Sukses

Mengapa Masih Banyak Orang Percaya Virus Corona Cuma Hoaks?

Hingga saat ini, Jumat (25/9/2020), sudah ada 32,1 juta orang di dunia terinfeksi virus corona, 982 ribu di antaranya meninggal dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Sejak pertama kali ditemukan di Wuhan, China, Desember 2019, virus corona menjadi musuh dunia. Hingga saat ini, Jumat (25/9/2020), sudah ada 32,1 juta orang di dunia terinfeksi virus corona, 982 ribu di antaranya meninggal dunia.

Kendati sudah dinyatakan wabah berbahaya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masih banyak orang yang percaya kalau virus corona hoaks belaka. Salah satunya adalah Piers Corbyn, seorang fisikawan, peramal cuaca, sekaligus saudara kandung politikus Amerika Serikat (AS) Jeremy Corbyn.

"Semuanya hoaks. Ini bertujuan untuk memaksa pembentukan masyarakat baru seperti dikatakan oleh Forum Ekonomi Dunia. Masyarakat dunia yang ekstrim, fasis, dan kami menentang sepenuhnya," katanya, dikutip dari News Week.

Piers Corbyn malah dengan lantang menyebut covid-19 merupakan penyakit bualan. Bahkan, dia menantang pemerintah AS untuk memperlihatkan bukti virus corona valid.

"Klaim virus ini berbahaya hanya tipuan. Apakah virus ini memang nyata? Kami sudah menantang pemerintah untuk memperlihatkan buktinya, tapi mereka tidak bisa. Secara logis, kami dapat menyimpulkan kalau virus corona tidak ada," ujarnya menegaskan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi?

Seorang profesor ilmu politik di Universitas Miami, Dr. Joseph Uscinshki, Ph.D membeberkan alasan kepercayaan orang yang menganggap virus corona cuma hoaks.

"Pada titik tertentu, semua orang di dalam dirinya, cenderung melihat sebuah peristiwa dan keadaan sebagai produk konspirasi. Jika kita memiliki watak seperti ini, maka kita sangat percaya dengan adanya teori konspirasi. Umumnya, penjelasan itu bakal menuduh orang yang sudah tidak kita sukai."

Lebih lanjut, Joseph Uscinshki menyebut teori konspirasi sudah ada sejak zaman kuno. Dia menyebut orang-orang percaya teori konspirasi sejak zaman Romawi Kuno.

"Anda bisa menemukan bukti ini di zaman kuno, seperi Kaisar Nero yang mengatakan telah bersekongkol untuk membakar Roma pada 65 masehi. Namun, tidak ada bukti yang meyakinkan kalau Kaisar Nero sudah melakukan itu," ujarnya.

Sementara itu, Dr. Sally Hull, seorang GP akademik dari Queen Mary, Universitas London, mengatakan, orang yang percaya virus corona cuma hoaks baru peduli dengan keadaan sekitar bila keluarganya sudah terjangkit covid-19.

"Genom lengkap covid-19 sudah dipublikasikan. Saya sudah menemukan beberapa orang yang tidak percaya karena mereka belum melihatnya sendiri."

"Jika orang terdekat mereka sudah positif (covid-19), mereka baru menanggapi wabah ini secara serius. Selanjutnya, mereka merasa tidak mudah menerima kenyataan ini setelah melihat kerabat mereka sekarat atau di rawat di rumah sakit," ujar Dr. Sally.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini