Sukses

Cek Fakta: Ketua KPU Arief Budiman Mengaku Siap Dikutuk Jadi Batu Jika Curang?

Viral, kabar tentang Ketua KPU Arief Budiman siap dikutuk jika KPU berbuat curang. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman yang siap dikutuk menjadi batu jika KPU berbuat curang beredar di media sosial.

Kabar ini diunggah oleh akun facebook Eldian Resa pada 11 Januari 2020 lalu. Akun ini mengunggah gambar tangkapan layar dari sebuah situs pemberitaan detik.com.

Dalam gambar tangkapan layar itu terdapat artikel berjudul "Arief Budiman: Saya Siap Di Kutuk Menjadi Batu Jika KPU Curang". Selain itu, akun facebook Eldian Resa kemudian menambahkan sebuah narasi dalam konten yang diunggahnya.

"Demi Selamatkan Sekjen PDIP, Hukum Dibikin Ambyar!!

Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisioner KPU, Wahyu Setiawan berbuntut panjang....Mula-mula publik cuma tahu ada pemberian suap dari caleg gagal PDIP, Harun Masiku.Duit itu untuk memuluskan Pergantian Antar Waktu (PAW) supaya Harun bisa menjegal kolega separtainya Riezky Aprilia.

Lantas kasus ini naik ke atas. Ternyata perantara suap ini adalah Agustiani Tio Fridelina sebagai orang kepercayaan Wahyu Setiawan dan juga mantan Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Kini dua institusi kepemiluan: KPU dan Bawaslu terseret.

Celakanya kasus ini semakin mengerikan.Ternyata salah seorang yang terjaring OTT adalah Saeful Bahri, orang dekat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Bahkan Saeful sempat mengakui bahwa uang suap itu berasal dari Hasto. Makin geger sudah jagat politik Indonesia. Saking gegernya, hingga berhembus isu rencana pencopotan hasto dari kursi sekjen PDIP....

Dari sinilah, kejanggalan-kejanggalan aparat hukum mencuat....Penyidik KPK ditolak masuk sekretariat PDIP. Padahal mereka datang ke sana untuk menjalankan tugas negara. Pihak KPK bahkan sudah menyerahkan surat penyelidikan kepada pihak keamanan gedung untuk melakukan penyegelan. Toh, surat itu tidak mempan. Alasannya, pihak security bahwa tim KPK harus mendapat persetujuan dari “atasannya”.

Lebih sial lagi nasib penyidik KPK yang mengejar Sekjen PDIP Hasto Kristyanto.Hasto diketahui mencari perlindungan di kawasan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta Selatan. Namun, Tim KPK dicegah aparat kepolisian saat memasuki area PTIK. Mereka bahkan dipinta tes urin. Konyol benar...!!

Belakangan muncul klarifikasi dari pihak kepolisian dan Dewan Pengawas KPK. Tapi bagi saya, klarifikasi mereka cuma “sampah”. Tidak kena di nalar saya.

Bagaimana mungkin penyidik KPK yang gerak-langkahnya dilindungi oleh UU bisa dipukul-mundur barisan security ?? Padahal kita paham bahwa KPK bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Jadi siapa yang kedudukannya lebih tinggi dari presiden di Republik ini ?? Tragisnya, penyidik KPK mau saja digertak. Mestinya mereka lawan habis-habisan....

Di PTIK apa lagi. Di sebut Tim Penyidik KPK ada kegiatan di PTIK, lalu mereka menumpang salat. Bisakah dicerna secara nalar. Untuk apa Tim Penyidik KPK masuk lingkungan polisi bila tidak hal yang penting ?? Buat apa mereka sengaja nyelonong untuk menumpang salat di masjid PTIK ?? Tentu ada hal penting yang sedang dikejar. Dan kemungkinan besar hal itu adalah dalam rangka pengejaran Hasto.

Tapi begitulah. Hukum lagi-lagi bengkok di tangan penguasa...!! Dengan begitu apa yang publik khawatirkan terjadi juga.... Komisioner KPK dengan track record yang diragukan itu telah masuk kotak “main aman”. Revisi UU KPK telah membuat lembaga antirasuah itu mandul. Digertak Dewas KPK, digertak polisi, langsung ambyar !!

