Sukses

Mantan Asisten Ferguson Bongkar Kesalahan MU Sehingga Mengalami Masa Sulit Berkepanjangan

Manchester United atau MU seharusnya tidak perlu terlalu lama mengalami periode sulit sejak ditinggal oleh Sir Alex Ferguson.

Liputan6.com, Jakarta Sejak ditinggal Sir Alex Ferguson, Manchester United atau MU belum juga menemukan kembali era kejayaannya. Alih-alih melanjutkan prestasi yang ditorehkan pria asal Skotlandia itu, Setan Merah sampai saat ini tidak mampu menemukan sosok pelatih yang tepat bagi pasukannya. 

Setidaknya sudah empat pelatih tenar yang menangani MU sepeninggal Ferguson. Mulai dari  Mulai Moyes, Jose Mourinho, Luis Van Gaal, hingga Ole Gunnar Solskjaer. Sayang, tidak satupun yang mampu mengembalikan kegembiraan fans Setan Merah saat timnya ditangani oleh Ferguson. 

Seperti diketahui, selama 26 tahun bersama Fergie, MU menjelma sebagai klub yang sangat disegani di Inggris dan Eropa. Ini terbukti dari deretan trofi yang berhasil direbut Setan Merah pada masa itu. Selama menukangi MU, pria berusia 80 tahun itu tercatat mampu memenangkan setidaknya 38 gelar bergengsi, termasuk 13 trofi Liga Inggris, 5 FA Cup, dan dua gelar Liga Champions Eropa.

Saat ini, Manchester United ditangani oleh Ralf Rangnick. Mantan pelatih RB Leipzig itu ditunjuk sebagai pelatih interim menggantikan Ole Gunnar Solskjaer yang dipecat pada 21 November lalu. 

Belum banyak yang bisa dilakukan Rangnick. Kehadiran pelatih asal Jerman itu belakangan justru memicu ketidakharmonisan di ruang ganti Setan Merah yang kembali diperkuat Cristiano Ronaldo. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Salah Pilih

Rene Meulensteen pria yang pernah menjadi asisten Ferguson menilai, Setan Merah seharusnya tidak perlu mengalami periode sulit yang berlarut-larut. Hanya saja, keputusan yang keliru dalam mencari pelatih yang tepat membuat MU kesulitan mengikuti jejak yang ditinggalkan Fergie. 

Menurut Meulensteen, seharusnya MU langsung menunjuk Jurgen Klopp atau Pep Guardiola sebagai penerus Ferguson di MU. Apalagi saat itu, keduanya berpeluang besar untuk merapat ke Old Trafford.

Namun MU justru memilih memboyong David Moyes dari Everton setelah direkomendasikan Fergie. Moyes tidak bertahan lama dan akhirnya dipecat hanya 10 bulan sejak menandatangani kontrak. 

 

3 dari 5 halaman

Kata Meulensteen

"MU kehilangan trik dengan tidak menunjuk salah satu dari mereka (Klopp atau Guardiola," ujar Meulensteen. "Mereka berdua sangat berpengaruh di klubnya," beber Meullensteen. 

"Coba tanya ke pemain Liverpool, 'Apakah kalian tahu apa yang kalian lakukan?' Pasti mereka jawab 'ya'. Coba tanya juga pemain Manchester City, tidak perduli seperti apa dia melakukan perubahan di sekitarnya, 'Apakah kalian tahu apa yang sedang kalian lakukan?'. Mereka pasti juga bilang 'ya'."

"Tanyakan kepada pemain United dan saya rasa Anda tidak mendapatkan jawaban yang meyakinkan. Ingat, jika salah satu klub tidak mempersiapkan diri dengan baik ketika mereka pergi, mereka akan berakhir di posisi yang sama,” beber pria berusia 57 tahun itu menambahkan. 

 

4 dari 5 halaman

Kiprah Klopp dan Guardiola

Klopp meninggalkan Borussia Dortmund pada 2015 dan menandatangani kontrak dengan Liverpool. Bersama Klopp, Liverpool telah berhasil merebut gelar Premier League dan Liga Champions. 

Sementara Guardiola tiba di Liga Premier pada 2016 setelah meninggalkan Bayern Munich. Bersama Guardiola, Manchester City menikmati kesuksesan luar biasa di Inggris. Mantan manajer Barcelona telah mengangkat tiga gelar Liga Premier, Piala FA, dan empat Piala Liga selama waktunya di Etihad

 

5 dari 5 halaman

Kepercayaan Diri

Meulensteen mengklaim apa yang dibutuhkan setiap tim MU adalah "kepercayaan diri" untuk mengeksekusi gaya permainan yang membuat tim Ferguson di masa lalu begitu ditakuti dan disegani.

“Ini tentang kecepatan, kekuatan, penetrasi, ketidakpastian, saat menyerang dan itulah yang kami inginkan dari tim kami,” katanya.

“Itulah tujuan MU. Bagian yang sulit adalah selalu menyeimbangkan kebutuhan untuk menang dan menghibur. Ada saat-saat ketika kami tahu melawan tim tertentu bahwa kami harus berjuang untuk menang 1-0, tetapi kami juga bisa melakukannya. Maksudnya adalah memiliki kepercayaan diri, keyakinan, dan otoritas untuk melaksanakannya. Setiap tim MU membutuhkan itu.”

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.