Sukses

Cek Fakta: Viral Pesan dari Jusuf Kalla yang Ternyata Hoaks

Viral pesan dari Jusuf Kalla melalui tulisan yang berisi sepak terjang Presiden Jokowi dan menyinggung sejumlah mantan presiden. Benarkah asalnya dari JK?

Liputan6.com, Jakarta Akun Facebook dengan nama Gracia Natalia mengunggah tulisan yang mengklaim pesan dari Jusuf Kalla pada 5 April 2019, yang berisi sepak terjang Presiden Jokowidodo (Jokowi) dalam memperbaiki Indonesia dan menyudutkan mantan Presiden Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam tulisan ini juga menyerukan gerakan moral untuk mendukung Jokowi.

Berikut isi tulisan klaim pesan dari Jusuf Kalla:

"Saya benar2 merinding membaca nya karna terharu dgn semua ucapan beliauBig respect buat pak Jusuf Kalla 🙏

PESAN DARI JUSUF KALLA

Inilah takdir dan nasib Bangsa Indonesia yang memang harus berubah dan menjadi baik dan kuat atas kehendak TUHAN serta Kuasa-NYA.

Ketika Jokowi berkuasa, subsidi tipuan seolah memanjakan rakyat dihentikan

Anggaran direformasi secara fundamental dari berorientasi konsumsi ke produksi.

Efisiensi anggaran dilakukan dengan sangat ketat.

Walau pun diawali dengan fundamental ekonomi yang retak karena current account defisit, JOKOWI tetap melaju dengan agenda besarnya.

Menciptakan kemandirian, bukan hanya lewat restruktur APBN dan hutang, tetapi juga revolusi mental dengan menghapus semua bisnis rente yang melahirkan mafia di semua lini.

Negeri para gangster tersingkir dan menghimpun rakyat dan kader partai positip serta pejabat pejabat bermoral yang mau bekerja keras sehingga dapat mengubah negeri ini jadi para pekerjah keras.

Status quo didobraknya, menghentakan tatanan politik yang terbiasa hidup manja berfoya foya dan menipu rakyat ...

Apa hasilnya?

Hanya dua tahun berkuasa, semua rating internasional berkaitan dengan indeks korupsi, pembangunan, dan ekonomi jadi membaik.

Sekarang 🇮🇩 INDONESIA 🇮🇩 termasuk negara peringkat 3 terbaik ekonomi di antara anggota G-20.

Saya membayangkan setiap langkah JOKOWI tidaklah mudah dan penuh resiko.

Karena semua elite politik yang kini ada adalah bagian dari kekuasaan Orde Baru yang pernah kong kali kong dan merampok kekayaan Negara hingga INDONESIA 🇮🇩 dan rakyatnya menjadi sengsara dan meninggalkan beban hutang dan kerugian sebesar Rp.3000 triliun dan juga bagian dari kekuasaan era SBY yang membakar uang negara sebesar Rp.3000 triliun demi melanggengkan kekuasanya.

Semua mereka ingin, agar si tukang kayu ini dihentikan.

Karena JOKOWI bukan hanya menghancurkan kekuasaan mereka sebagai ladang bisnis mendatangkan harta mereka, tetapi juga menjadikan rakyat cerdas berpolitik dan mempermalukan elite politik di mana banyaknya elite politik terancam masuk bui karena aksi OTT KPK.

Pesta usai.

Dulu, AHOK dijadikan pintu gerbang untuk menjatuhkan JOKOWI dengan alasan menistakan agama.

Dan dari keadaan ini, JOKOWI berhasil keluar dengan selamat.

Kini, PERPPU Pembubaran Ormas Radikal dijadikan alasan untuk menjatuhkannya, karena dibilang anti demokrasi dan anti Islam.Padahal, tidak ada dalam PERPPU itu yang menyebut Islam atau ormas tertentu.

