Sukses

Update Covid-19 15 September 2022: Kasus Sembuh Bertambah 3.915 Orang

Jadi total akumulatif terdapat 157.849 orang meninggal dunia akibat virus Corona yang menyebabkan Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Kasus positif, sembuh, dan meninggal dunia akibat Covid-19 di Indonesia hingga saat ini masih saja bertambah. Hingga Kamis kemarin (15/9/2022) total akumulatif orang terkonfirmasi positif terinfeksi virus Corona terdapat 6.402.686 orang.

Berdasarkan data, ada penambahan 2.651 orang positif Covid-19. Sedangkan, kasus sembuh bertambah 3.915 orang. Dengan demikian total akumulatifnya ada 6.215.711 pasien berhasil sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19 sampai saat ini.

Sementara itu, kasus meninggal dunia bertambah 21 kasus. Jadi total akumulatif terdapat 157.849 orang meninggal dunia akibat virus Corona yang menyebabkan Covid-19.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Rabu 14 September 2022 bahwa gelombang virus Corona di masa depan diperkirakan bisa kembali terjadi.

WHO mengingatkan pemerintah di seluruh dunia perlu tetap waspada dan siap untuk menanggapi setiap ancaman yang mungkin muncul, seperti dikutip dari laman Xinhua, Kamis (15/9/2022).

"Kita tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi ini," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menurun

Menurut WHO, selama minggu 5-11 September, jumlah kasus mingguan baru di seluruh dunia menurun 28 persen dibandingkan minggu sebelumnya menjadi lebih dari 3,1 juta.

Jumlah kematian mingguan baru turun 22 persen menjadi hanya di bawah 11.000. Tedros menyamakan respons pandemi dengan perlombaan maraton.

"Sekarang adalah waktunya untuk berlari lebih keras dan memastikan kita melewati batas dan menuai hasil dari semua kerja keras kita," kata Tedros.

Meski demikian, para ahli WHO terus mengimbau agar berhati-hati.

Virus ini "beredar pada tingkat yang sangat intens di seluruh dunia saat ini. Dan, faktanya, jumlah kasus yang dilaporkan ke WHO yang kami tahu terlalu rendah," ujar Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO.

"Kami merasa lebih banyak kasus yang sebenarnya beredar daripada yang dilaporkan kepada kami," kata Tedros.

"Kami memperkirakan akan ada gelombang infeksi di masa depan, berpotensi pada titik waktu yang berbeda di seluruh dunia, yang disebabkan oleh subvarian Omicron atau bahkan varian yang berbeda," sambung dia.

3 dari 4 halaman

Long Covid-19

Di Klinik Universitas Erlangen di Jerman, dokter mata dan ahli biologi molekuler Bettina Hohberger sedang berusaha mengungkap misteri Long Covid-19. Dia dan timnya berusaha membuktikan apakah virus Covid-19 menggaggu peredaran darah secara konsisten:

Bersama seorang rekan dari unit perawatan intensif, Hohberger mendapat ide menguji, apakah virus juga menyerang lapisan terdalam kapiler. Bettina Hohberger dan timnya kemudian fokus meneliti pembuluh darah halus. Untuk itu, dia membuat foto mata para pasien Long Covid dengan kamera spesial.

"Ide di baliknya adalah, pembuluh darah di mata tentu punya struktur sama seperti yang lainnya di tubuh," kata Hohberger.

Dengan demikian, kata Hohberger, perubahan di mata bisa jadi contoh untuk seluruh tubuh.

"Itu ternyata benar. Bettina Hohberger menemukan, pada banyak pasien Corona, aliran darah di kapiler terganggu. Di Institut Max Planck para peneliti sudah punya dugaan, mengapa gangguang aliran darah ini terjadi," demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Minggu 11 September 2022.

4 dari 4 halaman

Long Covid-19 Sudah Bisa Ditaklukkan?

Dalam riset yang dilakukan bekerjasama dengan institut itu, diteliti sejauh mana sel darah bisa berubah bentuk. Martin Kräter, ahli biologi di Max Planck Institut Erlangen mengatakan, "Kalau kita sekarang berbicara soal darah, berarti sel-sel darah harus berubah bentuk di kapiler terkecil agar bisa mengalir masuk.“ Tapi kalau tidak bisa berubah bentuk lagi, mungkin itulah tanda-tanda penyakitnya.

Hanya diperlukan setetes darah untuk meneliti efek ini. Martin Kräter memompa darah itu melalui chip khusus dengan kanal-kanal kecil, yang lebih halus dari sehelai rambut manusia.

Proses itu direkam filmnya dengan kamera berkecepatan tinggi. Dengan demikian bisa dilihat, apakah, dan sekuat apa sel-sel darah berubah bentuk ketika melewati kapiler buatan.

Dari pengumpulan data terlihat, dalam darah para penderita Long Covid tampak kekakuan yang tidak alamiah. Karena, di saat sel darah merah sehat yang elastis dan berubah bentuk jadi pipih, sel-sel lain tetap kaku dan bundar: Martin Kräter dari Max-Planck-Institut Erlangen mengatakan, "Sel-sel darah itu tidak bisa lagi melewati kapiler paling halus dalam tubuh."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.