Sukses

Bola Ganjil: Tidak Becus Pimpin Laga, Aksi Nekat Petinggi Klub Sandera Wasit

Ketidakpuasan terhadap kinerja wasit kerap menghadirkan anarki. Pemain, pelatih, hingga penonton tidak ragu menyerang sang pengadil pertandingan sepak bola karena gagal menjaga emosi.

Liputan6.com, Jakarta - Ketidakpuasan terhadap kinerja wasit kerap menghadirkan anarki. Pemain, pelatih, hingga penonton tidak ragu menyerang sang pengadil pertandingan sepak bola karena gagal menjaga emosi.

Gary Willard sampai harus berlindung di kamar ganti saat bertugas pada laga Liga Inggris Barnsley vs Liverpool, Maret 1998. Dia merasa nyawanya terancam usai mengeluarkan tiga kartu merah kepada Barnsley.

Namun, petinggi klub juga bisa kecewa terhadap petinggi klub. Reaksi mereka bahkan tergolong ekstrem.

Douglas Park adalah salah satunya. Ketika menjabat direktur Heart of Midlothian Football Club, dia mengunci wasit David Syme di dalam kamar ganti selepas laga melawan Glasgow Rangers di Tynecastle.

Hearts takluk 1-2 pada pertandingan tersebut. Park lalu mengantongi kunci dan pergi sebelum membebaskan 'tahanan' 45 menit berselang.

Park melakukan pembelaan dan menegaskan dirinya mencoba melindungi wasit dari amuk penonton yang masih emosi. Tapi otoritas tidak percaya. Mereka mengganjarnya denda seribu poundsterling.

"Saya mengikutinya ke kamar ganti wasit dan coba menghentikan. Tapi dia tidak mendengar. Yang jelas insiden itu sama sekali tidak membantu," ungkap Pilmar Smith yang kala itu menjabat wakil direktur Hearts.

"Sebagai klub, saya merasa Hearts kerap mendapat perlakuan tidak adil dari wasit. Saya kira peristiwa itu adalah akumulasi."

Park meninggalkan jabatannya tidak lama berselang. Dia kemudian kembali ke sepak bola dengan membeli saham Rangers pada Januari 2015, sebelum menjadi direktur utama klub lima tahun berselang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dikunci Semalaman

Park ternyata bukan satu-satunya pejabat klub yang bertindak di luar batas. Ibrahim Ethem Haciosmanoglu kala menjabat presiden Trabzonspor juga melakukan hal serupa karena kecewa dengan kepemimpinan wasit.

Haciosmanoglu marah setelah wasit Cagatay Sahan tidak memberi tim penalti saat melawan Gaziantepspor pada 2015. Akibat keputusan itu, Trabzonspor harus puas bermain 2-2.

Jika Park masih baik hati dengan segera membebaskan wasit, tidak demikian dengan Haciosmanoglu. Dia mengunci Sahan dan para asistennya dikunci semalaman. Para wasit bahkan baru dilepas ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan turun tangan.

"Saya meminta petugas keamanan stadion agar melepas wasit pagi keesokan harinya. Namun ada orang penting menghubungi saya dan meminta saya tidak membuat Turki malu di mata dunia," ungkap Haciosmanoglu dilansir ESPN.

 

3 dari 3 halaman

Pembelaan Diri

Seperti Park, Haciosmanoglu juga mengaku mengambil langkah tersebut sebagai upaya melindungi wasit. "Masyarakat Trabzon mengincarnya. Kami sudah mengatur agar wasit bisa meninggalkan kota tanpa masalah," ujarnya.

Federasi Sepak Bola Turki tidak percaya. Mereka melarang Haciosmanoglu terlibat dalam aktivitas sepak bola selama 280 hari serta denda 150 ribu lira Turki.

Pejabat klub lain seperti Yakup Aslan, Ali Uzunay, Koksal Guney, Omer Demir, Ali Kemal Basaran, Onur Incehasan, Seyfettin Tayfun Kahyaoglu, dan Mehmet Terzi juga dihukum. Begitu pula pelatih Suleyman Hurma dengan Trabzonspor harus bermain di dua laga kandang tanpa penonton.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.