Sukses

[Cek Fakta] Bukan Bocah 15 Tahun yang Dipukul Anggota Brimob di Kampung Bali

Viral video pemukulan yang dilakukan oleh sejumlah anggota Brimob di Kampung Bali. Siapa identitas target?

Liputan6.com, Jakarta - Video, yang menggambarkan pemukulan yang dilakukan sejumlah anggota Brimob Polri terhadap seseorang di tengah kerusuhan 22 Mei, beredar di media sosial.

Dalam video berdurasi 31 detik itu, tampak beberapa personel Brimob tengah memukuli seorang pria. Peristiwa tersebut terjadi di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Video ini kemudian diunggah oleh akun Facebook bernama Ridho Fadhli pada 24 Mei 2019 lalu.

Dalam postingan tersebut, akun Ridho Fadhli menambahkan sebuah narasi dan menyebut bahwa pria yang dipukul anggota Brimob itu adalah Harun warga Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

"Anak ini bernama harun (15 tahun) warga duri kepa kebon jeruk jakarta barat. Yang di siksa oknum aparat di perkarangan masjid al huda Syahid hari ini. Allahumma taqobbalminhum syuhada'," tulis akun Ridho Fadhli.

Konten yang diunggah akun facebook Ridho Fadhli telah 2.700 kali dibagikan dan mendapat 812 komentar warganet.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Dari penelusuran, pria yang dipukuli oleh sejumlah anggota Brimob di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat adalah A alias Andri Bibir. Bukan bocah bernama Harun. 

Fakta ini sebagaimana dikutip dari Liputan6.com dengan judul artikel 'Pengakuan Andri Bibir, Pria yang Dipukul Brimob di Kampung Bali'.

Liputan6.com, Jakarta - A alias Andri Bibir pria yang video saat dia dipukuli polisi viral memberi pengakuan. Pria berusia 30 tahun itu mengaku bahwa dirinya adalah perusuh yang menyusup ke aksi 22 Mei 2019.

Dia pun menceritakan penyebab dirinya dipukuli beberapa personel Brimob di dekat Masjid Al-Huda, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

"Saat itu saya memang mau melarikan diri, tapi di belakang ada Brimob dan saya kembali lagi ke lapangan itu. Dan ternyata saat itu saya ditangkap," kata Andri di polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (25/5/2019).

Andri mengaku dirinya mengumpulkan batu dan membantu demonstran aksi 22 Mei.

"Awalnya saya ikut-ikutan dan di situ saya kena gas air mata, saya sakit hati dan saya membantu supaya pendemo semakin lebih mudah untuk mendapatkan batu," kata Andri.

Video pemukulan Andri viral di media sosial lantaran dibumbui narasi hoaks tentang seorang anak di bawah umur dipukuli polisi hingga tewas.

"Untuk teman, rekan atau keluarga yang melihat video itu, itu saya dan saya belum meninggal," tandas Andri.

Polri menegaskan isu korban tewas adalah tidak benar alias hoaks. Korban merupakan perusuh aksi 22 Mei 2019 lalu.

"Ternyata pada kenyataannya orang yang dalam video tersebut adalah pelaku perusuh yang sudah kita amankan atas nama A alias Andri Bibir," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu dinihari (25/5/2019).

Dia menambahkan, pelaku menyiapkan sejumlah benda untuk membuat suasana rusuh. Bahkan benda-benda itu dibagikan kepada sesama rekannya yang melakukan aksi 22 Mei.

"Dalam kerusuhan tanggal 22 Mei menyiapkan berbagai macam properti yang dia gunakan dalam rangka untuk melakukan kerusuhan dan penyerangan terhadap petugas antara lain batu. Batu itu disiapkan tersangka Andri Bibir untuk disuplai kepada teman-temannya yang melakukan demo. Demo ini tidak spontan, artinya by setting untuk menciptakan kerusuhan," jelas Dedi.

Tak hanya batu, Andri juga menyiapkan jerigen berisi air agar teman-temannya yang terkena gas air mata bisa cuci muka dengan air di jerigen tersebut.

Andri berupaya melarikan diri ketika melihat anggota Brimob. Namun upaya itu sia-sia setelah anggota mengepung pelaku.

"Andri Bibir ini waktu lihat anggota, langsung dia mau kabur karena merasa salah. Ketakutan dia. Dikepung oleh anggota pengamanan," jelas Dedi.

Saat ini Andri mendekam di Rutan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya guna menjalani proses hukum.

Selain itu, kabar serupa juga pernah diunggah oleh akun twitter milik anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Mustofa Nahrawardaya, @AkunTofa.

Belakangan, polisi akhirnya menangkap Mustofa Nahrawardaya karena dianggap cuitannya membuat onar dan menyebarkan hoaks.

Fakta ini sebagiamana dikutip dari situs Liputan6.com dengan judul artikel 'Mustofa Nahrawardaya Ditangkap, Polisi: Cuitannya Bikin Onar'.

Liputan6.com, Jakarta - Kasubdit II Dittipidsiber Bareskrim Polri Kombes Pol Rickynaldo Chairul membenarkan penangkapan Mustofa Nahrawardana terkait cuitan onar tentang kericuhan 21-22 Mei di Jakarta. Menurut dia, penangkapan anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi itu dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan.

"Bener banget. Cuitannya bikin onar. Lagi pemeriksaan yah (Mustofa diperiksa)," kata Rickynaldo saat dikonfirmasi, Minggu (26/5/2019).

Sebelumnya, Mustofa dilaporkan seseorang terkait unggahan di akun Twitter-nya tentang Harun, seorang remaja yang tewas dalam kerusuhan 21-22 Mei di Jakarta. Laporan itu tertulis dalam LP/B/0507/V/2019/Bareskrim tanggal 25 Mei.

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu kemudian ditangkap polisi, karena cuitan hoaks itu menimbulkan kebencian dan keresahan di masyarakat.

"Innalillahi-wainnailaihi-raajiun. Saya dikabari, anak bernama Harun (15) warga Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang disiksa oknum di Komplek Masjid Al-Huda ini, Syahid hari ini. Semoga almarhum ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Allah SWT, Amiiiiin YRA," tulis Mustofa dalam akun Twitter-nya.

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Pria yang jadi bulan-bulan anggota Brimob di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat ternyata tidak tewas. Pria tersebut diketahui berinisial A alias Andri Bibir.

Narasi yang dibangun dan menyebut korban pemukulan meninggal dunia ternyata tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.