Sukses

Kronologi Tragedi Kanjuruhan Usai Pertandingan Arema vs Persebaya

Ratusan suporter tewas akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya.

Liputan6.com, Malang- Sepak bola Indonesia kembali berduka. Ratusan nyawa melayang akibat kerusuhan di pertandingan BRI Liga 1 2022/2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (2/10/2022) malam WIB.

Pertandingan Arema melawan Persebaya Surabaya berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Kesal dengan kekalahan Arema, suporter Aremania menyerbu ke lapangan usai peluit panjang ditiup wasit.

Petugas keamanan langsung berusaha menghalau serbuan suporter ini. Untuk mengusir suporter, ditembakan gas air mata. Kondisi justru menjadi semakin kacau.

Para suporter yang panik termasuk wanita dan anak-anak berdesakan mencoba keluar dari Stadion Kanjuruhan. Akibatnya fatal, banyak yang pingsan dan sulit bernafas.

Data yang dirilis Polda Jatim pada Minggu (2/10/2022) dini hari WIB, korban jiwa kerusuhan Arema vs Persebaya mencapai 127 orang, termasuk dua anggota polisi.

Salah seorang suporter yang selamat dari kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Rezqi Wahyu menceritakan detik-detik kejadian mencekam tersebut via Twitter.

Kerusuhan bermula dari adanya satu orang Aremania dari tribun selatan yang nekat masuk ke lapangan dan mendekati pemain Arema Sergio Silva dan Adilson Maringa. Sang suporter mencoba memberikan motivasi dan kritik kepada pemain Arema.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Dikawal ke Ruang Ganti

Aksi satu orang suporter ini kemudian diikuti beberapa Aremania lain yang masuk ke lapangan guna meluapkan kekecewaannya kepada pemain. Jumlah suporter yang masuk ke lapangan semakin banyak dari berbagai sisi stadion. Suporter juga mulai melemparkan benda-benda ke lapangan.

Para pemain Arema harus mendapat pengawalan petugas keamanan saat memasuki ruang ganti. Usai pemain Arema masuk ruang ganti, situasi di lapangan semakin tak terkendali. Jumlah suporter yang masuk makin banyak.

Aparat keamanan langsung berupaya memukul mundur suporter dengan tameng dan pentungan. Saat aparat memukul mundur supporter di sisi selatan, suporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat. Kondisi makin tak kondusif.

3 dari 5 halaman

Gas Air Mata

Kemudian aparat keamanan menembakan gas air mata untuk membubarkan suporter Arema yang masuk ke lapangan. Silih berganti suporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara.

Selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakanan gas air mata ke arah suporter.

Para suporter yang panik karena gas air mata semakin ricuh di tribun. Mereka berusaha segera keluar dari Stadion Kanjuruhan. Sayangnya pintu keluar sudah penuh sesak karena suporter berebut segera keluar.

4 dari 5 halaman

Di Luar Stadion

Banyak suporter wanita dan anak-anak yang sesak nafas tak terdaya. Mereka sudah tak kuat berdesakan keluar dari stadion. Pintu keluar stadion semuanya penuh sesak.

"Didalam stadion mereka sesak karena gas air mata yang sudah ditembakkan ke berbagai arah.Sedangkan untuk keluar stadion pun gak bisa karena macet penuh sesak di pintu keluar. Diluar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata," ujar Rezqi.

 

5 dari 5 halaman

Rusak Mobil Polisi

Menurut penuturan Rezqi, kondisi makin panas pada pukul 22.30. Banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil polisi. Suporter juga mengeroyok petugas polisi karena dianggap mengurung mereka di stadion degan gas air mata.

"Kondisi luar stadion Kanjuruhan sudah sangat mencekam.. Banyak suporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita.. Suporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian dan amarah... Batu batako, besi dan bambu berterbangan."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.