Sukses

Cek Fakta: Hacker Aljazair Dihukum Gantung karena Bobol Bank Israel demi Warga Palestina?

Akun Facebook Budak_Tanjong mengunggah foto yang diklaim sebagai Hamza Dalj, hacker Aljazair, yang dieksekusi mati karena membobol 217 bank di Israel untuk disumbangkan ke warga Palestina. Faktanya?

Liputan6.com, Jakarta - Pada 17 Juli 2019, akun Facebook Budak_Tanjong mengunggah foto seorang pria dengan tali gantungan melingkar di lehernya. Ia tertangkap kamera tengah melambaikan tangan.

Dalam foto tersebut terdapat tulisan, "Hamza Dalj asal Aljazair, merupakan salah satu 'hacker' yang amat ditakuti dunia, kini ia mendapatkan hukuman mati setelah membobol 217 bank di Israel untuk disumbangkan ke warga Palestina."

Dalam unggahannya, Facebook Budak_Tanjong juga menambahkan sebuah narasi.

"Terimakasih telah membantu Palestina, semoga Amal dan ibadah di terima disisi Allah — with Ifha and LocoSquard," tulis dia.

Unggahan tersebut kemudian viral, telah dibagikan 61.000 kali sejak kali pertama diunggah, serta mendapatkan setidaknya 2.800 komentar.

Benarkah klaim akun Facebook Budak_Tanjong menunjukkan peristiwa sesungguhnya?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penelusuran Fakta

Hasil penelusuran gambar melalui Google Reverse Images menghasilkan temuan berikut ini:

 

[Cek Fakta] Eksekusi Hacker Aljazair yang Bobol Bank Israel demi Warga Palestina?

Situs activistchat.com menyebut, pria tersebut bernama Majid Kavousifar, yang dieksekusi mati pada 2 Agustus 2007.

Pencarian lebih lanjut dengan kata kunci 'Majid Kavousifar' mengarah pada sejumlah pemberitaan media arus utama. Salah satunya BBC dalam artikel berjudul, Tehran killers hanged in public.

Foto serupa, yang diunggah akun Facebook Budak_Tanjong, juga terpampang di sana.

[Cek Fakta] Hacker Aljazair Dihukum Gantung karena Bobol Bank Israel demi Warga Palestina? (BBC)

 

Berikut isi artikel tersebut:

Two men have been hanged in a Tehran square for the murder of a prominent judge, thought to be the first public execution in Iran's capital since 2002. Majid and Hossein Kavousifar's deaths come a day after nine public hangings in other parts the country.

The government says it is part of a major effort to tackle violent crime and the illegal drug trade in Iran.

Human rights groups have criticised Iran for the high number of executions it carries out, second only to China.

The uncle and nephew were convicted of the murder of Judge Hassan Moghaddas in central Tehran two years ago.

Their execution was held at the same location as the murder, and on the same date, in front of a large picture of the murdered judge.

When Hossein Kavousifar looked distressed as he awaited his execution, his uncle gestured to him and smiled in an attempt to reassure him.

When the time came, hangmen with their heads covered, put the nooses around their necks kicked away the stools on which the two men stood.

A crowd of several hundred watched. Some shouted "God is great", some took pictures with their mobile phones. A few laughed.

The mother of one of the condemned men cried out: "God, please give me back my son."

'No remorse'

Executions doubled in Iran in 2006 to 177, and seven months into 2007, Amnesty International says 151 people have been executed, with the number increasing.

The assassinated judge was known for adjudicating in political cases and cases where Iran's Islamic revolutionary system had been criticised.

In 2001, he was the sitting judge in the case of Akbar Ganji - a prominent dissident whom he condemned to six years in prison.

Tehran's chief prosecutor Saeed Mortazavi told reporters that the Majid Kavousifar had expressed no remorse, after killing a judge he had deemed "corrupt".

"People like him should know that their actions cannot and will not dissuade our judges from carrying out their deeds," he said.

On Wednesday seven convicted criminals were hanged for rape, kidnapping and armed robbery in Iran's Second City, Mashhad, with the other two convicts executed in south-east Iran.

A few days earlier 12 people were hanged in Tehran's Evin prison.

Dalam artikel itu disebutkan, Majid dan Hossein Kavousifar dieksekusi mati atas pembunuhan seorang hakim terkemuka.

Eksekusi keduanya adalah yang kali pertamanya dilakukan secara terbuka di ibu kota Iran, Teheran, sejak 2002.

Pasangan paman dan keponakan itu dinyatakan bersalah dalam kasus pembunuhan hakim Hassan Moghaddas dua tahun sebelumnya.

Eksekusi dilaksanakan di lokasi pembunuhan, pada tanggal yang sama, dengan foto korban berukuran besar terpampang di sana.

Saat Hossein Kavousifa terlihat gugup bukan main menanti eksekusi, pamannya memberi isyarat kepadanya sambil tersenyum. 

 

Lantas, siapa Hamza Dalj, yang disebut sebagai peretas asal Aljazair?

3 dari 5 halaman

Siapa Hamza Dalj?

 

Hamza Dalj atau Hamza Bendelladj adalah seorang hacker atau peretas asal Aljazair yang ditangkap karena membobol jutaan dolar dari bank-bank Amerika Serikat. Ia ditangkap di Bangkok, Thailand.

Dalam artikel berjudul 3 Tahun 'Jebol' Bank Untuk Foya-Foya, Hacker Aljazair Ditangkap yang dimuat Liputan6.com disebutkan, menurut FBI, Hamza diduga membobol bank untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah.

[Cek Fakta] Eksekusi Hacker Aljazair yang Bobol Bank Israel demi Warga Palestina? (Liputan6.com)

 

Berikut cuplikannya: 

Kepolisian Thailand sendiri menyebut Hamza telah mengaku menggunakan uang yang dirampoknya untuk foya-foya. "Saat ditanya untuk apa uang itu, dia mengaku menghabiskan untuk travelling dan menjalani hidup mewah. Seperti terbang dengan penerbangan kelas pertama dan menginap di banyak tempat mewah," ucap Kepala Polisi, Pharnu Kerdlarpphone.

Hamza ditahan di bandara Bangkok setelah tiba dari Malaysia untuk transit dalam penerbangan menuju Kairo, Mesir. Di Malaysia, Hamza mengaku menghabiskan liburan bersama keluarga.

Aparat keamanan AS menuduh Hamzah telah meretas ke berbagai akun pribadi di lebih dari 217 bank dan perusahaan finansial. Hasilnya, jutaan dolar telah raib dan diduga masuk ke kantong Hamza.

 

Bagaimana dengan klaim ia membantu rakyat Palestina?

Dalam artikel berjudul, Smiling Hacker dan Mitos 'Robin Hood' Bagi Palestina, CNN Indonesia menyebut Hamza Bendelladj dijuluki 'Smilling Hacker' karena foto-fotonya yang sedang tersenyum saat diringkus di Bandara Suvarnabhumi, Thailand.

Klaim bahwa ia membantu rakyat Palestina disebut tak disertai bukti sahih.

Berikut petikan isi artikel yang dimuat CNN Indonesia:

...Mitos 'Robin Hood' untuk Palestina

Tak semua orang senang sebutan kriminal yang dituduhkan otoritas AS kepada Bendelladj. Di tanah kelahirannya dan di Timur Tengah, ia justru dicintai serta dielu-elukan. Di sana, banyak yang menganggapnya sebagai pahlawan.

Mereka percaya bahwa Bendelladj berhati mulia lantaran telah menyumbangkan jutaan dolar hasil kejahatannya dengan mencuri uang Bank Israel untuk warga Palestina. Namun sampai sekarang belum ada bukti kuat yang mengubah status rumor itu menjadi fakta.

Di ranah online, suara dukungan untuk Bendelladj berderu lebih kencang. Walaupun Bendelladj sudah mengaku bersalah dalam pengadilan AS, pendukungnya terus melancarkan serangan ke berbagai situs web di seluruh dunia sepereti Air France dan sebuah universitas di Virginia, AS. Dalam serangan tersebut, mereka terus menyerukan kebebasan untuk Bendelladj.

Namun aksi heroik Bendelladj yang digaungkan pendukungnya berbanding terbalik dengan keterangan kepolisian Thailand pada saat penangkapan.

"Hanya dalam satu transaksi, dia dapat meraup keuntungan US$10-20 juta," ungkap Letnan Jenderal Phanu. "Ia terbang keliling dunia dengan penerbangan kelas pertama dan hidup dalam kemewahan." Intinya dia menggunakan uang tersebut untuk berfoya-foya.

Proses peradilan terhadap Bendelladj di AS sebenarnya sudah berjalan sejak 2011 secara in absentia. Ia menghadapi tuntutan kurungan penjara selama 60 tahun serta denda US$24 juta.

Setelah mengakui kesalahannya, Bendelladj akhirnya dijatuhi vonis kurungan 15 tahun dan 3 tahun masa pengawasan atas perannya mengembangkan dan menyebarkan virus. Panin yang juga telah mengaku bersalah memperoleh hukuman 9 tahun penjara dan 3 tahun pengawasan.

Petualangan besar Bendelladj diperkirakan telah mengakibatkan 1,4 juta komputer terinfeksi SpyEye dan menyedot US$200 juta dari 200 lebih bank dan lembaga keuangan lain di AS.

Mereka yang mengangggapnya pahlawan tak berhenti menyuarakan kemarahannya atas tindakan penegak hukum yang mereka anggap berlebihan. Terutama ketika isu hukuman mati terhadap Bendelladj sempat berhembus.

Di berbagai media sosial beredar secara viral, potongan video yang menunjukkan Bendelladj sedang berada di tiang gantungan sambil tersenyum.

Sukses membekuk Bendelladj, pemerintah AS mengklaim telah melumpuhkan Darkode dan melayangkan tuntutan terhadap 12 individu atas kejahatan terkait forum tersebut.

"Ini adalah perjalanan panjang atas usaha kami melumpuhkan kemampuan para kriminal dalam membeli, menjual, dan memperdagangkan malware, botnet, dan informasi pribadi yang dicuri dari penduduk AS dan negara lain," tutur Deputi Direktur FBI, Mark Giuliano.

Saat ini Bendelladj masih dalam keadaan sehat. Namun ia tak lagi memiliki laptop, ponsel, atau alat elektronik lain sebagai alat bersenang-senang. Vonis hukuman 15 tahun di penjara AS tak pelak merenggut perlahan senyum dari Si 'Smilling Hacker' dan petualangan besarnya di dunia kriminal siber.

 

4 dari 5 halaman

Kesimpulan Klaim

Akun Facebook Budak_Tanjong menggabungkan dua peristiwa berbeda untuk membangun klaim 'Hamza Dalj asal Aljazair, merupakan salah satu 'hacker' yang amat ditakuti dunia, kini ia mendapatkan hukuman mati setelah membobol 217 bank di Israel untuk disumbangkan ke warga Palestina."

Foto yang terpampang dalam unggahannya adalah Majid Kavousifar, terpidana kasus pembunuhan seorang hakim di Iran. Sementara, nama Hamza Dalj merujuk pada Hamza Bendelladj -- seorang hacker atau peretas asal Aljazair yang ditangkap karena membobol jutaan dolar dari bank-bank Amerika Serikat.

5 dari 5 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini