postingan di media sosial sedang membandingkan efektivitas vaksin Covid-19, Prizer dengan tingkan pemulihan pasien covid-19 di Inggris. Klaim itu menyebut orang Inggris tidak perlu vaksin.

Begini narasi perbandingan vaksin Prizer dengan tingkat pemulihan pasien Covid-19 yang sedang beredar di Inggris:

"Vaksin Pfizer 90 persen efektif

Virus memiliki tingkat pemulihan 99,97 persen

Saya bukan seorang akuntan, tetapi saya yakin kita tidak membutuhkan suntikan ini sama sekali."

Lalu, benarkah klaim yang mengatakan persentase kepulihan pasien Covid-19 di Inggris sebesar 99,97 persen?

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim yang menyebut persentase kesembuhan pasien covid-19 di Inggris sebesar 99,97 persen bisa disimpulkan sebagai informasi yang salah karena tidak diperkuat dengan bukti.

Faktanya, orang Inggris yang dinyatakan telah pulih dari covid-19 belum tentu virusnya sudah mati. Sebanyak 45 persen orang yang dirawat di rumah sakit akibat penyakit ini membutuhkan bantuan medis berkelanjutan, meski dinyatakan telah pulih.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.