Melihat situasi ini tidak ada jalan lain. People power harus diperkuat. Pengawasan publik harus diperkuat agar kasus ini benar-benar bisa tuntas dengan cepat. Otak intelektual dibalik kasus ini mesti dihukum.Ini kejahatan demokrasi...!!!," tulis akun facebook Eldian Resa.

Konten yang diunggah akun facebook Eldian Resa telah 580 kali dibagikan dan mendapat 160 komentar warganet.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penelusuran Fakta

Setelah ditelusuri, kabar tentang Ketua KPU Arief Budiman yang siap dikutuk jika KPU berbuat curang ternyata tidak benar.

Informasi ini dikutip dari situs Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), kominfo.go.id dengna judul artikel "[HOAKS] Arief Budiman: Saya Siap di Kutuk Menjadi Batu Jika KPU Curang".

Telah beredar hasil tangkapan situs news.detik.com di media sosial Facebook, yang Judulnya berisi pernyataan Arief Budiman : Saya Siap Di Kutuk Menjadi Batu Jika Kpu Curang.

Faktanya foto tersebut telah dimanipulasi terlebih dahulu, setelah ditelusuri dari situs news.detik.com pernyataan Arief Budiman Siap Dikutuk Menjadi Batu Jika KPU Curang tidak ditemukan. Judul aslinya adalah Ketua KPU : Pemilu Serentak 2019 Melelahkan, Perlu Dievaluasi. Adapun isi dari berita tersebut adalah Ketua KPU Arief Budiman menyarankan agar pemerintah mengevaluasi Pemilu Serentak. KPU meminta ada pembicaraan khusus soal pemilu ini.

Selain itu, gambar tangkapan layar artikel sebuah berita ternyata merupakan hasil suntingan. Berita tersebut berasal dari detik.com dengan judul artikel "Ketua KPU: Pemilu Serentak 2019 Melelahkan, Perlu Dievaluasi".

Ketua KPU Arief Budiman menyarankan agar pemerintah mengevaluasi Pemilu Serentak 2019. KPU meminta ada pembicaraan khusus soal pemilu ini.

Awalnya, Arief menuturkan jumlah petugas KPPS yang ada di seluruh TPS Indonesia berkisar hampir 7,2 juta orang. Hingga saat ini, informasi yang didapatnya terkait petugas KPPS meninggal angkanya sudah melebihi 119, namun dia belum menjelaskan secara rinci totalnya.

Karena banyaknya kasus dan petugas KPPS yang gugur saat bertugas, Arief mengatakan perlu adanya evaluasi di pemilu kali ini. Dia menyebut akan ada evaluasi mulai dari teknis kerja hingga penyelenggaraan pemilu.

"Ya ini jadi perhatian kita semua, pasca-pemilu perlu kita lakukan evaluasi, bukan hanya terkait dengan sistemnya, tapi juga teknis kerjanya bagaimana, dengan teknis kerja seperti sekarang ini, orang nggak bisa selesaikan sampai dengan tengah malam, dia bahkan harus melanjutkan sampai dengan pagi sampai matahari terbit berikutnya," kata Arief di KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2019).

Arief menuturkan pemilu kali ini melelahkan semua pihak, baik petugas KPPS hingga peserta pemilu. Karena itu, dia kembali menekankan perlu ada pembahasan khusus terkait persoalan ini.

"Memang melelahkan, ini melelahkan bagi semua. Bagi penyelenggara pemilu, bagi peserta pemilu, bagi petugas keamanan, bagi masyarkat juga. Ini tentu melelahkan bagi semua, jadi saya pikir perlu dijadikan pembahasan bersama," tuturnya.

Sebelumnya, Komisioner KPU Viryan Aziz menyarankan agar pemilu serentak cukup dilaksanakan satu kali. Sebab, beban pemilu serentak melebihi kemampuan yang dimiliki.

"Pemilu serentak dengan 5 kotak suara cukup sekali saja, jangan lagi dilaksanakan," ujar Viryan di kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Selasa (23/4).

 

3 dari 3 halaman

Kesimpulan

Ketua KPU Arief Budiman tidak pernah menyatakan siap dikutuk jika KPU curang. Gambar tersebut ternyata merupakan hasil suntingan dari artikel detik.com.

Narasi yang disampaikan dalam gambar tersebut ternyata tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.

Reporter: Eka M

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini