Liputan6.com, Jakarta - Beredar klaim sumber daya alam Indonesia direbut China, kabar tersebut diunggah akun Facebook Ghea Zahra.
Berikut isinya:
Baca Juga
"APAKAH RAKYAT INDONESIA MEMPUNYAI SUMBERDAYA ALAM?
Advertisement
JAWABAN : TIDAK SATUPUN
SELURUH SUMBERDAYA ALAM SUDAH DIREBUT CHINA
DARIMANA SUMBER PEMASUKAN PEMERINTAH SAAT INI ?
JAWABAN : DARI HASIL MEMAJAKI(MENINDAS) RAKYATNYA.
Seharusnya fungsi pemerintahan adalah mensejahterakan rakyat.
Bukan menindas rakyatnya sendiri.
Berikut sumberdaya alam yang tak lagi dimiliki Indonesia:
1. Empat tambang emas,
2. Tiga daerah pengayaan berlian dan intan,
3. Tiga daerah penambangan batubara,
4. Tujuh area penambangan minyak bumi,
5. Ratusan area penghasil Ikan,
6. Ribuan area pertanian dan perkebunan.
7. Belasan area penambangan Emas,
8. Tiga area penambangan nikel,
9. Empat area penambangan bijih besi dan timah.
Ke-9 Sumber Daya Alam dikuasai kaum Aseng komunis. Sehingga
pemasukan negara musnah dan hanya bisa memajaki atau menindas
rakyatnya sendiri.
Menaikkan tarip pajak dan harga² tanpa rasa kemanusiaan.
Bagi mereka, Rakyat Indonesia adalah sasaran empuk pemerasan."
Pada unggahan tersebut, akun Facebook Ghea Zahra menyertakan tautan artikel berjudul "Wow! Banyak Dana Pindah ke Bursa Saham China, Ada Apa?" situs cnbcindonesia.com.
Unggahan, pada 21 Juni 2020 tersebut telah mendapat 93 komentar dan dibagikan 343 kali.
Benarkah sumber daya alam Indonesia direbut China? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Â
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim sumber daya alam Indonesia direbut China, dengan mengunjungi tautan artikel yang disertakan pada klaim.
Artikel tersebut berjudul "Wow! Banyak Dana Pindah ke Bursa Saham China, Ada Apa?" dimuat situs cnbcindonesia.com, pada 14 Mei 2020.
Berikut isinya:
Advertisement
Jakarta, CNBC Indonesia - Perpindahan dana di pasar keuangan global terjadi secara besar-besaran selama pandemi COVID-19 dan belakangan banyak dana yang berpindah ke pasar saham China, yang merupakan episentrum pertama virus ini. Beberapa ahli strategi investasi melihat hal ini sebagai tren jangka panjang.
"Kami mendapati bahwa banyak manajer asing secara global sedang merombak kepemilikan mereka dalam kekacauan ini. Alokasi ke Cina adalah sesuatu yang orang ingin tingkatkan," kata Todd Willits, kepala firma pelacakan arus EPFR dalam wawancara telepon pada akhir April.
Ketika saham AS anjlok ke posisi terendah dalam tiga tahun terakhir pada bulan Maret, lebih dari 800 perusahaan pengelola dana menempatkan dana ke pasar saham China dengan nilai seperempat dari total dana yang dikelola sebesar US$ 2 triliun, berdasarkan data aliran dana EPFR.
Angka tersebut naik dari sekitar 20% setahun yang lalu, dan sekitar 17% pada enam tahun yang lalu. Data tersebut mencakup dana yang memecah kepemilikan menjadi sembilan kategori saham yang terdaftar di daratan Cina, Hong Kong, Taiwan, AS, dan Singapura.
Meskipun saham AS telah pulih secara signifikan dari posisi terendah mereka pada April ini, saham China Daratan telah bertahan relatif baik. Shanghai Composite hanya turun 5,2% untuk tahun ini sejauh ini, dibandingkan S&P 500 yang turun 11,1% year-to-date (YtD) pada penutupan Selasa (12/5/2020).
Data EPFR menunjukkan dana di pasar saham China melihat arus keluar dalam beberapa pekan terakhir karena banyak dana telah terjual untuk memenuhi penukaran atau permintaan pelanggan untuk uang tunai.
Namun, dalam indikasi bahwa arus keluar bersifat sementara, EPFR mengatakan dana yang diinvestasikan ke China, dengan mengorbankan pasar lain, sebagai cara untuk memenuhi tujuan pengembalian investasi secara keseluruhan.
