Sukses

Bola Ganjil: Mendahului Cruyff, Perjalanan Berliku Kubala Jadi Legenda Barcelona

Lazlo Kubala sempat jadi satu-satunya sosok yang diabadikan oleh Barcelona.

Liputan6.com, Jakarta - Camp Nou merupakan salah satu stadion ikonik dalam sepak bola. Para legenda Barcelona pernah dan masih tampil di sana untuk memberikan kejayaan bagi klub.

Daftarnya panjang seiring sejarah klub. Mulai Antoni Ramallets, Joan Segarra, Sandor Kocsis, Carles Rexach, Johan Cruyff, Diego Maradona, Hristo Stoichkov, Michael Laudrup, Pep Guardiola, Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho, Carles Puyol, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dua penyerang bernama Luis Suarez, dan tentu saja Lionel Messi bermain.

Meski begitu, klub sempat hanya mengabadikan satu sosok di luar stadion. Setidaknya hingga pertengahan 2019, sebelum klub mendirikan patung kedua untuk Johan Cruyff. Barcelona memberikan apresiasi bagi Cruyff yang meninggal dunia pada Maret 2016.

Kehormatan pertama itu jadi milik Laszlo Kubala, penyerang berdarah Polandia, Slovakia, dan Hungaria.

Mengapa Kubala begitu dihargai Barcelona sampai mendapat perlakuan istimewa demikian?

Saksikan Video Barcelona Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Selamat Tragedi Superga

Lahir dengan nama resmi Ladislau Kubala Stecz, sang pemain menimba ilmu di akademi Ganz TE sebelum menembus tim utama di usia 16 tahun. Dia hanya tampil sembilan kali sebelum pindah ke Ferencvaros.

Wajib militer mendorong Kubala meninggalkan Hungaria pada 1946. Dia menyeberang ke Cekoslovakia untuk membela Slovan Bratislava. Di sinilah Kubala mulai bermain sebagai penyerang utama.

Namun, wajib militer dan kondisi politik kembali memengaruhi jalan kariernya. Dia kembali ke Hungaria pada 1948 sebelum pergi ke Italia setahun kemudian karena alasan tersebut.

Takdir lain mempengaruhi karier Kubala di Italia. Pada musim semi 1949, dia diundang untuk membela Torino pada laga persahabatan melawan Benfica di Portugal. Masih membela Pro Patria, Kubala menerima pinangan karena berkesempatan membela tim legendaris berjuluk Il Grande tersebut.

Namun, tidak lama sebelum kepergiannya, istri dan anak Kubala yang sedang sakit tiba di Italia. Dia akhirnya memutuskan tinggal dan merawat mereka.

Sementara pada 4 Mei, pesawat yang membawa rombongan Torino kembali dari Portugal menabrak Bukit Superga. Seluruh penumpang tewas.

3 dari 5 halaman

Sanksi FIFA

Namun masalah lain menghampiri Kubala. Dia mendapat sanksi larangan bermain dari FIFA usai menerima laporan dari Hungaria karena mangkir wajib militer di awal 1950.

Merespon ini, Kubala membentuk tim berisi pengungsi dan pencari suaka dari Eropa Timur. Mereka berkeliling ke Spanyol untuk melakoni sejumlah laga persahabatan.

Penampilan Kubala menarik perhatian dua musuh bebuyutan Real Madrid dan Barcelona. Mereka bersaing sengit mendapatkan tanda tangan sang pemain, sebelum Barcelona memenangkan persaingan.

Sengketa ini kemudian memicu rivalitas sengit kedua klub dalam transfer pemain, termasuk kepindahan Alfredo di Stefano ke Real Madrid dua tahun kemudian.

Akibat sanksi FIFA, Kubala baru bisa membela Barcelona di laga resmi pada musim semi 1951. Dia langsung berkontribusi dengan membantu klub memenangkan Copa del Generalisimo (sekarang bernama Copa del Rey).

Pada musim penuh pertamanya bersama Barcelona, Kubala tampil fantastis. Selain kembali memenangkan Copa del Generalisimo, dia juga merebut berbagai gelar yakni La Liga, Latin Cup, Copa Eva Duarte (cikal Piala Super Spanyol), dan Copa Martini & Rossi (cikal Trofeu Joan Gamper). Kubala mampu menyumbang 26 gol meski cuma beraksi 19 kali.

4 dari 5 halaman

Bentrok dengan Herrera

Kubala melewatkan mayoritas musim berikutnya karena menderita tuberkulosis. Meski begitu, dia pulih tepat waktu untuk membantu Barcelona memenangkan tiga gelar yakni liga, Copa del Generalisimo, dan Copa Eva Duarte.

Kampanye selanjutnya Kubala gagal mempersembahkan trofi. Namun, pengaruhnya bagi klub semakin besar. Penampilan di lapangan menghipnotis penonton agar kembali ke stadion. Markas Barcelona saat itu, Les Corts, pun tidak lagi sanggup menerima suporter meski berkapasitas 60 ribu tempat duduk.

Manajemen klub pun mendirikan rumah anyar yang bisa menampung 99 ribu orang pada 1954. Camp Nou dibuka tiga tahun kemudian dan hingga kini masih tercatat sebagai stadion sepak bola terbesar di dunia. 

Pada awal kehadirannya, Camp Nou tidak banyak menyaksikan gelar. Semua berubah ketika Helenio Herrera tahun 1958. Dia mempersembahkan masing-masing dua gelar liga dan Piala Fairs, plus Copa del Generalisimo.

Namun, kedatangan Herrera jadi awal berakhirnya karier Kubala. Keduanya bentrok karena Herrera menekankan disiplin tinggi dengan Kubala merasa dirinya sebagai dewa. Herrera akhirnya mundur pada 1960.

Kubala kemudian lanjut memimpin Barcelona. Pada musim berikutnya, dia membawa klub masuk final Piala Champions meski usianya sudah memasuki pertengahan 30-an dengan lutut melemah karena cedera.

Sosok kelahiran Budapest ini berambisi memenangkan gelar yang belum mampu dimenangkan sepanjang kariernya. Sayang takdir berkata lain. Usaha Kubala mengenai tiang gawang pada final melawan Benfica dan Barcelona tumbang 2-3.

5 dari 5 halaman

Diabadikan pada 2009

Kekalahan itu mendorong Kubala meninggalkan Barcelona. Dia pergi ke Espanyol, FC Zurich, dan Toronto Falcons sebelum gantung sepatu pada 1967.

Selama membela El Azulgrana, Kubala mempersembahkan 14 trofi dan mencetak 281 gol. Dia menjadi bintang andalan Barcelona ketika coba bersaing melawan Real Madrid yang memiliki Di Stefano dan Ferenc Puskas.

Juga terpilih sebagai pemain terbaik Barcelona pada abad ke-20, Kubala pun diabadikan melalui patung perunggu yang didirikan September 2009.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.