Sukses

[Cek Fakta] Hoaks Luhut Minta Rakyat Diam Terkait Pemerintah Jokowi Tawarkan Bogor ke China

Beredar artikel 'Pemerintah Jokowi Tawarkan Kota Bogor Kepada Cina, Luhut: Rakyat Diam, Jangan Ikut Campur!' Jangan buru-buru percaya, cek dulu faktanya!

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah akun media sosial menyebarkan artikel berjudul Pemerintah Jokowi Tawarkan Kota Bogor Kepada Cina, Luhut: Rakyat Diam, Jangan Ikut Campur! yang bersumber dari situs Kompas Info (k0mpasinf0.blogspot.com).

Salah satunya akun Facebook, Muhammad Inisind. Pemilik akun mencantumkan gambar tangkapan layar situs tersebut.

"MAU TANYA NIH...

APAKAH INDONESIA INI MILIK "LUHUT BINSAR PANJAITANKO TANAH RAKYAT MAU DI JUALIN SEENAKNYA," tulis dia dalam postingan yang diunggah pada Minggu 31 Maret 2019.

Berikut narasi yang diunggah dalam situs Kompas Info:

 

KOMPASINFO- Pemerintah Indonesia akan menawarkan 28 proyek senilai USD 91,1 miliar atau setara Rp1.295,8 triliun kepada pemerintah Tiongkok saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kedua The Belt and Road Initiative atau Jalur Sutra pada April mendatang.

Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor menjadi satu dari 28 proyek yang akan “dijual” sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK) Indonesia-China.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan ada empat wilayah strategis yang akan diprioritaskan dalam program The Belt and Road Initiative, yakni Kalimantan Utara, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Bali.

Keempat wilayah itu dipilih berdasarkan pertimbangan geografis yang dinilai memiliki keunggulan dan keunikan masing-masing yang diyakini dapat menjadi daya tarik para investor Tiongkok. “Pemilihan wilayah ini sejalan dengan misi pemerintah membangun dari pinggiran,” kata Lembong.

Dari ke-28 proyek yang ditawarkan ke Tiongkok tidak semuanya berada di empat wilayah tersebut. Pemerintah juga menyiapkan delapan proyek yang berada di wilayah lain.

Antara lain, kawasan ekonomi khusus Indonesia-China di Jonggol, Jawa Barat, Coal Fired Power Plant (CFPP) berkapasitas 2×350 Mw di Celukan Bawang, Bali, Pembangkit listrik skala menengah di berbagai lokasi di Pulau Jawa,.Mine mouth Coal Fired Power Plant (CFPP) Kalselteng 3 berkapasitas 2×100 Mw dan Kalselteng 4 berkapasitas 2×100 Mw, Kalimantan Tengah, dan kolaborasi internasional Meikarta Indonesia-China.

Meski masuk proyek strategis, BKPM belum menjelaskan detil mengenai puluhan proyek tersebut. Begitu juga dengan rencana KEK Indonesia-China di Jonggol.

Bupati Bogor Ade Yasin sebagai pemilik wilayah mengaku justru baru mengetahui informasi itu dari media.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor juga tak ada rencana pembangunan kawasan ekonomi khusus di Jonggol.

“Justru saya belum tahu (KEK Indonesia-China di Jonggol). Makanya untuk detilnya seperti luasan dan lain-lain saya tak tahu,” beber Ade.

Senada juga diutarakan Kabid Perencanaan Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, Badan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pembangunan (Bappeda Litbang) Kabupaten Bogor, Ajat Rohmat Jatnika.

Dia mengaku belum mengetahui secara teknis proyek KEK Indonesia-China di Jonggol. Dia menilai program tersebut langsung dari pemerintah pusat. Sehingga, tidak melibatkan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di Bumi Tegar Beriman. “Itu programnya pemerintah pusat,” bebernya.

Perlu diketahui, kawasan ekonomi khusus (KEK) atau Special Economic Zone (SEZ) adalah wilayah geografis yang memiliki peraturan ekonomi khusus yang lebih liberal dari peraturan ekonomi yang berlaku di suatu negara.

KEK secara geografis dan jurisdiktif merupakan kawasan perdagangan bebas, termasuk kemudahan dan fasilitas duty free atas impor barang-barang modal untuk bahan baku komoditas sebagaian ekspor, dan dibuka seluas-luasnya.