Untuk dana investasi yang berfokus pada saham pasar negara berkembang global, alokasi rata-rata untuk China adalah 34%. Sedangkan untuk dana yang diinvestasikan dalam saham Asia, tidak termasuk Jepang, alokasi China mencapai 38%.
Selain itu, risiko dari masalah perdagangan antara AS-China membuat dana global yang lebih memilih berinvestasi di China. Ketika masalah perdagangan antar keduanya terus berlarut-larut, tekanan politik tumbuh di AS untuk membatasi investasi Amerika di perusahaan-perusahaan China.
Selain itu, potensi dana investor masuk ke bisnis penipuan di luar yurisdiksi pemerintah AS mulai datang kembali pada bulan lalu.
Luckin Coffee yang terdaftar di Nasdaq mengungkap fabrikasi sekitar 2,2 miliar yuan (US$ 314 juta) dalam penjualan, dan saham operator rantai kopi China anjlok lebih dari 80% sebelum ditangguhkan. Tetapi minat investor terhadap ekuitas Cina tetap tinggi, bahkan di AS.
Menurut Justin Leverenz, pemimpin tim dan manajer portofolio senior untuk tim ekuitas pasar yang baru muncul di Invesco di New York, pasar saham China mewakili peluang baru dalam perawatan kesehatan dan teknologi.
"Setiap dekade kami memiliki pasar bull yang signifikan dalam sesuatu," katanya, menunjuk demonstrasi sebelumnya dalam teknologi AS dan saham Jepang. "China, bahkan pada tingkat pertumbuhan yang lebih rendah, akan menjadi dominan, pendorong pertumbuhan supermajority (selama 10 tahun kedepan)."
Artikel tersebut mengulas tentang perpindahan dana di pasar keuangan global terjadi secara besar-besaran ke pasar saham China selama pandemi virus corona baru (Covid-19).
Dalam artikel tersebut tidak ada kalimat yang menyebutkan sumber daya alam Indonesia direbut China.
Â
Penelusuran SelanjutnyaÂ
Penelusuran dilanjutkan untuk memastikan Indonesia sudah tidak memiliki sumber daya alam yang disebutkan pada klaim.
Dalam situs Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) modi.minerba.esdm.go.id menyebutkan data berikut:
Batubara
Indonesia meproduksi batubara sebesar 256,59 juta ton hingga 23 Juni 2020. Sedangkan yang sudah terjual mencapai 256,59 juta ton.
Nikel
Sampai 23 Juni 2020, produksi nikel pig iron Indonesia mencapai 363.633, 26 ton. ferro nikel 482.242,67 ton dan nikel mate 42,1 juta ton
Emas
Produksi emas Indonesia sampai 23 Juni 2020 mencapai 10,19 ton.
Timah dan Bijih Besi
Produksi timah Indonesia sampai 23 Juni 2020 mecapai 20.038,61 ton
Minyak
Dikutip dari artikel berjudul "Cadangan Minyak Indonesia Hanya Cukup untuk 9 Tahun Lagi" yang dimuat Liputan6.com, Indonesia masih memiliki cadangan minyak Indonesia mencapai 3.775 miliar barel dan gas 77 triliun kubik fit, pada 2019.
Perikanan
Artikel berjudul "Di Tengah Pandemi Corona, Indonesia Tetap Ekspor Tuna ke AS dan Eropa" yang dimuat situs liputan6.com, menyebutkan dalam 3 bulan 2020 terdapat potensi panen mulai dari udang hingga produk perikanan lainnya mulai dari 110 ribu ton hingga 140 ribu ton.
Pertanian dan Perkebunan
Dikutip dari artikel berjudul "Triwulan I 2020, nilai ekspor produk pertanian Indonesia tumbuh 14,35%" yang dimuat situs nasional.kontan.co.id, Indonesia menjadi negara eksportir hasil pertaniab dan perkebunan.Pada Januari-Maret 2020, volume ekspor sebesar 9 juta ton.
Â
Advertisement
Kesimpulan
Klaim sumber daya alam Indonesia direbut China tidak disertai bukti kuat, dalam tautan artikel yang dicantumkan pada klaim tidak terdapat kalimat yang menyebutkan sumber daya alam Indonesia direbut China. Indonesia masih menghasilkan berbagai jenis sumber daya alam.
Â
Penelusuran Fakta
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Advertisement
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement