Sukses

Cek Fakta: Jaringan 5G Tak Ada Hubungannya dengan Penyebaran Covid-19

Viral kabar tentang jaringan 5G dapat memantau pasien virus corona COVID-19. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang jaringan 5G yang dapat memantau pasien positif virus corona COVID-19 beredar di media sosial. Kabar ini disebarkan akun Facebook Lia Puji Lestari.

Akun Facebook Lia Puji Lestari mengaitkan pembangunan jaringan 5G dengan pemantauan pasien positif virus corona COVID-19.

"BLUNDER-NYA YOUTUBE DAN FACEBOOK

Semenjak pandemi ini merebak, orang jadi banyak buka-buka internet dan mencari informasi. Jangan salahkan masyarakat jika akhirnya banyak yang mengublek-ublek sejarah, perekonomian, dan membaca berita dari seluruh penjuru dunia karena pandemi ini membuat orang-orang jadi nggak punya aktifitas.

Sebelum pandemi ini ada, kita sering memandang sebelah mata tentang pemaparan Bumi Datar dan Elite Global. Kita anggap dua hal ini adalah isapan jempol dan dongeng cocoklogi belaka.

Tapi semenjak #workfromhome dan #dirumahaja orang akhirnya browsing-browsing kan. Dan nggak sedikit juga akhirnya orang dengan follower dan subscriber banyak akhirnya berpikir tentang ada apa di balik Covid-19 kok aneh sekali?

Mulai dari kepanikan dan ketakutan yang tercipta sangat luar biasa. Pasien yang menderita karena kanker jumlahnya jauh lebih banyak ketimbang Covid-19.

Tapi kenapa berita Covid-19 ini dibesar-besarkan di media?

Dan kenapa setiap negara seolah-olah dipaksa untuk lockdown?

Apalagi kalau saya ngobrol sama teman saya yang berprofesi sebagai dokter, dia sendiri menemukan banyak kejanggalan di virus ini.

Jurnal medis yang hampir setiap hari diterbitkan membahas virus ini memuat data-data yang berbeda-beda. Yang semula Covid-19 hanya menyerang pernafasan, terakhir ada yang menyerang otak segala. Yang semula masa inkubasinya hanya 14 hari, sekarang ada yang nulis katanya bisa sampai 28 hari. Yang semula katanya hanya menginfeksi manusia ke manusia, eh sekarang ada macan ketularan Covid-19.

Terus sekarang negara-negara di dunia pada merugi. Gara-gara lockdown, bisnis banyak yang tutup. Gelombang PHK pun tak terhindarkan. Orang mulai stress di mana-mana.Lalu tiba-tiba pemerintah ngutang buat ngatasin pandemi.Setelah saya cek, eh ujung-ujungnya Surat-Surat Utang Negara (Bond) itu di-repo juga oleh The Fed, bank sentralnya Amerika yang pemegang sahamnya juga sebagian adalah pemrakarsa IMF.

Bukankah ini sesuatu yang aneh?Dan akhirnya mereka melakukan investigasi sendiri. Mengumpulkan data sana-sini. Akhirnya terkumpullah suatu kesimpulan :Bahwa Global Elite memang ada. Kelompok 1% dunia yang mengontrol 99% manusia dan perekonomian dunia.

Apa dan mengapa pandemi ini disetting? Siapa yang diuntungkan?

Agenda besar apa yang sedang dipersiapkan? Dan bagaimana cara mereka bekerja?Maka dari itu, mereka (para influencer dan content creator ini) membuat video, membuat ulasan, membuat story tentang hal ini.Ada yang diupload ke Facebook, ada yang diupload ke YouTube.Bahkan media-media antimainstream di YouTube pun namanya naik karena membahas hal ini.

Tapi anehnya video-video yang membahas elite global ini langsung di-demonetize. Di dollar kuning.Bahkan yang terang-terangan "mblejeti" Elite Global dengan data-data yang lengkap justru di take down. Dicap sebagai "disinformasi" alias hoax.

Saya pun juga mengalami hal yang serupa. Video-video saya asal berkaitan dengan Illuminati dan Elite Global langsung di-dollar kuning.

Tidak ditake down karena viewer saya masih receh. Begitu juga wawancara chanel London Real dengan David Icke yang terang-terangan memaparkan bahwa Covid-19 adalah agenda besar kelompok 1% elite dunia. Motivasinya ujung-ujungnya keuntungan berlimpah (bisnis) dan kekuasaan.

Video London Real pun viral. Tapi tak dimonetize juga.Lucunya, setelah video ini viral, YouTube gencar men-take down video-video yang membahas pembangunan 5G Tower. Tentu yang pertama di-take down adalah video dengan viewer 3 juta ke atas.

Ada apa dengan 5G Tower?

Simpel saja. Beredar isu bahwa Bill Gates dan WHO sedang merancang vaksin Covid-19, tapi berupa microchip yang disuntikkan ke tubuh kita.

Microchip ini terhubung ke server-server yang disediakan oleh perusahaan Bill Gates, mungkin Microsoft yang akan menangani. Untuk bisa memantau dan mengontrol microchip ini, dibutuhkan jaringan 5G.Maka dari itu, diam-diam pembangunan tower 5G selama pandemi ini dilakukan.

Saya tidak tahu apakah di Indonesia sudah dibangun. Tapi di luar negeri seperti di Inggris, pembangunan tower 5G ini dibakar. Dan di Aussie mengalami protes massa.

Tentu saja aksi ini dianggap sebagai "missleading" dan "disinformasi" yang merugikan oleh media-media mainstream dunia. Kelompok yang berusaha menggagalkan pembangunan tower 5G ini dicap sebagai "extrimis".

Kembali ke YouTube, bukankah aneh jika YouTube gencar menghapus-hapusi video yang membahas soal ini?

Tak hanya video yang terang-terangan membahas soal Elite Global.

Tapi video Deddy Corbuzier yang katanya membahas kesembuhan pasien Covid-19 di Aceh pakai ganja - yang berhasil mencapai jutaan viewer - tiba-tiba dihapus oleh YouTube.

Beberapa hari sebelumnya, WHO sibuk membuat artikel di media-media mainstream bahwa Chloroquin adalah obat berbahaya dan hoax jika Chloroquin bisa menyembuhkan Covid-19.

Mengapa dianggap hoax?

Di satu sisi Chloroquin adalah obat yang harganya sangat murah dan mudah didapat.

Apakah karena WHO sudah mempersiapkan vaksin sendiri?

Dan takut vaksinnya tidak laku?

Lalu bagaimana dengan Bill Gates?

Bill and Melinda Gates ternyata sekarang adalah pendonor utama untuk WHO, right after Trump closed the US funding to World Health Organization. Berapa jumlah pendanaan Bill and Melinda Gates ke WHO?More than USD 1.500 million (Rp 23,2 Triliun - kurs hari ini)Oh iya, Bill and Melinda Gates Foundation ini juga menjadi pendana utama untuk GAVI - Global Alliance for Vaccines and Immunization - yang berfokus dalam riset dan produksi vaksin.

Berapa jumlah pendanaan Bill and Melinda Gates ke GAVI?More than USD 3.000 million (Rp 46,5 Trilliun - kurs hari ini). Pertanyaan saya, masa iya pendanaan sebesar itu dari Bill Gates adalah donasi cuma-cuma? Triliunan rupiah bukan angka yang sedikit. Bill Gates adalah pebisnis ulung. Tak mungkin memberikan uangnya secara cuma-cuma sebanyak itu. Timbal balik apa yang dia harapkan? Tentunya yang bisa membuat pendanaannya kembali dalam jumlah berkali-kali lipat dong.

***

Saat ini Bill Gates sibuk membuat klarifikasi di media-media mainstream, sibuk mengatakan bahwa program microchip untuk vaksin Covid-19 ini adalah hoax dan dia playing victim. Mengeluh bahwa dia adalah korban hoax.

Jika benar ini hoax, mengapa petisi untuk Bill Gates mencapai angka 200ribu tanda tangan? Petisi ini berisi tuntutan masyarakat ke Gedung Putih untuk mengusut dugaan kasus malpraktek medis Bill Gates melalui program vaksin yang dia rintis.

Dan again, siapapun yang bikin konten membahas kalau Bill Gates berkolerasi dengan program microchip vaksin Covid-19 ini, akan ditake down jika viewernya banyak, atau di dollar kuning jika viewernya sedikit di YouTube.

Bukankah ini blunder yang sedang dilakukan YouTube?

Semakin YouTube gencar menghapus-hapusin konten, semakin masyarakat curiga, bahwa memang "benar" informasi yang diciptakan oleh para content creator dan influencer.

Bagaimana dengan Facebook?

Sama saja, Facebook juga sibuk melabeli postingan-postingan yang membahas Covid-19 dan korelasinya dengan Elite Global + Bill and Melinda Gates Foundation.

Semakin Facebook dan YouTube sibuk menghapusi dan melabeli hoax, semakin masyarakat akan curiga : "Apakah semua yang disampaikan para Content Creator dan Influencer itu BENAR?"," tulis akun Facebook Lia Puji Lestari.

Konten yang disebarkan akun Facebook Lia Puji Lestari telah 54 kali dibagikan dan mendapat 6 komentar warganet.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kabar tentang jaringan 5G yang dapat memantau pasien positif virus corona COVID-19.

Penelusuran dilakukan menggunakan situs pencari Google Search dengan memasukkan kata kunci "virus corona jaringan 5G".

Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah klaim tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Virus Corona Disebar Pakai Jaringan 5G, Hoaks atau Fakta?" yang dimuat situs Liputan6.com pada 18 Maret 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan virus corona yang penyebarannya begitu cepat di berbagai negara di dunia, rumor maupun kabar hoaks pun beredar tidak kalah cepatnya.

Salah satu hoaks tentang virus corona adalah penyebarannya melalui jaringan 5G. Jika kamu mendengar kabar ini, jangan sekalipun percaya, pasalnya ini adalah informasi hoaks.

Penjelasannya, karena gelombang radio tak menciptakan virus penyebab penyakit Covid-19 itu.

Hoaks ini beredar bahkan secara global. Mulanya, seorang penyanyi Amerika Serikat Keri Hilson yang memiliki 4,2 juta follower di Twitter mengunggah sejumlah cuitan. Salah satunya adalah tautan yang mencoba menghubungkan virus corona dengan 5G.

"Orang-orang berusaha memperingatkan kita mengenai 5G selama bertahun-tahun. Petisi, organisasi, penelitian, apa yang kita lalui ini (virus corona) adalah dampak radiasi. 5G diluncurkan di Tiongkok pada 1 November 2019. Orang-orang pun mati," kata dia, sebagaimana dikutip dari Cnet, Rabu (18/3/2020).

Pendapat ngawur ini juga dibagikan di YouTube dan Facebook, termasuk dari orang-orang yang anti dengan 5G.

Pengguna Facebook dengan akun Ben Mackie belum lama ini menghubungkan virus corona dengan 5G. "Mereka berusaha membuat kita takut akan virus palsu, padahal saat itu menara 5G dibangun di seluruh dunia," katanya.

Tak cukup di situ, Mackie juga mengklaim, pendiri Microsoft Bill Gates menemukan teknologi tersebut dan itu adalah upaya mengurangi populasi dunia. Ia juga percaya, vaksin yang dikembangkan untuk virus corona sebenarnya adalah chip yang ditanamkan pada manusia.

Pencari fakta Inggris, FullFact, pun membantah kabar ini. "Cerita tentang 5G ini merupakan disinformasi," kata seorang profesor di sekolah kesehatan masyarakat Colorado, Jonathan M Samet.

Pihak Federal Communication Commission (FTC) juga membantah keras bahwa 5G berhubungan dengan virus corona.

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Kabar tentang jaringan 5G yang dapat memantau pasien positif virus corona COVID-19 ternyata tidak benar. Jaringan 5G tidak berhubungan dengan virus corona COVID-19.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.