Sukses

Cek Fakta: Hoaks 500 Ustaz di Jabar akan Disuntik Virus COVID-19

Beredar kabar hoaks 500 ustaz di Jabar akan disuntik virus corona COVID-19 sampai mati.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang 500 ustaz di Jawa Barat akan disuntik virus COVID-19 sampai mati beredar di media sosial. Kabar ini disebarkan akun Facebook Edis Abu Syahla pada 6 April 2020 lalu.

Akun Facebook Edis Abu Syahlah mengunggah narasi berisi imbauan agar seluruh ustaz di Jabar waspada dengan undangan rapid test.

"*WASPADALAH...!!!*Perlu dicermati. Di runing teks sebuah TV, 5000 ustadz di Jabar akan menjalani *rapid test*. Lho kenapa hanya ustadz.? Kenapa nggak semua tokoh agama.? Waspadalah...!!! Ustadz yng lurus bisa divonis positif Corona...!!!*#Patut diduga gaya PKI*

*Modus Menghabisi Ustadz..!!??*Ustadz yg sehat bisa saja divonis PDP, dimasukkan RS, disuntik covid-19 sampai mati, dikantongi plastik langsung dikubur oleh RS.Tidak ada yang bisa protes. *Kita harus mengambil sikap tegas...*," tulis akun Facebook Edis Abu Syahla.

Konten yang diunggah akun Facebook Edis Abu Syahla telah 22 kali dibagikan dan mendapat 27 komentar warganet.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kabar tentang 500 ustaz di Jawa Barat akan disuntik virus COVID-19 sampai mati. Penelusuran dilakukan menggunakan situs pencari Google Search dengan memasukkan kata kunci "ustaz di jabar corona".

Hasilnya terdapat artikel yang membantah kabar tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul [SALAH] “Modus Menghabisi Ustadz, disuntik covid-19 sampai mati” yang ditayangkan situs turnbackhoax.di pada 6 April 2020.

PENJELASAN: Melalui pesan berantai Whatsapp dan juga media sosial Facebook, beredar sebuah narasi yang menyebut bahwa usulan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum terkait dengan rencana akan menggelar rapid test bagi 5.000 ustadz di Jawa Barat merupakan bentuk dari modus menghabisi ustadz. Menurut pesan yang beredar, nantinya ustadz yang sehat bisa saja divonis PDP, lalu dimasukan ke RS dan kemudian disuntik virus corona atau Covid-19 hingga meninggal dunia.

Faktanya, usulan Wakil Gubernur Jabar terkait dengan 5.000 ulama di Jabar harus menjalani rapid test mempunyai alasan yang mendasar. Ulama yang dimaksud adalah mulai dari tokoh agama di kampung dan desa hingga pondok pesantresn. Ulama sendiri masuk ke dalam kategori B, sebagaimana mereka adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan sering bertemu dengan banyak orang. Melansir dari fajar.co.id, Uu menjelasakan, rencana tersebut juga dipicu dari hasil rapid test massal yang dilakukan di Jabar dalam kurun waktu satu pekan terakhir.

“Rencana itu dipicu berdasar hasil rapid test massal di Jabar sepekan terakhir yang menunjukkan 667 orang terindikasi positif Covid-19. Seperti yang terjadi di rumah ibadah Lembang Bandung dan Stukpa Sukabumi,” jelasnya.

Menurut Uu, pesantren juga berpotensi menjadi kluster baru penularan Covid-19. Terlebih lagi, kiai atau sesepuh pondok pesantren sering menerima tamu atau bersalaman dengan santri. Oleh sebab itulah, Pemprov Jawa Barat akan melaukan rapid test secara massif kepada 5.000 kiai di Jawa Barat.

“Pak Gubernur Jabar (Ridwan Kamil) meminta saya untuk koordinasi dengan tokoh ulama, MUI dan pimpin pondok pesantren untuk tes massal ini,” pungkasnya.

Melansir dari kompas.com, Uu menambahkan bahwa rapid test Covid-19 bagi 5.000 ulama ini dilakukan untuk kepentingan bersama demi memutus mata rantai penyebaran virus corona itu sendiri. Terkait dengan jadwal tes, Uu mengatakan hingga saat ini pihaknya tengah berkoodinasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk tokoh ulama dan pesantren.

Kesimpulannya adalah, narasi pesan yang menyebut bahwa usulan 5.000 ulama jalani rapid test merupakan bentuk modus menghabisi ulama merupakan informasi yang tidak berdasar. Narasi tersebut masuk ke dalam kategori misleading konten atau konten yang menyesatkan. Di mana narasi tersebut bisa menimbulkan tafsir atau pemahaman yang salah di masyarakat.

Liputan6.com menemukan artikel yang menjelaskan maksud dari rapid test untuk ustaz di Jawa Barat. Adalah artikel berjudul "Ratusan Kyai dan Ulama Di Ciamis Jalani Tes Massal Covid-19" yang ditayangkan situs jabarnews.com pada 7 April 2020.

JABARNEWS | CIAMIS - Cegah penyebaran Covid-19, ratusan Kyai, Ulama, Ustadz dan Ustadzah di Kabupaten Ciamis dilakukan rapid test Covid-19 oleh Pemprov Jawa Barat di lingkungan Pondok Pesantren Al Hasan Kabupaten Ciamis, Selasa (7/4/2020).

Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan rangkaian rapid test terhadap para Kyai, Ulama maupun Ustadz dan Ustadzah itu dilakukan setelah banyaknya kemunculan sejumlah klaster baru penyebaran virus corona di Jawa Barat.

"Trend penyebaran virus corona di Jawa Barat terus menunjukan kenaikan, apalagi sekarang ada klaster baru yang penyebarannya di tempat-tempat tertentu, komplek-komplek tertentu hingga tempat ibadah, termasuk Pondok Pesantren, hingga menyusul adanya 200 orang lebih yang positif virus corona," kata Wagub Uu saat menghadiri rangkaian rapid test di Ponpes Al Hasan Kabupaten Ciamis, Selasa (7/4/2020).

Uu menjelaskan bahwa para Kyai termasuk kategori B, karena memang beliau banyak didatangi umat maupun jemaah dan banyak didatangi untuk salaman maupun cium tangan dengan harapan dapat berkah dan rasa taklim terhadap beliau.

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Kabar tentang 500 ustaz di Jawa Barat akan disuntik virus COVID-19 sampai mati ternyata tidak benar. Para ustaz, kiai, dan ulama di Jawa Barat masuk dalam kategori orang yang kerap bertemu dengan banyak orang. Rapid test kepada para kiai, ustaz, dan ulama dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini