Sukses

Rusia Klaim Rebut Mariupol dari Ukraina, Putin Sebut Tentaranya Pahlawan

Rusia mengklaim telah berhasil merebut kota Mariupol di Ukraina. Presiden Rusia, Vladimir Putin pun menyebut para tentaranya sebagai pahlawan.

Liputan6.com, Jakarta Rusia mengklaim telah berhasil merebut kota Mariupol di Ukraina. Presiden Rusia, Vladimir Putin pun menyebut para tentaranya sebagai pahlawan.

"Saya ingin mereka semua tahu bahwa kami semua melihat mereka sebagai pahlawan. Inilah bagaimana seluruh rakyat Rusia melihat mereka," ujar Presiden Vladimir Putin, dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Jumat (22/4/2022).

Mariupol menjadi salah satu target utama Rusia sejak menginvasi Ukraina akhir Februari lalu. Pasalnya, kota tersebut terhitung penting lantaran bisa menjadi jalur bagi Rusia menuju wilayah Krimea yang mereka rebut sejak 2014.

Putin mengatakan, operasi penyerangan Mariupol sebagai 'pembebasan'. Ia juga bakal memberi penghargaan untuk para tentara yang merebut wilayah negara lain tersebut.

Kota Mariupol disebut telah dikuasai pasukan Rusia dan pasukan separatis Republik Rakyat Donetsk. Ada satu tempat yang belum dikuasai, yakni pabrik besi Azovstal yang menjadi benteng terakhir para nasionalis Ukraina.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

4000 Tentara Ukraina Tewas

Lebih lanjut, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu menyatakan ada 4.000 prajurit Ukraina yang terbunuh dalam pertempuran di Mariupol dan 1.500 lainnya menyerah. Namun, Shoigu tidak mengungkap ada berapa korban jiwa dari pihak Rusia.

Rusia mengklaim telah mengevakuasi 142 ribu warga Mariupol. Menhan Rusia berkata siap untuk memastikan daerah itu tetap damai.

3 dari 3 halaman

PBB Bertindak

Di sisi lain, PBB melalui Sekretaris Jenderal (Sekjen), Antonio Guterres berencana menemui Putin dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Harapannya, pertemuan tersebut bisa menghasilkan langkah untuk mewujudkan perdamaian.

"Sekjen mengatakan bahwa pada saat berbahaya dan berkonsekuensi besar seperti ini, dia ingin membahas langkah-langkah mendesak guna mewujudkan perdamaian di Ukraina serta masa depan multilateralisme berdasarkan Piagam PBB dan hukum internasional," kata Juru bicara sekjen PBB, Stephane Dujarric.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.