Sukses

[Cek Fakta] Beredar Foto Gerbang Tol Salatiga Berlatar Gunung Es, Benarkah?

Beredar sebuah foto yang menunjukkan Gerbang Tol Salatiga dengan latar belakang Gunung Dieng yang diselimuti salju. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Beragam kabar viral di sosial media. Salah satunya seperti diunggah oleh akun Facebook bernama Halim Cokro pada Jumat (28/6/2019).

Dalam unggahannya, Halim Cokro menyertakan sebuah foto yang menunjukkan Gerbang Tol Salatiga dengan latar belakang gunung yang diselimuti salju.

[Cek Fakta] Beredar Foto Gerbang Tol Salatiga dengan Latar Belakang Gunung Dieng Seperti Gunung Es

"Lihat baik2..ini bukan gn.Fuji.di jepang...bukan juga pegunungan Alpen di eropa...tapi ini gn.Dieng Salatiga...Indonesia..suhu -9°C." tulisnya menyertai unggahan foto.

Unggahan Halim Cokro itu pun sudah dibagikan 2.200 kali dan mendapat tanda suka 998. Ada 371 komentar yang membicarakan unggahan foto tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penelusuran Fakta

Unggahan foto dalam akun Facebook Halim Cokro bukanlah Gunung Dieng yang berselimut salju. 

Penelusuran lewat Google Reverse Images, mengarah ke Gunung Shasta.

[Cek Fakta] Beredar Foto Gerbang Tol Salatiga dengan Latar Belakang Gunung Dieng Seperti Gunung Es

Gunung Shasta terletak di Siskiyou County, California, Amerika Serikat. 

Embun Es di Dieng

Dieng memang membeku, suhunya mencapai minus 9 derajat Celcius, namun penampakannya tak seperti yang tertera di foto yang viral itu.

Berikut penjelasan BMGK soal fenomena tersebut, seperti dikabarkan Liputan6.com dalam artikel berjudul, Suhu Dieng Membeku Capai Minus 9 Derajat Celsius, Ini Penjelasan BMKG.

 

Suhu dingin menyelimuti dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Bahkan, Senin kemarin suhu bisa mencapai minus 9 derajat Celsius. Akibatnya, embun es dieng menutupi tanaman dan perkebunan warga. Bbbrrrrrr...

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), R. Mulyono R Prabowo, mengatakan suhu dingin sebenarnya tidak hanya terjadi di wilayah Jawa, tapi juga mencapai Nusa Tenggara, mengalami penurunan suhu signifikan saat malam hari, bahkan mencapai di bawah 15 derajat Celsius.

Secara umum, kondisi suhu dingin ini terjadi sebagai akibat dari adanya aliran massa udara dingin dan kering dari wilayah benua Australia yang dikenal dengan aliran monsun dingin Australia," kata Mulyono dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (25/6/2019).

Secara klimatologis, Mulyono melanjutkan, monsun dingin Australia aktif pada periode bulan Juni, Juli, hingga Agustus yang merupakan periode puncak Musim Kemarau di wilayah Indonesia selatan ekuator.

"Desakan aliran udara kering dan dingin dari Australia ini menyebabkan kondisi udara yang relatif lebih dingin, terutama pada malam hari dan dapat dirasakan lebih signifikan di wilayah dataran tinggi atau pegunungan," beber Mulyono.

Selaia itu, kondisi musim kemarau dengan cuara cerah membuat atmosfer dengan tutupan awan sedikit di sekitar wilayah Jawa-Nusa Tenggara dapat memaksimalkan pancaran panas bumi ke atmosfer pada malam hari, sehingga suhu permukaan bumi akan lebih rendah dan menjadi lebih dingin dari pada biasanya.

Kondisi tersebut sangat bertolak belakang saat musim hujan atau peralihan (pancaroba), yang biasanya suhu pada malam hari akan menjadi lebih panas karena uap air di atmosfer cukup banyak karena banyaknya pertumbuhan awan sehingga terjadinya atmosfer semacam 'reservoir panas'.

Bedasarkan data pengamatan BMKG, selama sepekan ini suhu udara lebih rendah dari 15 celsius dapat ditemui di wilayah Frans Sales Lega (NTT) dan Treters (Pasuruan). Pada wilayah Frans Sales Lega (NTT), suhu udara sempat sampai 9,2 derajat Celcius pada tanggal 15 Juni 2019.

Kondisi serupa juga terjadi hingga dataran tinggi Dieng (Jawa Tengah) ataupun daerah pegunungan lainnya yang merasakan dampaknya. Pada senin pagi, 24 Juni 2019 suhu di dataran tinggi dieng mencapai minus 9 derajat Celcius yang membuat embun beku atau frost semakin tebal dan luas dikarenakan cuaca ekstrim tersebut.

"Diprediksikan potensi kondisi suhu dingin seperti ini masih dapat berlangsung selama periode puncak musim kemarau, Juni-Juli-Agustus, terutama di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara," kata Mulyono.

Senin pagi, 24 Juni 2019, suhu kembali anjlok ke suhu minus sembilan derajat Celsius. Embun es Dieng pun muncul lebih tebal dan luas.

Kini embun es tak hanya tampak di rerumputan. Embun es sudah berdampak ke tanaman kentang dan sayuran lain.

Suhu minus sembilan derajat Celsius tercatat di kompleks Candi Arjuna Dieng. Di dalam ruangan rumah warga di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, suhu di dalam ruangan mencapai minus satu derajat Celsius.

Di kompleks Candi Arjuna, embun es Dieng menyelimuti kawasan lebih luas. Masyarakat dan wisatawan pun berebut mengabadikan momentum langka ini dengan kamera ponsel.

"Minus sembilan derajat Celsius. Ini sudah sampai ke pertanian. Tanaman kentang itu sudah cukup luas," kata Aryadi Darwanto, Kepala UPT Dieng.

Menurut Aryadi, suhu udara Dieng sepekan terakhir ini memang turun ke suhu kurang dari nol derajat. Namun, Senin pagi ini adalah yang terendah.

Sebelumnya, suhu udara berkisar minus satu hingga minus lima derajat Celsius di kompleks Candi Arjuna. Adapun di perumahan, suhu udara masih berkisar satu atau dua derajat Celsius.

"Jelas lebih tebal dan persebarannya lebih luas. Jadi warga juga, sempat cerita, depan rumahnya ada embun es. Kebetulan suhu di kampung, di Desa Dieng Kulon juga sudah minus satu," dia menjelaskan.

 

Berikut penampakan Dieng yang diselimuti embun beku:

 

3 dari 3 halaman

Kesimpulan Klaim

Foto yang diunggah oleh akun Facebook Halim Cokro bukanlah gambar sebenarnya.

Foto yang menunjukkan latar belakang gunung es di Gerbang Tol Salatiga merupakan hasil editan semata.

 

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.