Sukses

Dideportasi dari Australia, Novak Djokovic Urung Jadi Petenis Tersukses Sepanjang Sejarah

Tunggal putra nomor satu dunia Novak Djokovic kalah dalam proses banding sehingga bakal dideportasi dari Australia. Dia pun dipastikan gagal mengikuti Australia Terbuka 2022.

Liputan6.com, Melbourne - Tunggal putra nomor satu dunia Novak Djokovic kalah dalam proses banding sehingga bakal dideportasi dari Australia. Dia pun dipastikan gagal mengikuti Australia Terbuka 2022.

Pengadilan Federal menguatkan keputusan pemerintah Negeri Kanguru untuk membatalkan visa pemegang rekor 20 gelar grand slam itu dalam persidangan, Minggu (16/1/2022).

"Kami mengambil sikap mutlak berdasar legalitas. Bukan tugas kami menentukan kepatutan atau kebijaksanaan sikap awal," kata Ketua Hakim Pengadilan Federal Australia James Allsop dilansir 9News, yang berarti mempertegas keputusan otoritas Negeri Kangguru.

Hal ini mengakhiri drama yang diciptakan Djokovic dalam dua pekan terakhir. Dia berniat datang ke Australia dalam usaha mempertahankan gelar Australia Terbuka, sekaligus menjadi petenis pria pertama yang memenangkan 21 Grand Slam.

Djokovic ditahan sejak tiba di Ausralia dan menghabiskan empat malam pertamanya di tahanan hotel. Namun, hakim membebaskannya Senin (10/1/2022), setelah melihat pembatalan visa Djokovic pada saat kedatangan tidak masuk akal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kewenangan Diskresi

Sosok asal Serbia itu kemudian mulai berlatih bersiap mengikuti turnamen, sebelum Menteri Imigrasi Alex Hawke menggunakan kewenangan diskresi untuk membatalkan visanya.

Hawke menilai Djokovic mengancam ketertiban umum karena kehadirannya akan mendorong sentimen anti-vaksin di tengah pandemi Covid-19 yang memburuk di Australia.

Djokovic kemudian mengajukan banding dan memaksa Pengadilan Federal turun tangan.

3 dari 3 halaman

Dapat Pengecualian

Awalnya Djokovic mendapat pengecualian untuk masuk ke Australia dari sisi medis terkait vaksinasi karena belum lama ini terkena Covid-19. Pengecualian itu memicu kemarahan meluas di Australia, yang telah mengalami lockdown terberat di dunia dan di mana lebih dari 90 persen orang dewasa telah divaksin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.