Sukses

Bola Ganjil: Koin di Sepak Bola, Ketika Dewi Fortuna Memainkan Perannya

Koin sempat digunakan untuk mengetahui siapa pemenang laga sepak bola. Siapa tim paling jago dalam hal ini?

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku sepak bola masih tidak habis pikir dengan penggunaan koin untuk menentukan pemenang pertandingan. Bagaimana tidak, mereka harus benar-benar menyerahkan nasib ke dewi fortuna.

Setidaknya adu penalti masih membutuhkan teknik, baik bagi penendang (akurasi dan ketenangan) dan penjaga gawang (refleks dan membaca arah).

Sementara menebak koin tidak butuh skill. Bahkan sang pemenang kadang tidak perlu berpartisipasi dalam proses. Mereka cuma berdiri menunggu dan melihat lawan salah menebak.

Akibat hal ini, penggunaan koin dalam mengetahui hasil laga menciptakan kontroversi besar sehingga akhirnya dihapus.

Terlepas kekurangannya, penggunaan koin layak dianalisa lebih lanjut. Jika Jerman atau Portugal dikenal piawai memenangkan adu penalti, apakah ada tim yang jago menebak sisi logam yang keluar?

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Siapa Paling Beruntung dan Sial?

Dalam periode 1957 hingga 1969, ada 21 laga di kompetisi Eropa yang ditentukan melalui koin. Wakil dari lima negara (Inggris, Prancis, Belanda, Skotlandia, Yugoslavia) meraih kemenangan dua kali lipat dari kekalahan yang diderita.

Leeds United (Piala Fairs 1966/67 vs Bologna, Piala Fairs 1968/69 vs Napoli) dan Dinamo Zagreb (Piala Winners 1963/64 vs Linzer Ask, Piala Fairs 1966/67 vs Spartak Brno) memainkan kontribusi besar bagi Inggris dan Yugoslavia dengan masing-masing dua kali berjaya.

Sebaliknya, tim Portugal selalu tumbang dari tiga percobaan. Nasib Italia juga kurang baik dengan hanya sekali dibantu koin di lima kesempatan. Nasib sial itu tidak lepas dari dua kekalahan Bologna (Piala Champions 1964/65 vs Anderlecht, Piala Fairs 1966/67 vs Leeds United).

3 dari 4 halaman

Aroma Kuat Keberuntungan

Dalam adu penalti, menendang pertama menjadi preferensi bagi tim untuk meraih kemenangan. Apakah hal sama berlaku pada koin?

Jawabannya relatif. Kapten Uni Soviet Albert Shesternyov memiliki kesempatan memilih salah satu sisi koin usai semifinal Piala Eropa 1968 melawan Italia berakhir imbang. Namun dia salah.

Sebaliknya, Leeds United dua kali menyingkirkan lawan karena tebakan Billy Bremner.

4 dari 4 halaman

Akhir Tragis Koin

Penggunaan koin untuk menentukan pemenang laga terakhir digunakan pada 1969/70. Metode ini menghasilkan peristiwa kejam.

Pada Piala Champions, Glasgow Celtic mengalahkan Benfica 3-0 di kandang sebelum tumbang dengan skor serupa di markas lawan. Tidak ada gol tercipta di babak perpanjangan waktu sehingga kedua tim menggelar lempar koin di ruang ganti wasit.

Pendukung tuan rumah di Estadio da Luz antusias menunggu pengumuman. Kabar akhirnya datang dari pengeras suara dan menyatakan kemenangan Benfica.

Fans pun bersuka cita. Masalahnya sang pembawa pesan melakukan kesalahan. Pemenang koin ternyata Celtic. Suporter Benfica akhirnya menyadari kebenaran beberapa saat berselang. Sorak sorai berubah menjadi keheningan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.