Sukses

Bola Ganjil: Ketika Gelar Top Skor Diiringi Degradasi

Keberadaan pemain subur tidak otomatis memastikan hasil positif bagi tim sepak bola. Peraih top skor bahkan ada yang terdegradasi. Siapa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Tujuan utama dalam sepak bola adalah meraih kemenangan. Misi tersebut akan lebih mudah dicapai jika satu tim memiliki pemain tajam.

Jelas, mengingat cara utama untuk menaklukkan lawan yakni lewat merobek gawang rival. Sedangkan opsi kurang populer adalah dengan memperketat pertahanan dan mengandalkan bantuan dewi fortuna di adu penalti.

Meski begitu, keberadaan pemain subur tidak otomatis memastikan hasil positif. Sudah banyak contoh membuktikan hal tersebut.

Empat dari lima liga domestik terbaik Eropa bahkan mempertegas bukti itu pada musim ini. Top skor Liga Inggris, La Liga, Serie A, dan Ligue 1 bukan datang dari klub juara.

Produktivitas Harry Kane (Tottenham Hotspur), Cristiano Ronaldo (Juventus), Lionel Messi (Barcelona), dan Kylian Mbappe (Paris Saint-Germain) tidak berbanding lurus prestasi tim.

Saksikan Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Justru Turun Kasta

Setidaknya tim mereka tetap berkutat di zona elite dan lolos ke kompetisi Eropa musim depan. Tidak seperti Giorgos Giakoumakis di Eredivisie.

Membela VVV Venlo, pemain asal Yunani tersebut sudah mencoba sekeras mungkin membantu tim meraih kemenangan. Giakoumakis sukses melesakkan 26 gol, sebuah capaian impresif mengingat dia baru memperkuat VVV dan mengadu nasib di Negeri Kincir Angin musim ini.

Giakoumakis menghasilkan 60 persen gol timnya. Dia unggul tujuh tol atas pesaing terdekat penggawa PSV Eindhoven Donyell Malen dalam daftar top skor.

Namun, VVV cuma meraih enam kemenangan dan menempati peringkat ke-17 dari 18 tim.

3 dari 4 halaman

Igor Protti

Fenomena serupa pernah hadir di Serie A 1995/1996. Igor Protti merebut status Capocannoniere bersama Giuseppe Signori lewat torehan 24 gol bagi Bari. Kontribusi Protti gagal menyelamatkan Bari.

Namun, produktivitas Protti meyakinkan Lazio untuk merekrutnya dan menduetkannya bersama Signori pada musim berikutnya. Sayang Protti gagal mempertahankan ketajaman dan dilepas dua tahun berselang.

Meski begitu, Protti tetap menjadi legenda. Dia masuk buku sejarah dengan merebut gelar top skor tiga kasta tertinggi sistem kompetisi sepak bola Italia.

Protti membagi kehormatan tersebut bersama Dario Hubner.

4 dari 4 halaman

Top Skor Lain

Selain Giakoumakis dan Protti, beberapa nama lain juga bernasib sama. Mick Channon (Southampton) di Liga Inggris 1973/1974, Enrique Castro Gonzalez ‘Quini’ (Sporting Gijon) di La Liga 1975/1976, dan Thomas Dalgaard (Viborg FF) di Liga Denmark 2013/2014 turun kasta bersama tim meski membawa pulang penghargaan sepatu emas kompetisi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.