Sukses

Joe Biden dan Kisah Pergumulan Panjang Atlet American Football

Saat bermain American Football, Joe Biden melupakan batas-batas kemampuannya, termasuk kesulitannya dalam berbicara dengan lancar.

Liputan6.com, Jakarta Joe Biden telah resmi menjadi presiden ke-46 Amerika Serikat. Pria berusia 79 tahun itu dilantik sebagai pemimpin Negeri Paman Sam pada Rabu (20/1/2021) waktu setempat. 

Momen ini tidak hanya menandai kemenangannya atas Donald Trump di ajang pemilihan umum. Tampuk kekuasaan tertinggi di negeri adidaya yang berada di tangannya sekaligus melengkapi kisah pergumulan panjang seorang atlet American Football dalam melewati batas-batas kemampuannya. 

Dibesarkan di keluarga Katolik yang taat di Wilmington, Delaware, Biden bisa melihat sekolah Archmere Academy dari jendela kamarnya. Bukan hanya keindahan bangunan yang menghipnotis Biden. Dia juga tertarik kepada lapangan American Football atau sepak bola Amerika yang ada di sana. 

Setiap pagi, selama berjam-jam seperti dilansir dari Yahoosports, Biden memandang lapangan itu dan bermimpi mencetak touchdown bagi The Auks, klub American Football milik Archmere Academy. 

Dalam buku autobiografi berjudul "Promises to Keep" Biden menggambarkan Archmere Academy sebagai gedung yang terbuat dari marmer mewah Italia di atas tanah mengarah ke sungai Delware.

Archmere awalnya merupakan kediaman Jacob Raskob, pria yang pernah menjabat sebagai CEO Dupont. Dia kemudian menjual rumah itu ke pastoran dan mengubahnya menjadi sekolah. Selain sistem pendidikan yang bermutu tinggi, Archmere juga dikenal lewat fasilitas olahraganya. 

American Football sangat populer di Amerika Serikat. Atlet-atletnya adalah bintang. Bagi yang mampu menembus level profesional, kemapanan dan penghasilan besar bakal tersaji di depan mata. 

Superbowl merupakan salah satu agenda paling megah yang rutin di Amerika Serikat. Tokoh-tokoh penting selalu hadir meramaikan acara ini. Artis-artis papan atas juga diundang sebagai pengisi acara. 

Tahun lalu, sebelum pandemi virus Corona COVID-19 menyelemuti bumi, Super Bowl di Florida berlangsung meriah. Kolaborasi sensual Shakira dan Jenifer Lopez menjadi sajian pembuka. Kansas City Chiefs akhirnya keluar sebagai juara usai menaklukkan San Francisco 49ers (Niners) 31-20.

Namun American Football bukan olahraga sembarangan. Permainan 11 x 11 ini penuh kekerasan. Benturan menjadi jantung permainan sehingga para pemain harus memakai pelindung kepala dan pundak. Butuh fisik yang prima dan postur tubuh yang kekar. Sangat tidak cocok untuk Biden .   

 

 

Saksikan juga video menarik di bawa ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Petualangan Dimulai

Uang sekolah Archmere juga tergolong mahal bagi keluarga kelas menengah seperti Biden. Setahun siswa diwajibkan membayar 300 USD. Namun Biden akhirnya diterima meski harus mengikuti program kerja musim panas dan bertugas membersihkan jendela, lantai, taman Archmere Academy. 

Biden masuk sebagai siswa terkecil kedua di angkatannya. Tingginya hanya 154 cm dan berat 45 kg. Dia bicara gagap sehingga tidak jarang jadi bahan perundungan teman-temannya. Hanya, saja Biden punya kelebihan di bidang olahraga dan lewat America Football dia melupakan kekurangannya. 

Bagi Biden, olahraga tidak hanya panggung dalam mengukir prestasi. Dia ingin menjadi atlet agar mampu mengendalikan gagapnya dalam berbicara. "Meskipun saya kurang percaya diri pada kemampuan saya untuk berkomunikasi secara verbal, saya selalu percaya diri pada kemampuan atletik saya,” tulis Biden. "Olahraga sangat mudah bagi saya ketika kemampuan bicara saya tidak normal."

Di Archmere, jiwa kepemimpinan Biden terasah di ruang belajar dan lapangan. Di sekolah, dia adalah ketua kelas. Sedangkan di lapangan, Biden merupakan wide receiver (penerima umpan) yang ulet. 

"Di hampir semua kelompok, saya adalah ketuanya,” tulis Biden.

"Saya adalah pencetak gol terbanyak di tim sepak bola kami yang tak terkalahkan dan bergabung masuk tim utama di tahun senior saya. Dan saya tidak minder di lapangan," kata Biden. 

Tulisan ini dibenarkan oleh mantan rekan setimnya di tim Archmere Academy, Robert Markel. 

"Dia (Joe Biden) juga mudah bergaul. Dia selalu bicara dengan orang lain. Dia selalu menemukan cara untuk bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya," ujar Markel membenarkan. 

 

3 dari 5 halaman

Kejutan Si Kurus

Di lapangan American Football, Biden memang tak mudah menyerah. Pernah dalam satu pertandingan melawan tim dari Philadelphia, Friends’ Central, tim Archmere Academy tertinggal jauh 0-30.  

