Sukses

Bola Ganjil: Ketika Serigala Menguasai Takhta Bundesliga

Simak kisah VfL Wolfsburg ketika mengalahkan nama-nama mapan untuk menjuarai Bundesliga.

Liputan6.com, Jakarta - VfL Wolfsburg tidak mencicipi kesuksesan selama eksistensi jelang pergantian abad ke-21. Peluang terbesar memenangkan titel dengan masuk final DFB Pokal 1995 berakhir pahit karena kalah dari Borussia Monchengladbach.

Namun, kesuksesan menembus Bundesliga dua tahun berselang menumbuhkan optimisme di dalam klub.

Di tangan pelatih bernama Wolfgang Wolf, yang identitasnya sangat ideal bagi klub, Wolfsburg menjelma menjadi salah satu kekuatan baru di Jerman.

Sebuah prestasi yang dicapai meski satu dekade sebelumnya merekoa berkompetisi di kasta ketiga.

Wolf ditunjuk sebagai pelatih dua bulan sebelum akhir 1997/1998. Dia mengawali periode kepelatihannya dengan membantu klub menghindari degradasi berkat keunggulan satu poin.

Musim berikutnya, Wolf membantu klub masuk papan atas dengan merebut tiket Piala UEFA. Di sini Wolfsburg berkesempatan menimba pengalaman di pentas internasional, salah satunya dengan menghadapi Atletico Madrid.

Fondasi untuk mencapai kesuksesan selanjutnya pun sudah diletakkan.

Saksikan Video VfL Wolfsburg Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sentuhan Magath

Menyusul kepergian Wolf pada 2002, Wolfsburg kembali bertutat di papan bawah dan hampir turun kasta di 2005/2006 dan 2006/2007. Namun Die Wolfe mendapat durian runtuk ketika Felix Magath dipecat Bayern Munchen setelah menduduki peringkat empat Bundesliga.

Rekor impresif Magath bersama VfB Stuttgart dan Bayern menumbuhkan semangat klub. Manajemen pun mendukung dengan menyediakan biaya transfer, yang digunakan untuk merekrut Diego Benaglio, Josue Oliveira, Grafite, dan Edin Dzeko.

Memiliki identitas permainan baru, debut Magath berbuah posisi terbaik klub sepanjang sejarah mengikuti Bundesliga yakni posisi lima.

3 dari 4 halaman

Tersingkir di Eropa

Torehan tersebut mendorong manajemen untuk bertindak. Mereka terus memperkuat skuat dengan mendatangkan Andrea Barzagli, Zvjezdan Misimovic, dan Christian Gentner.

Kehadiran nama-nama itu memperkaya kualitas tim yang harus mengikuti kompetisi Eropa plus mencoba bertahan di papan atas. Namun, dampaknya tidak langsung terlihat di lapangan. Pada pentas Bundesliga, mereka tidak terkalahkan di kandang. Namun, Wolfsburg hanya merebut empat angka dalam sembilan laga tandang jelang istirahat musim dingin.

Inkonsistensi pada panggung domestik tidak terlihat di Piala UEFA. Wolfburg melaju ke babak gugur usai tidak terkalahkan di fase grup. Namun, mereka langsung disingkirkan Paris Saint-Germain di putaran selanjutnya.

4 dari 4 halaman

Gelar Historis

Bencana itu nyatanya memberikan dampak positif. Wolfsburg bisa fokus ke Bundesliga. Usai memetik kemenangan tandang pertama atas Eintracht Frankfurt, Die Wolfe kembali berjaya di laga away berikutnya versus Hamburg SV yang berstatus pimpinan klasemen.

Mereka kemudian menghancurkan Bayern 5-1 di kandang untuk menguasai pucuk tabel dengan kompetisi menyisakan delapan pertandingan.

Wolfsburg mampu bertahan di sana berbekal enam kemenangan, termasuk pada duel pamungkas melawan Werder Bremen. Sebenarnya hanya butuh hasil imbang demi mengamankan titel, Die Wolfe lagi-lagi pesta gol dan berjaya 5-1.

Gelar yang sebelumnya tidak berani mereka impikan pun berhasil didapatkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.