Sukses

Cek Fakta: Hoaks 12 Makanan Dilarang Dikonsumsi Bersamaan karena Berbahaya bagi Kesehatan

Beredar kabar hoaks 12 makanan yang dilarang dikonsumsi bersamaan karena berbahaya bagi kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta - Klaim tentang 12 makanan yang dilarang dikonsumsi bersamaan beredar di media sosial. Klaim ini disebarkan akun Facebook Perawat Peduli pada 15 Juli 2019 lalu.

Akun Facebook Perawat Peduli mengunggah gambar 12 makanan yang dilarang dikonsumsi bersamaan karena dianggap berbahaya bagi kesehatan.

Pertama adalah larangan mengonsumsi susu kedelai dengan telur, kedua memakan daging dengan semangka. Ketiga menyantap udang dengan jus jeruk.

Keempat mengonsumsi kepiting dengan teh, kelima memakan sayur bayam dengan kedelai. Terakhir dilarang menyantap mi instan dengan coklat.

"Beberapa Makanan yang tidak dianjurkan dikonsumsi pada saat bersamaan," tulis akun Facebook Perawat Peduli.

Konten yang disebarkan akun Facebook Perawat Peduli telah 21 ribu kali dibagikan dan mendapat 66 komentar warganet.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim tentang 12 makanan yang dilarang dikonsumsi bersamaan. Penelusuran dilakukan dengan menghubungi Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB dan juga Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof, Dr Hardinsyah, MS.

"Aneh-aneh aja, buat senasi, hoax," kata Hardinsyah kepada Liputan6.com, Jumat (18/9/2020).

Liputan6.com juga menemukan beberapa artikel yang membantah klaim tidak boleh mengonsumsi telur dan susu bersamaan. Adalah artikel berjudul "Apa Benar Sarapan Telur Tak Boleh Dibarengi Minum Susu?" yang dimuat situs detik.com pada 27 November 2020.

Menurut alhi nutrisi, Mehar Rajput, "telur adalah sumber protein, asam amino dan lemak sehat sementara susu mengandung protein dan kalsium. Keduanya aman dikonsumsi dalam keadaan matang, artinya telur yang sudah dimasak, bukan telur mentah."

Lebih lanjut Rajput juga menjelaskan, telur mentah yang dikonsumsi sebagai menu sarapan dikhawatirkan akan menimbulkan infeksi bakteri, keracunan makanan hingga mengganggu penyerapan nutrisi. Inilah yang kemudian menjadi mitos yang berkembang kalau telur dan susu tak boleh dikonsumsi bersamaan.

Padahal kalau telurnya sudah diolah matang maka susu dan telur bisa jadi paduan sarapan komplet tinggi protein. Hal senada juga diungkapkan konsultan nutrisi Dr. Rupali Dutta yang mengatakan kalau susu dan olahan telur aman disantap kapanpun.

Selain itu, terdapat juga artikel yang membantah klaim meminum air jeruk setelah makan udang dapat keracunan arsenik. Adalah artikel berjudul "[HOAKS] Minum Jeruk Habis Makan Udang Bikin Keracunan Arsenik" yang dimuat situs kompas.com pada 3 April 2018 lalu.

Menurut Doktor Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 dan Nutrisionis Persagi, Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, minum jeruk sehabis menikmati udang tidak dilarang dalam dunia medis. Rita juga berkata bahwa efek keracunan seperti yang disangkakan masyarakat selama ini tidak ada.

Kekhawatiran masyarakat tentang keracunan tersebut didasari oleh adanya kandungan arsen di udang yang bercampur dengan vitamin C dari jeruk. Padahal, masyarakat perlu mengenali terlebih dulu jenis arsen yang menyebabkan keracunan. Terdapat dua jenis arsen.

Pertama adalah arsen organik yang biasa ditemukan dalam daging, sayuran, dan buah. Lalu, yang kedua adalah arsen anorganik yang terkandung dalam logam berat. Rita berkata bahwa sifat arsen pada udang adalah organik dengan nama arsenobetain.

"Arsen organik tidak bersifat toksik (beracun) karena tidak mudah diserap masuk ke sel dan juga mengalami metabolisme terbatas," ujarnya kepada Kompas.com pada Minggu (2/4/2018).

Kendati demikian, udang tetap mengandung arsen anorganik, walaupun dalam jumlah yang sangat kecil yakni kurang dari empat persen atau sekitar 0,5 mg. Itu pun biasanya ditemukan pada udang yang berasal dari perairan yang tercemar logam berat.

"Kandungan arsen anorganik pada udang pernah diteliti. Udang dari perairan tercemar, arsen anorganiknya hanya 0,2 mg untuk satu kilogram udang," imbuhnya.

Sementara itu, keracunan arsen terjadi jika mengonsumsi 70-200 mg arsen anorganik. Jumlah tersebut setara dengan konsumsi arsen 1 mg per kilogram berat badan setiap harinya.

Dengan demikian, arsen anorganik pada udang baru akan menimbulkan keracunan jika dikonsumsi lebih dari 100 kilogram dalam satu waktu. Ini jelas tidak mungkin, kata Rita. Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk tidak usah takut mengonsumsi udang dan minuman jeruk dalam waktu yang hampir bersamaan.