Hingga tahun ini, berdasarkan data Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus terdapat 12 KEK di Indonesia. Dimana baru tujuh kawasan ekonomi khusus yang beroperasi. Sementara lima kawasan lagi masih dalam tahap pembangunan.

Sementara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah tidak mengistemewakan Tiongkok kalaupun investasinya masuk ke Indonesia. mohon untuk rakyat Indonesia jangan ikut campur apalagi tebar tebar fitnah, yang bukan bukan tentang pemerintah.

“Pertama, setiap investor yang hendak menanamkan modalnya harus membawa teknologi terbaik dari negara asal. Kami tidak mau menerima second class technology (teknologi kelas dua), kami mau investor membawa teknologi ramah lingkungan,” kata Luhut.

Syarat kedua sambungnya, ketika investor membawa teknologi terbaru ke Indonesia maka secara perlahan investor tersebut harus melakukan transfer knowledge atau berbagi pengetahuan serta teknologi kepada pekerja Indonesia. “Ketiga, investasi tersebut harus mempekerjakan pegawai asal Indonesia sebanyak mungkin,” ujarnya.

Keempat, calon investor harus membangun industri yang bisa memberikan nilai tambah kepada produk Indonesia. Dia menegaskan karena skema kerja samanya adalah B2B maka kedua belah pihak harus saling menguntungkan.

“B2B dan harus saling menguntungkan dan jangan itu ada pemerintah, pemerintah sama sekali tidak terlibat. Tadi misalnya ada yang mau investasi bahan bangunan, sehingga rumah murah, kita harganya lebih rendah dan kualitas lebih bagus dan cepat, kenapa tidak,” tutupnya.

Selama ini, Tiongkok merupakan salah satu negara yang menjadi investor dan kreditur terbesar bagi Indonesia. Tahun lalu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi asal Tiongkok mencapai US$2,4 miliar dan menduduki peringkat ketiga terbesar dari total investasi asing.

Jenis investasinya beragam mulai dari pembangunan pembangkit listrik hingga fasilitas pemurnian dan pengolahan hasil tambang. Selama masa pemerintahan Joko Widodo, trennya memang relatif meningkat. Pada 2014, realisasi investasi Tiongkok di Indonesia mencapai US$800 miliar.

Kemudian, pada 2015, melambat menjadi US$628 juta. Pada 2016, investasi Tiongkok kembali melesat menjadi US$2,7 miliar, dan 2017 mencapai US$3,36 miliar.

Dari sisi utang, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), utang Indonesia ke Tiongkok juga terus meningkat. Pada 2014, total utang Indonesia ke negeri tirai bambu itu mencapai US$7,87 miliar.

Kemudian, pada 2015, melesat 73,5 persen menjadi US$ 13,6 miliar. Pada 2016, kembali merangkak menjadi US$15,16 miliar dan naik menjadi US$16,15 miliar pada 2017. Akhir tahun lalu, utang Indonesia ke Tiongkok telah mencapai US$17,31 miliar.

Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai Tiongkok dilirik menjadi mitra potensial pembangunan proyek infrastruktur karena memiliki pendanaan yang besar.

Selain itu, Tiongkok ingin melakukan ekspansi untuk mendukung program Jalan Sutera Modern yang akan memperlancar arus perdagangannya.

Kendati demikian, Lana menilai keterlibatan Tiongkok dalam proyek infrastruktur di Indonesia harus dipikirkan matang-matang dan dilakukan dengan hati-hati.

Sebab, Tiongkok biasanya turut membawa sumber dayanya yang akan menjadi isu sosial yang sensitif. Kemudian, itu pun sebenarnya tak lepas dari keterbatasan kemampuan bahasa.

“Tiongkok kalau investasi biasanya membawa satu gerbong, termasuk tenaga kerja dan segala macam. Memang pilihannya sulit karena, sekarang, yang punya uang mereka,” ujarnya

Lana mengingatkan, pada periode kepemimpinan mantan Presiden Soeharto, model penerimaan utang adalah dalam bentuk proyek atau barang yang akan dilunasi pemerintah dengan uang. Akibatnya, Indonesia tidak memiliki keleluasaan.