Namun, oleh para gangster mafia menciptakan semua kegaduhan ini, agar pesta kekuasaan kembali marak.Karena itu, emosi agama kembali dibenturkan.

Andaikan PERPPU itu ditolak DPR, maka ketahuilah kita bahwa agenda menjatuhkan JOKOWI memang datang dari segala penjuru mata angin.

Apakah JOKOWI akan jatuh?Jawabannya TIDAK karena Jokowi adalah panggilan TUHAN untuk menyelamatkan INDONESIA 🇮🇩 .

Bangsa dan rakyatnya dari segala kesusahan dan kesulitan dan TUHAN telah mengirim wakil Rakyatnya yaitu Bapak JOKO WIDODO yang berhak dan pantas berkuasa sebagai pemimpin dan penyelamat bangsa dan rakyat INDONESIA 🇮🇩.

Saya JUSUF KALLA sudah tua, namun dengan segenap tenaga saya yang masih ada saya tetap memberikan kontribusi positip pada JOKO WIDODO dalam membangun Negara INDONESIA 🇮🇩 jadi bangsa besar kuat bermatabat rakyat jadi makmur dan sejahtera.

Memang pada saat usia saya yang sudah lebih dari 50 tahun.Saya tak berdaya, dan tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan sepak terjang pada era Soeharto dan penikmat subsidi BBM era SBY, yang membakar uang ribuan triliun.

Apa yang saya lakukan sekarang adalah berusaha setiap hari berbuat kebaikan, agar negara ini lebih baik.

Melalui tulisan, lewat interaksi dengan teman-teman politisi dan aktivis, saya berusaha menyampaikan pesan moral bahwa "bukan sistem yang menjadi masalah, tetapi akhlak kita yang buruk."

Marilah kita memperbaiki moral.Sudahilah niat mengubah sistem, agar impian makmur menjadi kenyataan.Perbaiki akhlak dan perbaiki etos kerja, maka rahmat TUHAN akan datang by the time.

Saya JUSUF KALLA dengan hati tulus ingin menyerukan kepada segenap generasi muda berkualitas dan menyintai tanah Pertiwi ini , serta rakyat Indonesia, Marilah kita bersama-sama menjadikan KEKUATAN MORAL untuk menghadang serta melawan semua niat jahat mereka yang ingin merusak negeri ini dengan alasan agama, budaya, suku, ras, antara golongan, atau apalah.Kita membela JOKOWI bukan bertujuan politik, tetapi demi kekuatan moral sebagai orang Indonesia yang turut membangun dan ingin menjadi bangsa besar bermatabat diatas bumi .

Jadilah gerakan moral untuk mendukung JOKOWI orang baik yang figur penyelamat bangsa dan rakyat, agar semakin berprestasi baik bagi pembangunan negeri kita tercinta INDONESIA 🇮🇩 .

SEMOGA BERMANFAAT dan MENAMBAH ILMU serta MENAMBAH WAWASAN KITA SEMUA.

Silahkan bantu viralkan tulisan ini ke seluruh anak negeri INDONESIA 🇮🇩 di mana pun mereka berada, agar putra bangsa kita lebih cerdas dalam berpikir dan menganalisa sesuai data.

JUSUF KALLA.".

Benarkah Jusuf Kalla memberikan pesan melalui tulisan tersebut? simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penelusuran Fakta:

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim pesan dari Jusuf kalla yang diunggah akun Facebook Gracia Natalia, dengan Google Search 'pesan dari Jusuf Kalla'.

Penelusuran klaim tersebut mengarah pada situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), situs tersebut mengulas klaim pesan dari Jusuf Kalla melalui artikel yang diunggah pada 22 April 2019, dengan judul:

"[HOAKS] Pesan dari Jusuf Kalla"

Berikut isi artikel dari situs resmi Kominfo:

"KATEGORI: HOAKS

Penjelasan :

Beredar sebuah tulisan yang diklaim sebagai tulisan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tulisan tersebut berjudul “PESAN DARI JUSUF KALLA.” Dalam tulisan itu membahas mengenai prestasi Calon Presiden Nomor Urut 01, Joko Widodo, kala menjabat sebagai Presiden RI.