Saat para pendukung Archmere mulai kehilangan harapan, kejutan justru terjadi lewat kehadiran bocah kurus, Biden. Dia berhasil melepaskan umpan yang berujung kepada touchdown pertama bagi Archmere. Biden kemudian melakukannya lagi, dan lagi, hingga akhirnya skor hanya berjarak 24-30. 

Sayang, drama ini tidak berakhir happy ending. Archmere tetap kalah dan menyelesaikan musim dengan hasil 1-6. Namun sejak saat itu, Archmere melalui hari-hari yang lebih baik lagi ke depannya, begitu juga dengan Joe Biden, si bocah kurus yang tak kenal kata menyerah sebelum peluit akhir. 

John Walsh, pelatih yang direkrut Archmere setelah musim tanpa kemenangan di tahun 1959 juga mengakui kehebatan Biden. Meski awalnya dia sulit membangun tim akibat minimnya stok pemain bertubuh besar di Archmere, Walsh merasa terbantu dengan kehadiran Biden di posisi receiver. 

"Dia anak yang kurus, tapi dia meruapakan salah satu penerima umpan terbaik yang pernah saya miliki selama 16 tahun jadi pelatih," kata Walsh kepada Times sebelum meninggal dunia tahun 2018 lalu. 

Biden tetap bermain American Football saat dia masuk ke jenjang sekolah menengah atas. Quarterback Bill Peterman, bahkan memiliki rekaman pertandingan Biden yang diunggahnya di YouTube 2010 lalu.

Ada tiga video hitam-putih yang digagikan Peterman. Salah satunya memperlihatkan aksi Biden dengan nomor puunggung 30 mencetak skor melalui touchdown usai menerima umpan dari Peterman.

“Saya tidak mudah terintimidasi dalam sebuah permainan,” tulis Biden dalam bukuny.

"Bahkan ketika saya gagap, saya adalah anak yang berkata, 'Beri aku bolanya,'” beber Biden.

 

4 dari 5 halaman

Pemberontakan Biden

American Football tidak hanya mengenalkan Biden cara mencetak skor saja. Lewat olahraga ini, untuk pertama kali Biden bersentuhan dan melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan. 

Kisah ini bermula saat delapan pemain termasuk Biden hendak makan di salah satu restoran di Willmington, Charcoal Pit. Kebetulan salah satu dari mereka, Francis Hutchins berkulit hitam. 

Sebelum era Civil Right, warna kulit masih menjadi isu krusial di AS termasuk di Delaware. 

Rombongan Biden kemudian menempati dua meja dengan formasi empat-empat. Tidak lama kemudian, pelayan datang ke meja yang ditempati Hutchins.

"Kami bisa melayani Anda, kalau kalian mau makan di luar," kata pelayan itu. "Tapi kalau dia--merujuk Hutchins, tidak bisa dilayani di restoran ini, bosku tidak mengizinkannya," katanya.

Michael Fay, rekan Biden mengingat jelas kejadian ini. Menurutnya, Biden sangat jengkel melihat kejadian itu. "Joe kemudian memimpin aksi walk out dari Charcoal Pit," kata Fay. 

"Tidak banyak bicara, meja mereka baru dibersihkan dan mereka walked out dan kami ikut."

Insiden ini kembali mencuat ke permukaan saat Barack Obama tengah mengunjungi Delaware saat menjabat presdien ke-44 AS. Pada kesempatan itu, dia datang ke Charcoal Pit dan makan di sana.  

Biden dan rekan setimnya tentu tidak akan melupakan aksi Charcoal Pit. Namun itu hanya satu momen dalam cerita kesuksesan tim Class of ’61 Auks yang tidak terkalahkan selama semusim.  

 

5 dari 5 halaman

Akhir untuk Sebuah Babak Baru

Selain menjadi atlet American Football, Biden juga sempat tertarik mencoba beberapa cabang olahraga lain, termasuk bisbol. Namun Joe Biden sempat cedera parah akibat mencoba berlari halang rintang dan membuatnya tidak bisa mengikuti pertandingan bisbol selama semusim penuh. Kejadian ini sekaligus mengakhiri cerita sukses Biden di dunia olahraga bersama Archmere Academy. 

Biden kemudian melanjutkan pendidikannya di University of Delaware pada tahun 1961. Namun nilai yang buruk pada semester pertama saat di perguruan tinggi telah memupus harapannya untuk masuk tim American Football di kampus tersebut. Upaya kedua yang berusaha dilakukannya pada tahun pertama juga kandas setelah Biden bertemu dengan Neilia yang menjadi istri pertamanya. 

Akhir karier Biden sebagai atlet menjadi awal bagi babak baru kehidupannya. Jalan yang ditempuh Biden lambat laun mulai berubah. Dia semakin dalam terjun ke dunia politik, yang akhirnya mengantar kader partai Demokrat itu menuju puncak pemerintahan Amerika Serikat. 

Sebagai presiden AS, Biden tidak perlu berlari menuju garis pertahanan terakhir lawan untuk mencetak skor. Kaki dan tangannya bukan lagi senjata utama dalam mencetak touchdown. Dari ruang oval di Gedung Putih, Biden kini dihadapkan kepada arena pertarungan yang lebih besar dan rumit. 

Well, Good Luck Sir!  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.