Sukses

Fakta Unik Derby Milan, dari Berbagi Stadion hingga Solidaritas Antarultras

Derby Milan selalu menuliskan berbagai cerita menarik dari masa ke masa. Cerita unik dan menarik pun kerap terukir di partai paling bergengsi di jagat raya ini

Liputan6.com, Jakarta - Pertandingan akbar antara dua tim sekota bakal terlaksana dalam beberapa jam ke depan. AC Milan bakal ‘bertamu’ ke kandang Inter Milan dalam lanjutan Serie A Italia di Stadion Giuseppe Meazza.

Laga yang akrab dikenal sebagai Derby Milan ini diprediksi berjalan sengit. Selain martabat serta muruah tim yang dipertaruhkan, kedua tim juga tengah berlomba meraih tiga angka demi mendekatkan diri kepada trofi juara.

Berlangsung pada hari Minggu (6/2/2022) dini hari WIB, duel ini akan menjadi pertandingan Ke-230 dalam 10 dekade terakhir. Pertemuan terakhir diantara kedua tim terjadi pada 7 November 2021 lalu dengan hasil akhir sama kuat 1-1.

Walau begitu, dalam 10 pertandingan terakhir, Nerazzurri sukses meraih kemenangan lebih banyak dibanding saudara tuanya, AC Milan. Tercatat, Inter Milan berhasil menaklukan Rossoneri sebanyak enam kali di berbagai ajang kompetisi.

Namun, bila berbicara di luar hasil akhir pertandingan, Derby della Madonnina memang selalu menyuguhkan sejuta cerita. Kala kedua rival bertemu, catatan anyar selalu tertulis dibenak para pendukung masing-masing tim.

Kira-kira apa saja fakta unik dan menarik yang pernah terjadi selama Derby Milan terlaksana? Simak beberapa fakta unik Derby Milan yang bisa Anda lihat di halaman berikutnya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Adu Gengsi dengan Trofi

Sebagai ‘saudara’, kedua tim memang selalu bersaing demi menjadi yang terbaik. Baik AC Milan dan Inter Milan selalu berseteru di berbagai bidang, salah satunya dalam hal meraih trofi bergengsi.

Seperti yang terjadi pada Era 1960-an. Waktu itu, AC Milan sukses menyabet gelar perdananya di ajang Liga Champions 1962/63. Rossoneri sukses membawa pulang trofi Si Kuping Besar usai mengalahkan Benfica 2-1 di partai puncak.

Keberhasilan AC Milan ini tampaknya membuat skuad Inter Milan gerah. Alhasil, pada Liga Champions edisi berikutnya, Nerazzurri tak ingin menyia-nyiakan kesempatannya untuk tampil di ajang bergengsi ini.

Benar saja, anak asuh Helenio Herrera ini sukses tampil apik. Nerazzurri bahkan berhasil menekuk Real Madrid di partai final dengan skor 3-1 dan berhak atas trofi perdana Liga Champions.

Namun, tak berhenti sampai di sana, Inter Milan yang kala itu diperkuat Giacinto Facchetti dan Sandro Mazzola ini berhasil mengulang hal serupa di musim berikutnya. Nerazzurri pun akhirnya dinobatkan menjadi tim ketiga yang berhasil menjuarai Liga Champions dua kali berturut-turut dalam sejarah (1963/64 dan 1964/65).

3 dari 5 halaman

Berbagi Stadion

Adu gengsi semakin terasa panas dari tahun ke tahun tatkala kedua tim bermain di stadion yang sama. Seperti diketahui, baik AC Milan maupun Inter Milan menggunakan Stadion San Siro sebagai markas mereka.

Asal mula penggunaan satu atap ini dimulai dari dijualnya Stadion San Siro kepada Pemerintah Kota Milan pada 1935. Kemudian, renovasi dilakukan oleh Pemerintah Kota Milan guna memperluas kapasitas stadion.

Pada 1947, renovasi Stadion San Siro dinyatakan rampung. Inter Milan yang tengah naik daun akhirnya memutuskan untuk memakai stadion ini karena Arena Civica (Eks stadion Inter Milan) sangat minim kapasitas.

Sehingga, sejak saat itu, baik Milanisti (Pendukung AC Milan) dan Interisti (Pendukung Inter Milan) harus berbagi tempat duduk kala kedua tim bertemu. Milanisti menduduki tribun selatan (Curva Sud) dan Interisti menduduki tribun utara (Curva Nord).

4 dari 5 halaman

Solidaritas Ultras

Penggunaan stadion yang sama oleh dua tim berbeda sejatinya dapat menimbulkan gesekan keras antara masing-masing pendukung. Apalagi kedua tim terbentuk akibat adanya dualisme atau pandangan yang berbeda di masa lalu.

Sehingga, Derby Milan atau Derby della Madonnina ini sangat sulit berjalan dengan tenang di masa-masa awal kedua tim bertemu. Bahkan, pertumpahan darah kerap terjadi ketika ada salah satu tim yang dirugikan di derbi paling beken di dunia ini.

Namun, pada Era 1980-an, kedua kelompok pendukung bersepakat untuk menghindari pertikaian di luar lapangan. Baik Milanisti atau Interisti menyetujui kesepakatan bahwa rivalitas hanya berlangsung selama 90 menit. Selebihnya, mereka adalah kawan.

Salah satu momen yang paling diingat berkat kesepakatan perdamaian tersebut terjadi pada 2013 lalu. Ultras Interisti menunjukan solidaritasnya pasca Milanisti yang menduduki Curva Sud dilarang hadir ke stadion.

Waktu itu, pendukung Rossoneri diberikan larangan hadir ke stadion akibat perkataan tak pantas dan diskriminatif yang dilontarkan para pendukung kala Napoli bertandang ke San Siro. Alhasil, Asosiasi Sepak Bola Italia (FIGC) melarang pendukung AC Milan menduduki stadion.

Mendengar masalah yang diterima saudaranya, Interisti pun melakukan aksi solidaritas dengan mengajak pendukung dari klub lain menyorakan kalimat diskriminatif ketika tim kesayangannya bertanding. Hal ini dilakukan karena sanksi yang diberikan dirasa cukup berat.

Selain mengancam dengan aksi di luar nalar. Interisti juga bersepakat tidak akan membawa atribut seperti bendera ke wilayah Curva Nord guna menghormati Milanisti yang dilarang membawa atribut yang berbau AC Milan.

5 dari 5 halaman

Statistik Derby Milan

Total Pertandingan

299 pertandingan

Total Gol

621 gol

Kemenangan Terbanyak

Inter Milan (84 kemenangan)

Top Skor Sepanjang Masa

Andriy Shevchenko (14 gol)

Penampilan Terbanyak

Paolo Maldini (56 penampilan)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.