Sukses

Cek Fakta: PM Malaysia Mahathir Mohamad Tolak Bayar Utang 4.500 Triliun ke China?

Benarkah PM Malaysia Mahathir Mohamad menolak membayar utang ke China? Cek dulu Faktanya

Liputan6.com, Jakarta - Pada Jumat 6 Desember 2019, pemilik akun Facebook Um Ismail mengunggah foto Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Ia juga menyertakan tulisan yang menyebut pemimpin Negeri Jiran itu menolak membayar utang ke China.

Berikut narasinya:

"HUTANG ILEGAL MALAYSIA MEMUKUL CHINA

MancaNegara---Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohammad (92 th) yang Menang Pemilu 2018 "TIDAK MAU MEMBAYAR HUTANG KEPADA NEGARA CHINA sebesar 4500 TRILIUN di Era Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Sebab, Najib Razak hutang Kepada Negara China tanpa Persetujuan Parlemen Malaysia dan Yang Dipertuan Agung Malaysia.

Najib Razak Terbukti menerima Komisi 2,5 persen (143 Triliun) dari Pinjaman Hutang 4500 Triliun dari Negara China.

Kini Najib Razak sudah DITAHAN KPK MALAYSIA.

Negara China Menggugat Negara Malaysia ke Pengadilan Abitrase International.

Mahatir Mohammad minta kepada Negara China untuk membongkar semua jalan Tol yang tidak berkualitas. Silahkan bawa semua ke Negara China MRT, LRT, Pembangkit Listrik yg rusak, semua berkualitas rendah, dan Mahatir Mohammad mengusir semua Tenaga Kerja China serta Membuldozer 3 Kawasan Pabrik di 3 Pulau di Malaysia.

Mahatir Mohammad (92 th) minta kepada Presiden Philipina (Rodrigo Duterte) agar Negara Philipina JANGAN MAU BERUTANG KEPADA NEGARA CHINA. JANGAN SAMPAI NEGARA PHILIPINA BERNASIB SEPERTI NEGARA MALAYSIA BANGKRUT KARENA BERUTANG KEPADA NEGARA CHINA, yang sebenarnya mau menjajah.

Perjanjian Hutang yg dibuat Negara China mengikat, dimana semua bahan bangunan, mulai Material Barang hingga Tenaga Kerjanya harus dari Negara China. Ini sama dengan menjerumuskan Negara Malaysia menjadi bencana kebangkrutan, sekaligus jajahan.

Ada 3 Pulau (reklamasi) di Malaysia semua dihuni Pekerja China dan berdiri Kawasan Industri di 3 Pulau itu. Itu sesuai Perjanjian Hutang yg dibuat Negara China kepada Negara Peminjam.

Ketika Mahatir Mohammad menang Pemilu di Malaysia 2018 yang lalu, DIBULDOZER SEMUA PABRIKNYA DAN DIUSIR SEMUA WARGA NEGARA CHINA YANG MENGHUNI 3 PULAU ITU...

=============

(Copas)

Sejak kali pertama dipublikasikan di Facebook, unggahan tersebut telah dibagikan sebanyak 151.700 kali.

Sejumlah pengguna Facebook memberikan komentarnya. "Alhamdulillah wa Barokallahu DR TUN MAHATIR, semoga sehat selalu dlm berjuang mmbela negara dr penjajah Komunis," tulis salah satu di antaranya.

Benarkah klaim yang menyebut Mahathir Mohamad menolak membayar utang ke China bahkan sampai minta pihak Tiongkok membongkar jalan tol yang telah dibangun?

Ada sejumlah klaim dalam unggahan tersebut. Mari kita cek satu per satu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

1. Mahathir Mohamad tolak bayar utang 4.500 triliun ke China di era PM Najib Razak. Alasannya, pinjaman tersebut tanpa persetujuan parlemen dan Raja Malaysia?

Berdasarkan penelusuran, PM Mahathir tak pernah mengatakan menolak membayar utang ke China.

Dalam artikel berjudul, ‘It is not about the Chinese’: Malaysia’s Mahathir blames previous government for debt to Beijing and project woes yang dimuat situs South China Morning Post pada 19 Agustus 2018.

Disebutkan bahwa PM Mahathir menilai, yang patut disalahkan atas utang besar yang menjerat negaranya adalah pemimpin sebelumnya, Najib Razak.

Hal itu disampaikannya dalam momentum perundingan dengan para pemimpin Tiongkok, di mana ia dikabarkan mencoba untuk merenegosiasikan proyek senilai US$ 20 miliar yang didanai Beijing.

"Kami tidak menentang perusahaan China tetapi kami menentang utang dari luar negeri (dalam jumlah besar) dan proyek-proyek yang tak penting namun sangat mahal," kata dia.

Koalisi Pakatan Harapan menyebut, total utang Malaysia mencapai lebih dari 1 triliun ringgit Malaysia atau US$ 243 miliar.

Sementara, dalam artikel berjudul Malaysia Cannot Escape From China -- It's Too Late yang dimuat forbes.com disebutkan bahwa Malaysia telah terperangkap dalam perangkap utang China dan tak ada peluang lepas.

Tak ada bukti yang menyebut bahwa Mahathir menolak membayar utang ke China, melainkan menegosiasikan ulang proyek kereta cepat East Coast Rail Link senilai US$ 20 miliar, seperti dikutip dari artikel  ‘We just can’t pay’: Mahathir soothes China’s ego over Malaysia’s cancelled East Coast Rail Link seperti dimuat situs www.scmp.com.

 

2. Najib Razak terbukti menerima komisi 2,5 persen (143 triliun) dari pinjaman utang 4.500 triliun dari China?

Najib Razak diperkarakan atas kasus dugaan korupsi terkait skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB), khususnya terkait dana 2,6 miliar ringgit di rekening pribadinya.

Seperti dikutip dari artikel berjudul, Malaysian officials are investigating whether disgraced former prime minister Najib Razak inappropriately used Chinese cash to repay state debts yang dimuat di situs www.businessinsider.sg disebutkan bahwa Najib Razak diduga menggunakan dana dari proyek investasi China untuk membayar utang 1MDB yang jumlahnya sangat besar.

"Pejabat Malaysia yang ikut dalam penyelidikan mengatakan pada The Wall Street Journal bahwa dana yang ditujukan untuk proyek-proyek infrastruktur di bawah One Belt One Road (Jalur Sutra Baru) dialihkan ke perusahaan cangkang (offshore) dan digunakan untuk membayar utang 1MDB yang jumlahnya hampir US$ 700 juta," demikian dikutip dari artikel tersebut.

 

3. PM Mahathir minta China untuk membongkar semua jalan tol, MRT, dan pembangkit berkualitas rendah?

Klaim tersebut sebelumnya telah dibantah turnbackhoax.id dalam artikel berjudul, [SALAH] “Mahatir Mohammad minta China membongkar semua jalan Tol”

Klaim sebelumnya, yang menyertakan dua foto, ternyata salah satunya terbukti mengambil gambar tiang pancang yang roboh pada proyek kontruksi pembangunan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di Jalan D I Panjaitan, Jakarta yang diambil Antara.

 

4. PM Mahathir minta kepada Presiden Flipina agar jangan mau berutang kepada China. Jangan sampai Filipina bernasib seperti Malaysia bangkrut karena berutang pada China yang sebenarnya mau menjajah?

Dalam artikel berjudul, Beware of China 'debt trap': Mahathir Mohamad yang dimuat Straits Times disebutkan PM Malaysia memperingatkan agar Filipina tak masuk dalam 'jebakan utang' Tiongkok.

"Jika Anda meminjam uang dalam jumlah besar dari China dan kemudian tidak mampu membayarnya, dalam posisi peminjam ia akan berada di bawah kendali pemberi utang. Jadi, kita harus sangat berhati-hati tentang hal itu," Mahathir, kepada ABS-CBN News.

Dia mengatakan negara-negara, termasuk Filipina harus "mengatur atau membatasi pengaruh China".

Mahathir menyebut Sri Lanka sebagai contoh -- yang harus menyerahkan kendali atas dua pelabuhan utama setelah gagal membayar utangnya ke China.

5. Pabrik di tiga pulau reklamasi dibuldozer, warga China diusir?

Pencarian menggunakan kata kunci 'mahathir, pulau reklamasi' mengarah ke Forest City, megaproyek bernilai US$ 100 miliar di Johor Bahru.

Seperti dikutip dari artikel berjudul, Malaysia's Forest City and the Damage Done yang dimuat situs The Diplomat, proyek tersebut diluncurkan pada 2014.

Lokasinya berada di pulau reklamasi yang dibangkitkan dari Selat Tebrau.

PM Mahathir mengekspresikan ketidaksetujuannya atas proyek tersebut. Alasannya, "proyek itu dibangun untuk orang asing, bukan rakyat Malaysia. Sebagian besar warga Malaysia tak bisa membeli flat-flat itu."

Ia menambahkan, Forest City tak bisa dijual ke orang asing. "Kami tak akan memberikan visa bagi mereka untuk datang dan tinggal di sana," demikian seperti dikutip dari situs www.hongkongfp.com.

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Tidak ada bukti yang mendukung bahwa  Mahathir Mohamad tolak bayar utang 4.500 triliun ke China. Yang dilakukan PM Malaysia adalah menegosiasikan ulang proyek kereta cepat East Coast Rail Link senilai US$ 20 miliar.

Ia ingin membatalkan proyek itu, dengan alasan rakyat Malaysia tak mampu membayar biayanya.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.