Menurut dia, kandungan arsen pada udang tidak berbahaya seperti yang dibayangkan. Sebab, jumlahnya sangat kecil. Bahkan, ada manfaat dari perpaduan makan udang dan minum jeruk secara bersamaan. Selain dikenal sebagai sumber protein yang kaya, udang juga mengandung zink dan kalsium pada kulitnya.

"Vitamin C dari jeruk akan meningkatkan proses penyerapan zink dan kalsium dari kulit udang ke tubuh," jelasnya.

Ada juga artikel yang membantah klaim memakan kepiting dan minum teh bersamaan bisa berbahaya bagi pencernaan. Adalah artikel berjudul "Makan Kepiting dan Minum Teh Berbahaya bagi Lambung?" yang dimuat situs Liputan6.com pada 14 Agustus 2019.

Health Liputan6.com menghubungi pakar nutrisi dokter Tan Shot Yen untuk mengonfirmasi tentang pernyataan tersebut. Menurutnya, hal itu tidaklah benar.

"Duh ngaco abis," ujarnya saat dihubungi lewat pesan singkat. Dia mengatakan, penggunaan kalimat "cairan lambung dicerna teh" tidak dapat diterima nalar.

"Bahasa ini saja aku gak mudheng sama sekali, hahaha ngakak deh," tambahnya mengomentari tentang 'cairan lambung yang dicerna teh.'

Selain itu, Tan juga mempertanyakan istilah 'asimilasi' yang digunakan dalam info yang beredar itu.

Tan meminta agar masyarakat lebih waspada dalam memilih berita kesehatan. Pertama adalah dengan melihat tautan asli dari info tersebut. Semisal ada, periksa juga kebenaran tautannya apakah berasal dari institusi resmi, blog pribadi, atau artikel di media daring yang tetap perlu diverifikasi kebenarannya.

"Bedakan antara ilmu kesehatan atau kedokteran dengan evidence based science dan urusan alternatif yang biasanya sarat testimoni dan tips-tips ajaib," ujarnya.

Artikel lainnya yang membantah klaim tersebut berjudul "Hoax atau Fakta? Makan Tempe dan Bayam Bersamaan Bisa Mengendap di Tubuh" yang dimuat situs detik.com pada 28 November 2019 lalu.

Unggahan di media sosial Facebook menyatakan tempe sebaiknya tidak dimakan bersamaan dengan bayam. Kandungan dalam bayam dan tempe dikatakan meninggalkan endapan yang tidak larut dalam tubuh.

Menanggapi unggahan tersebut, dokter ahli gizi klinik dr Tirta Prawita Sari, SpGK, MSc, mengatakan informasi tersebut tidak benar. Bayam bisa dikonsumsi dengan tempe yang diolah menjadi berbagai hidangan.

"Nggak sampai seperti itu ya. Makanan tidak hanya mengandung satu substansi itu saja. Asal konsumsi secukupnya maka tidak ada masalah," kata dr Tirta yang praktik di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) saat dihubungi detikcom, Kamis (28/11/2019).

Terakhir, klaim tentang memakan mi instan dengan coklat ternyata juga tidak benar. Informasi ini dikutip dari artikel berjudul "Makan Cokelat setelah Mi Bisa Jadi Racun Mematikan, Benarkah?" yang dimuat situs detik.com pada 22 Juni 2018 lalu.

Broadcast soal bahaya memakan cokelat usai mengonsumsi mi masih banyak beredar. Belum lagi, bahasa yang digunakan saat menyampaikan informasi tersebut dibuat dengan bahasa yang terlihat sangat 'ilmiah' dan meyakinkan. Pesan pun semakin mencemaskan karena seorang wanita diklaim menjadi korban dari hal itu.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Kamis, (21/6/2018), telah membeberkan bahwa informasi yang beredar tersebut adalah hoax. Kemenkes pun mengimbau untuk berhenti membagikan pesan tersebut kepada orang lain.

Beberapa waktu lalu, ahli gizi, Leona Victoria Djajadi, MND, menjelaskan hal ini kepada detikHealth.

"Bukannya tidak mungkin ada kontaminasi arsenik atau keracunan. Tapi yang tidak mungkin adalah produsen mi yang sudah lolos sertifikasi BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan -red), dengan sengaja memakai arsenik sebagai bahan bakunya. Jadi ini super duper hoax," jelas lulusan University of Sydney tersebut saat dimintai tanggapan.

Victoria berpesan supaya masyarakat tidak mudah percaya dengan info yang beredar di media sosial. Pesan yang menggunakan penulisan bahasa-bahasa kimia seperti disebutkan di atas juga tidak bisa menjadi kuncian bahwa informasi tersebut benar adanya.

"Biasanya biar bikin tambah keren dipakai bahasa-bahasa kimia, ditulis semua," kata Victoria.

 

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Klaim tentang 12 makanan yang dilarang dikonsumsi bersamaan karena dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh ternyata tidak benar.

Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB dan juga Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof, Dr Hardinsyah, MS membantah informasi tersebut. Ia menyebut bahwa kabar tersebut adalah hoaks.

 

(Indah Suci Safitri)

 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini