Sukses

Cek Fakta: Hoaks Uji Coba Bahan Kimia pada Beras Menggunakan Betadine

Konon cairan Betadine bisa digunakan untuk uji coba kandungan kimia pada beras. Benarkah? Ini faktanya.

Liputan6.com, Jakarta - Pesan berantai perihal uji coba beras menggunakan Betadine yang merupakan isu lama kini tengah ramai diperbicangkan lagi. Salah satunya tersebar melalui akun Facebook bernama Alleatia Ndoen.

Dalam unggahan akun Facebook bernama Alleatia Ndoen pada 8 Juli 2017, ia menuliskan semacam peringatan bagi netizen terkait uji coba beras mengandung kimia menggunakan Betadine.

Berikut postingan selengkapnya:

"COBA DI CEK BERAS NYA YA ALL..."

Melalui unggahan tersebut, ia menyebutkan efek penggunaan Betadine pada beras yang diklaim mengandung bahan kimia.

Berikut ini isi selengkapnya:

"Jika ingin mengecek beras mengandung bahan kimia atau tdk, caranya ambil nasi sejumput tuang air sedikit, kemudian teteskan betadine 2 tetes...

Jika warna nasi berubah *BIRU* itu berarti beras ada pengawetnya

Jika beras berwarna *HITAM* berarti beras ada pemutihnya

Jika tidak berubah warnanya seperti betadine berarti beras Anda *AMAN*

'''Selamat Mencoba'''

INI BERAS YG SAYA KONSUMSI PANDAN WANGI YG 5 KG"

Sejak pertama kali dimuat, unggahan tersebut telah mendapat 34 Komentar dan dibagikan 78 ribu kali.

Benarkah cara itu bisa mendeteksi beras mengandung zat kimia?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Menurut penulusuran menggunakan mesin pencari Google dengan kata kunci "beras betadine",  didapati sejumlah artikel yang menyebutkan bahwa uji coba beras menggunakan Betadine hoaks hingga menyesatkan banyak orang. 

Cek Fakta - Artikel Hoaks Uji Coba Beras Menggunakan Betadine

 

Badan POM juga mengklarifikasi kabar uji coba beras berbahan kimia yang viral itu, melalui sebuah artikel berjudul "PENJELASAN BADAN POM TERKAIT PEMBERITAAN UJI BERAS YANG DIDUGA MENGANDUNG BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN POVIDONE-IODINE".

Berikut isi pernyataan klarifikasinya:

"Penjelasan Badan POM

Terkait

Pemberitaan Uji Beras yang Diduga Mengandung Bahan Kimia

Menggunakan Povidone-Iodine

 Sehubungan beredarnya pemberitaan melalui broadcast WhatsApp terkait pengujian beras yang diduga mengandung bahan kimia menggunakan Povidone-Iodine, Badan POM memandang perlu menyampaikan penjelasan sebagai berikut:

 

  • Beras memiliki kandungan utama berupa amilum (biasa disebut pati) yaitu senyawa karbohidrat kompleks     (polisakarida) yang dihasilkan oleh tumbuhan dengan sifat tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, dan tidak berbau.
  • Salah satu cara untuk mendeteksi adanya kandungan pati adalah dengan melakukan uji menggunakan larutan Iodin seperti yang terkandung di dalam Povidone-Iodine. Prinsip dari pengujian ini adalah jika sampel pangan yang mengandung pati ditambahkan dengan larutan Iodin, maka akan terjadi reaksi antara polisakarida (pati) dengan Iodin membentuk rantai poliiodida yang menghasilkan warna biru hingga kehitaman.
  • Semakin pekat warna biru-hitam yang timbul menunjukkan semakin panjangnya rantai polisakarida atau semakin banyaknya pati yang terkandung dalam pangan tersebut. Sementara jika uji ini dilakukan terhadap pangan yang mengandung senyawa karbohidrat berantai pendek, maka tidak akan menghasilkan perubahan warna.
  • Berdasarkan prinsip di atas, maka pengujian beras menggunakan Povidone-Iodine yang menghasilkan warna biru-hitam tidak dapat dijadikan indikator adanya kandungan bahan kimia berbahaya seperti pengawet atau pemutih. Reaksi warna serupa juga akan terjadi jika uji dilakukan pada jenis pangan lain yang memiliki kandungan pati antara lain kentang, gandum, jagung, singkong, sagu, dan lain-lain. 

Sebagai perlindungan kepada masyarakat, Badan POM terus melakukan pengawasan terhadap produk pangan yang kemungkinan tidak memenuhi syarat. Masyarakat harus menjadi konsumen cerdas. Jika memerlukan informasi lebih lanjut tentang Obat dan Makanan dapat menghubungi Contact Center HALO BPOM 1-500-533 (pulsa lokal), SMS 0812-1-9999-533, e-mail halobpom@pom.go.id, atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia."

Sementara itu, menurut artikel Jawa Pos yang diberi judul "Uji Kandungan Kimia Beras yang Menyesatkan", djelaskan bahwa tips itu menyesatkan. 

Berikut ini ulasannya:

"JawaPos.com- Ibu-ibu rumah tangga sedang dirisaukan kabar tentang kandungan kimia berbahaya pada beras. Jenisnya pengawet dan pemutih. Kabar itu tersebar melalui pesan berbentuk gambar berisi foto nasi berwarna biru beserta keterangannya.

Pesan tersebut membuat penasaran karena berisi saran tentang cara mengecek beras. Apakah mengandung pengawet atau pemutih. Pengujian itu dilakukan menggunakan obat antiseptik luka Betadine. Caranya pun cukup simpel dan sangat mudah. Taruh sejumput nasi yang siap konsumsi dalam wadah kecil, kemudian campur dengan air hingga seluruhnya tenggelam. Teteskan cairan antiseptik Betadine ke dalam air dan nasi tersebut.

Dalam pesan itu dijelaskan, jika warnanya berubah menjadi biru, nasi mengandung pengawet. Tapi, jika warnanya berubah menjadi hitam, nasi mengandung pemutih. Beras itu disebut aman jika tidak ada perubahan warna, seperti warna antiseptik yang diteteskan.

Pembuat pesan yang tidak diketahui itu mencantumkan gambar nasi yang berwarna biru dengan botol Betadine di sampingnya. ’’Ini beras yang saya konsumsi pandan wangi yang lima kilogram,’’ tulis pembuat pesan tersebut.

Jawa Pos mencoba saran sesuai pesan itu sebanyak empat kali. Dalam percobaan pertama, nasi tersebut dicampuri air hingga tenggelam seluruhnya. Tiga tetes cairan antiseptik Betadine dimasukkan ke atas nasi. Dalam 30 detik pertama, perubahan sudah terlihat. Nasi menjadi berwarna ungu. Dalam pesan itu, tidak dijelaskan kandungan nasi jika berubah warna menjadi ungu.

Percobaan kedua, lebih banyak lagi cairan antiseptik Betadine yang diberikan. Enam tetes. Dalam dua menit, terlihat perubahan nasi menjadi berwarna biru. Oleh pembuat pesan itu, disimpulkan nasi mengandung pengawet.

Pada percobaan ketiga, cairan antiseptik Betadine diperbanyak lagi hingga sembilan tetes. Hasilnya, warna nasi berubah menjadi hitam pekat. Pembuat pesan itu menyebut nasi mengandung bahan kimia pemutih.

Pada percobaan keempat, nasi itu tidak dicampuri air. Lima tetes cairan antiseptik Betadine diteteskan ke atas nasi. Hasilnya, nasi berubah warna menjadi pekat. Sekilas mirip beras ketan hitam.

Dari empat percobaan itu, terlihat kejanggalan atas pesan berantai tentang cara menguji kandungan kimia pada beras. Sebab, empat percobaan tersebut menghasilkan warna nasi yang berbeda-beda. Yaitu, ungu, biru, dan hitam. Padahal, nasi yang digunakan untuk empat percobaan itu satu jenis dan dimasak dalam waktu bersamaan.

Dari situ muncul pertanyaan. Apakah dari satu jenis nasi itu bisa hanya mengandung pengawet atau pemutih saja? Yang membuat warna berbeda justru jumlah cairan antiseptik Betadine yang diteteskan. Semakin banyak cairan yang dimasukkan ke nasi, warnanya bisa berubah semakin pekat.

Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Surabaya Hardianingsih menyatakan, pesan berantai tersebut sebenarnya isu lama, tapi kembali terulang dan menyebar. Dia memastikan pesan berantai itu salah. ”Bukan hanya hoax, tapi juga menyesatkan,” tegasnya.

Hardianingsih menjelaskan, Betadine mengandung bahan iodin. Sedangkan beras mengandung amilum atau pati yang merupakan turunan dari karbohidrat. Ketika keduanya bertemu, yang terjadi adalah perubahan warna.

Menurut dia, uji iodin bertujuan mengidentifikasi karbohidrat. Jika ada perubahan warna biru atau lebih pekat, justru beras itu bagus. ”Berarti nasinya mengandung karbohidrat,” ucapnya. Sebaliknya, jika tidak berubah warna, nasi itu malah tidak mengandung karbohidrat.

Pola percampuran tersebut yang tidak dipahami masyarakat. Jika penerima pesan itu langsung mencoba sendiri, bisa dipastikan hasilnya akan sesuai kesimpulan yang ada pada pesan. Dampaknya, pasti resah. Padahal, perubahan itu tidak menunjukkan ada tidaknya pengawet dan pemutih. (lyn/eko/gun/c17/fat)"

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Kabar uji coba beras mengandung zat kimia dengan Betadine itu tidak benar.

Seperti disampaikan oleh Badan POM melalui klarifikasi tertulisnya, disebutkan bahwa pengujian beras menggunakan Povidone-Iodine yang menghasilkan warna biru-hitam tidak dapat dijadikan indikator adanya kandungan bahan kimia berbahaya seperti pengawet atau pemutih. Reaksi warna serupa juga akan terjadi jika uji dilakukan pada jenis pangan lain yang memiliki kandungan pati antara lain kentang, gandum, jagung, singkong, sagu, dan lain-lain.

Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Surabaya Hardianingsih juga menyatakan, pesan berantai tersebut sebenarnya isu lama, tapi kembali terulang dan menyebar. Dia memastikan pesan berantai itu salah. ”Bukan hanya hoax, tapi juga menyesatkan,” tegasnya.

Hardianingsih menjelaskan, Betadine mengandung bahan iodin. Sedangkan beras mengandung amilum atau pati yang merupakan turunan dari karbohidrat. Ketika keduanya bertemu, yang terjadi adalah perubahan warna.

Menurut dia, uji iodin bertujuan mengidentifikasi karbohidrat. Jika ada perubahan warna biru atau lebih pekat, justru beras itu bagus. ”Berarti nasinya mengandung karbohidrat,” ucapnya. Sebaliknya, jika tidak berubah warna, nasi itu malah tidak mengandung karbohidrat.

Pola percampuran tersebut yang tidak dipahami masyarakat. Jika penerima pesan itu langsung mencoba sendiri, bisa dipastikan hasilnya akan sesuai kesimpulan yang ada pada pesan. Dampaknya, pasti resah. Padahal, perubahan itu tidak menunjukkan ada tidaknya pengawet dan pemutih.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.