“Ketika kita utang in-kind, kita tidak akan memiliki keleluasaan karena kita sudah diberikan barang apa adanya dan belum tentu barang tersebut teknologi baru, bisa jadi teknologi usang di negara asal yang di bawa ke sini,” jelasnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Dalam artikelnya, Kompas Info menyebut, berita itu diambil dari https://www.eramuslim.com/berita/nasional/pemerintah-jokowi-tawarkan-jonggol-kepada-cina.htm

Sementara, eramuslim.com mengutip berita dari harian Radar Bogor

Saat ditelusuri, ada perbedaan pernyataan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan yang dimuat Kompas Info dan eramuslim.com.

Berikut cuplikan dalam artikel eramuslim.com:

 

Sementara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah tidak akan mengistemewakan Tiongkok kalaupun investasinya masuk ke Indonesia. Mereka kata dia, harus tetap memenuhi syarat selayaknya investor asing dari negara lain.

“Pertama, setiap investor yang hendak menanamkan modalnya harus membawa teknologi terbaik dari negara asal. Kami tidak mau menerima second class technology (teknologi kelas dua), kami mau investor membawa teknologi ramah lingkungan,” kata Luhut.

“B2B dan harus saling menguntungkan dan jangan itu ada pemerintah, pemerintah sama sekali tidak terlibat. Tadi misalnya ada yang mau investasi bahan bangunan, sehingga rumah murah, kita harganya lebih rendah dan kualitas lebih bagus dan cepat, kenapa tidak,” tutupnya.

 

Sama sekali tak ada kalimat Menko Luhut yang meminta rakyat diam atau ikut campur.

Seperti dikutip dari situs Kementerian Komunikasi dan Informatika, ada muatan disinformasi dalam artikel yang dimuat k0mpasinf0.blogspot.com.

 

KATEGORI: DISINFORMASI

Penjelasan :

Sebuah artikel yang bersumber dari k0mpasinf0.blogspot.com diedarkan oleh beberapa akun media sosial Facebook. Artikel tersebut berjudul “Pemerintah Jokowi Tawarkan Kota Bogor Kepada Cina, Luhut: Rakyat Diam, Jangan Ikut Campur!”. Sekilas artikel tersebut nampak seperti berita biasa. Pada artikel tersebut juga dimunculkan pernyataan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang berbunyi “pemerintah tidak mengistemewakan Tiongkok kalaupun investasinya masuk ke Indonesia. mohon untuk rakyat Indonesia jangan ikut campur apalagi tebar tebar fitnah, yang bukan bukan tentang pemerintah.”

Adapun artikel tersebut mengutip berita dari radarbogor.id yang berjudul “Kecamatan Jonggol ‘Dijual’ ke China, Ade Yasin : Justru Saya Belum Tahu”. Namun, tidak ditemukan adanya pernyataan Luhut yang berbunyi “pemerintah tidak mengistemewakan Tiongkok kalaupun investasinya masuk ke Indonesia. mohon untuk rakyat Indonesia jangan ikut campur apalagi tebar tebar fitnah, yang bukan bukan tentang pemerintah”. Pernyataan asli yang dikeluarkan oleh Luhut hanya menyatakan bahwa pemerintah tidak akan mengistimewakan Tiongkok kalaupun investasinya masuk ke Indonesia. Mereka kata Luhut, harus tetap memenuhi syarat selayaknya investor asing dari negara lain. Pernyataan Luhut tersebut kemudian dimodifikasi oleh situs k0mpasinf0.blogspot.com dan menyebabkan disinformasi pada masyarakat.

Link Counter :

http://www.radarbogor.id/2019/03/27/kecamatan-jonggol-dijual-ke-china-ade-yasin-justru-saya-belum-tahu/

https://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2019/03/28/jonggol-dijual-ke-tiongkok-ini-kata-bupati-bogor-ade-yasin/

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan Klaim

Artikel yang dimuat k0mpasinf0.blogspot.com tidak sesuai dengan apa yang dimuat sumbernya, eramuslim.com, maupun Radar Bogor. 

Ada kalimat yang ditambahkah dalam pemberitaan Kompas Info, yakni, "mohon untuk rakyat Indonesia jangan ikut campur apalagi tebar tebar fitnah, yang bukan bukan tentang pemerintah."

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

 

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.