Faktanya tulisan yang mengatasnamakan Jusuf Kalla itu merupakan hoaks lama yang muncul kembali. Tulisan tersebut tersebar pada kisaran bulan Desember 2017 dan pertama kali ditulis oleh Erizeli Bandaro. Erizeli pun sudah memberikan klarifikasi dalam akun fanpage miliknya."

Isi artikel Kominfo tersebut menjadi kunci Cek Fakta Liputan6.com menyusuri sumber awal klaim pesan dari Jusuf Kalla. Artikel Kominfo menyebut, klaim tersebut berawal dari tulisan Erizeli Bandaro dalam akun fanpage miliknya. Dalam artikel situs resmi Kominfo pun menyebut, Erizeli sudah memberikan klarifikasi dalam akun Facebook Erizeli Jely Bandaro yang diunggah pada 31 Desember 2017.

Berikut isi klarifikasinya:

KLARIFIKASITULISAN " PERJUANGAN MORAL: JOKOWI."

Ketika saya posting tulisan Perjuangan Moral : Jokowi, salah satu sahabat saya yang dapat share dari WAG mengatakan bahwa tulisan saya menggetarkan lawan politik Jokowi. Tulisan itu beredar luas lewat WAG dari kalangan pejabat , politisi, kampus dan aktifis. Saya katakan bahwa tulisan saya hanyalah “narasi” atas dasar pidato JK di Gedung MPR. Jadi saya tidak menulis dengan sengaja memelintir kata kata JK tapi murni itu opini pribadi saya atas isi pidato Jk tersebut.

Agar tulisan itu dapat di pertanggung jawabkan maka, tulisan itu saya muat di blog. Sehingga semua orang bisa membaca secara bebas dari sumber tulisan saya.. Aturan menulis dalam blog saya ikuti. Bahwa setiap opini harus berdasarkan referensi yang kuat. Di awal tulisan , saya sampaikan pernyataan JK sebagaimana news Detik melaporkan. Saya menggunakan fitur link pada nama Nara sumber yang sehingga pembaca bisa langsung klik untuk mendapatkan informasi seimbang. Jadi saya memberikan kebebasan kepada pembaca untuk menilai apakah narasi saya benar sesuai pidato JK ataukah tidak.?. Dalam narasi, saya secara literal mengungkapkan fakta yang dirasakan dan dilihat oleh semua orang. Soal kejatuhan Soeharto karena rupiah terjun bebas, dan kemudian era SBY yang menimbulkan mega skandal korupsi itu dan ribuan triliun uang untuk subsidi juga adalah fakta, bahkan saya lampirkan data statistik dari pemerintah. SIlahkan baca blog yang dibawah ini.

Kalau ada pihak yang menggunakan tulisan saya itu dengan menggunakan akun falsu atas nama JK, itu diluar tanggung jawab saya. Karena ketika tulisan saya dimuat di blog, maka itu menjadi konsumsi publik , yang siapapun bisa menggunakannya. Apakah saya dirugikan atau tidak karena disalah gunakan untuk tujuan politik, maka itu urusan UU ITE. Yang jelas dalam tulisan itu, saya tidak mencatut nama JK untuk informasi tanpa berdasar atau memuat tulisan diblog tanpa menyebut sumber sebagai referensi. Saya tidak mengajak orang membenci tapi menyadarkan orang tentang fakta masa lalu, yang nampaknya ada upaya untuk melupakan masa lalu itu agar di masa kini, di era Jokowi mereka bebas menyalahkan Jokowi dengan segala issue omong kosong.

Apakah saya salah karena tulisan di blog ? itu hak siapapun untuk menilai. Tapi tentu hak saya juga untuk bicara. Bukankah kita mengakui dan menerima demokrasi. Tulisan saya tidak sekeras tulisan lawan politik Jokowi. Tapi kalau itu membuat orang lain tidak suka, ya itulah harga yang harus saya bayar secara moral untuk membela orang baik. Kepada Tuhan saya berserah diri."

Dalam klarifikasi tersebut, akun Facebook Erizeli Jely Bandaro menjelaskan, tulisanya yang diunggah dalam akun blogspot miliknya hanya menampilkan narasi pidato Jusuf Kalla di Gedung MPR. Dia menyatakan, tidak menulis dengan sengaja memelintir kata-kata Jusuf Kalla, melainkan murni opini pribadi penulis atas isi pidato Jusuf Kalla tersebut.

Cek Fakta Liputan6.com kemudian menelusuri sumber awal tulisan yang menimbulkan klaim pesan dari Jusuf kalla, dengan mengunjungi situs culas.blogspot.com dengan nama NEOCOLONIALISM yang diunggah 14 Juli 2017. Tulisan tersebut berjudul "Perjuangan moral : Jokowi."

Berikut isi tulisan tersebut:

Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam sambutan acara Simposium Ekonomi di gedung MPR, Senayan, mengatakan ada 2 kebijakan keliru yang dilakukan pemerintah sehingga menghabiskan anggaran Rp 6000 triliun. Kebijakan itu menjadi salah satu penyebab ketertinggalan Indonesia dari negara-negara tetangga. Satu kebijakan era Soeharto dan satu lagi era SBY.***

32 tahun Soeharto berkuasa, tidak ada riak yang berarti untuk menghentikannya dan barulah Soeharto jatuh ketika fundamental ekonomi yang di simpan rapat bertahun tahun terbuka lebar oleh aksi George Sorros. Nyatanya berpuluh tahun kita menyimpan data busuk dan kebohongan. Tidak ada sesungguhnya kekuatan ekonomi. Tidak ada. Soeharto tidak punya rencana hebat kecuali menggali lubang sedalam dalamnya lewat hutang tanpa recana real untuk merubah indonesia menjadi lebih baik. Jumlah hutang yang digalinya hanya 30% yang digunakan untuk membangun. Selebihnya habis dikorup oleh mereka yang menopangnya menjadi penguasa selama 32 tahun. Akibat kebijakan yang diambilnya sebelum jatuh adalah menanda tangani LOI dengan IMF sebagai blank Cheque yang harus diselesaikan oleh rezim setelahnya. Beban masalah yang di tinggalkan Soeharto kalau di kurs sekarang dan ditambah dengan bungan obligasi rekap mencapai mencapai Rp, 3000 triliun.

Era Habibie, Gus Dur, Megawati adalah era tersulit bagi kita untuk berdamai dengan kenyataan. Indonesia dinyakan negara insolvent dan semua financial resource tertutup. Pemasukan lebih kecil daripada pengeluaran. Kehidupan politik tidak jelas. Enam tahun proses transisi dari legislasi Era Soeharto ke era Reformasi seakan waktu terpanjang dalam sejarah. Selama itu tidak ada pembangunan real. Negara stuck. Namun akhirnya indonesia bisa keluar dari proses transisi itu dengan terpilihnya SBY sebagai Preseden secara demokrasi langsung. Harapan di pagut dan masa depan disongsong dengan ceria.

Tapi apa yang terjadi ? selama 10 tahun SBY berkuasa, untuk mempertahankan kekuasaanya dia membakar uang sebesar Rp. 3000 triliun untuk subsidi. Pada periode 2004-2014, subsidi energi rata-rata memiliki porsi sebesar 21% dari APBN dan mengalami porsi terbesar pada tahun 2008 yang mencapai 28%. Di dalam subsidi energi, alokasi subsidi BBM adalah yang terbesar dengan mencaplok 80% dari seluruh subsidi energi. Dan menciptakan mega skandal dengan korupsi tak terbilang. Andaikan uang sebanyak itu dia gunakan untuk membangun jalan toll maka kita sudah punya jalan toll trans sumatera dan trans jawa, juga kereta cepat Jakarta Surabaya dan puluhan kawasan industri beskala international, puluhan bendung dan irigasi untuk ketahanan pangan, bahkan setiap kota besar sudah punya MRT. SBY hanya bekerja membuat rencana dan membuang uang begitu saja untuk ongkos politik agar kekuasaanya stabil selama dua periode.

Era Soeharto kita abai karena salah memilih pemimpin dan takdir kita berhasil mengubah tatanan politik yang diktator menjadi demokrasi tapi setelah demokrasi kita justru melahirkan gerombolan maling yang menjarah lebih dahysat dari 32 tahun Soeharto berkuasa. Selama itu tidak ada gerakan agama yang hebat hendak menggulingkan Soeharto atau SBY. Tidak ada demo berjilid jilid hendak menjatuhkannya. Mengapa ? karena baik partron agama maupun politik mendapat berkah uang dan konsesi bisni dari politik lendir tebar uang oleh penguasa.

Di era Jokowi, seorang yang bukan elite politik di tubuh partai, bukan jenderal yang berkaliber nasional, bukan konglomerat yang kaya dari bisnis rente, bukan pula tokoh budayawan atau agama yang selebritis. Dia muncul kepanggung politik karena kehendak Tuhan. Tak ada satupun kekuatan yang menghentikannya ketika situkang kayu yang krempeng itu masuk ke istana. ini takdir indonesia dan Tuhan berbuat sesukanya. Ketika dia berkuasa, subsidi yang memanjakan rakyat di hentikan. Anggaran di reformasi secara fundamental dari berorientasi konsumsi ke produksi. Efisiensi anggaran dilakukan dengan keras.

Walau diawali dengan fundamental ekonomi yang retak karena Current Account yang defisit,Jokowi tetap melaju dengan agenda besarnya. Menciptakan kemandirian , bukannya hanya lewat restruktur APBN dan Hutang tapi juga revolusi mental dengan menghapus semua bisnis rente yang melahirkan mafia disemua lini. Negeri para gangster diubahnya menjadi negeri para pekerja keras. Status quo didobraknya, menghentakan tatanan politik yang terbiasa hidup manja menipu rakyat. Dan apa hasilnya ? Hanya dua tahun berkuasa semua rating international berkaitan dengan index korupsi, pembangunan, ekonomi membaik. Indonesia termasuk negara peringkat tiga terbaik ekonominya diantara anggota G20.

Saya membayangkan setiap langkah Jokowi tidak lah mudah dan penuh resiko. Karena semua elite politik yang kini ada adalah bagian dari kekuasaan Orde baru yang pernah merampok indonesia meninggalkan beban kerugian sebesar Rp. 3000 triliun dan juga bagian dari kekuasaan era SBY yang membakar uang negara sebesar Rp. 3000 triliun demi melanggengkan kekuasanya. Semua mereka ingin agar situkang kayu ini dihentikan. Karena jokowi bukan hanya menghancurkan kekuasaan sebagai ladang bisnis mendatang harta tapi juga menjadikan rakyat cerdas berpolitik , dan mempermalukan elite politik dengan banyaknya elite politik terancam masuk bui karena aksi KPK. Pesta usai.

Dulu Ahok dijadikan pintu gerbang menjatuhkan Jokowi dengan alasan menistakan agama. Dan dari keadaan ini Jokowi berhasil keluar dengan selamat. Dan kini PERPPU pembubaran Ormas Radikal dijadikan alasan untuk menjatuhkannya karena dibilang anti demokrasi dan anti Islam. Padahal tidak ada ada dalam PERPPU itu yang menyebut Islam atau ormas tertentu. Namun oleh para gangster mafia meng-create semua kegaduhan ini agar pesta kekuasaan kembali marak. Dan karena itu emosi agama kembali dibenturkan. Andaikan PERPPU itu ditolak DPR maka tahulah kita bahwa agenda menjatuhkan Jokowi memang datang dari segala penjuru mata angin. Apakah jokowi akan jatuh? Tuhanlah yang berhak menentukan siapa yang pantas berkuasa dan setiap orang yang berkuasa adalah cobaan bagi rakyat.

Usia saya lebih dari 50 tahun. Saya generasi yang gagal karena tak bisa berbuat banyak menghentikan Soeharto dan penikmat subsidi BBM era SBY yang membakar uang ribuan triliun. Apa yang saya lakukan sekarang adalah berusaha setiap hari berbuat kebaikan agar negara ini lebih baik. lewat tulisan, lewat interaski denga teman teman politisi dan aktifis , saya berusaha menyampaikan pesan moral bahwa bukan sistem yang jadi masalah tapi akhlak kita yang buruk, Mari perbaiki moral dan sudahilah niat mengubah sistem agar impian makmur jadi kenyataan. Perbaiki akhlak dan perbaiki etos kerja maka rahmat Tuhan akan datang by the time. Mari kita bersama sama menjadi kekuatan moral menghadang semua niat mereka yang ingin merusak negeri ini dengan alasan agama budaya atau apalah. Kita membela Jokowi bukan bertujuan politik tapi demi moral. Jadilah gerakan moral, mendukung orang baik agar berprestasi baik.

Dalam tulisan tersebut, penulis tidak menegaskan Jusuf kalla memberikan pesan yang disampaikan pada tulisan ini.

Situs news.detik.com pun telah membuat artikel yang berisi bantahan tulisan Jusuf Kalla yang beredar di media sosial, diunggah pada 30 Desember 2017, dengan judul sebagai berikut:

"Istana Wapres Bantah Tulisan JK yang Beredar di Medsos".

Adapun isi artikel tersebut sebagai berikut:

"Jakarta - Media sosial diramaikan oleh sebuah tulisan yang disebut berasal dari Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), yang intinya menyalahkan pimpinan Indonesia terdahulu soal pengelolaan negara. Pihak Istana Wakil Presiden membantah tulisan yang beredar itu berasal dari JK.

"Ini sedang beredar di sosmed. Informasi ini bias, hasil pelintiran. Tidak pernah Pak JK membuat tulisan seperti ini," kata juru bicara JK, Husain Abdullah, kepada detikcom, Sabtu (30/12/2017).

"Dan sepertinya tulisan di atas dipelintir dari pidato Pak JK yang disampaikan pada simposium nasional bertema ekonomi yang digelar oleh MPR RI bulan Juli 2017," ujarnya.

Husain mengatakan, dalam pidato saat itu, JK tidak menyalahkan siapa pun. JK hanya menggambarkan penyebab-penyebab keterlambatan Indonesia dibanding negara-negara di dunia.

"Dalam pidato tersebut, tidak menyalahkan siapa pun kecuali mendeskripsikan penyebab terlambatnya kemajuan Indonesia dibanding negara lain," ucapnya.

Dia kembali menegaskan bahwa tidak ada tulisan yang dibuat JK yang memojokkan presiden-presiden sebelumnya."

Dalam artikel tersebut, Juru Bicara Jusuf Kalla Husain Abdullah menyatakan, klaim pesan dari Jusuf Kalla tidak benar, dia menyebut pidato Jusuf Kalla di Gedung MPR itu telah dipelintir.

3 dari 3 halaman

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim pesan dari Jusuf Kalla yang diunggah akun Facebook Garcia Natalia tidak terbukti, sumber tulisan awal klaim tersebut pun sudah melakukan klarifikasi bahwa tulisanya hanya opini dari pidato Jusuf Kalla di Gedung MPR.

 

Data: Eka M

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini