Sukses

Semangat Terbarukan Pertamina Merawat Sepak Bola Indonesia

Dari Milan Junior Camp hingga Piala Soeratin, Pertamina fokus di pembinaan usia dini.

Liputan6.com, Jakarta Sulit disangkal bahwa sepak bola merupakan olahraga paling populer di dunia. Pada Piala Dunia 2006 di Jerman, diperkirakan hampir 30 miliar orang menyaksikan turnamen empat tahunan itu lewat layar kaca. Angka yang sangat fantastis mengingat populasi manusia di Bumi tidak sampai sebesar itu. Saat itu, penduduk di dunia diperkirakan baru 6,594 miliar orang.

Angka tersebut memang tidak berasal dari satu pertandingan saja, melainkan akumulasi jumlah penonton dari babak penyisihan grup hingga babak final, di mana setiap orang kemungkinan--dan biasanya--menyaksikan lebih dari satu laga sepanjang turnamen. Walau demikian, Piala Dunia 2006 tercatat sebagai salah satu acara televisi yang paling banyak disaksikan sepanjang sejarah.

Besarnya animo penonton ini tentu tidak lepas dari banyaknya penggemar sepak bola. Menurut data yang dilansir dari mostpopularsport.net, sepak bola merupakan olahraga dengan jumlah fans terbesar di dunia dengan perkiraan mencapai 3,5 miliar orang.

FIFA juga pernah melakukan survei pada tahun 2001. Induk olahraga sepak bola dunia itu mencatat jumlah pesepak bola aktif di dunia mencapai 240 juta orang. Itu belum termasuk perangkat pertandingan seperti wasit, asisten wasit, dan ofisial yang mencapai 5 juta orang.

Besarnya angka-angka di atas menunjukkan sepak bola bukan lagi semata-mata hanya permainan untuk menyehatkan badan. Dengan basis fans yang melimpah, olahraga 11 lawan 11 tersebut sudah berubah menjadi panggung publikasi yang sangat menjanjikan bagi perusahaan.

Produsen minuman bersoda, Coca-Cola Company, telah lama melihat peluang ini. Pada tahun 1974, Coca-Cola sudah bergerak mensponsori berbagai kegiatan yang diselenggarakan FIFA hingga akhirnya mendapat tempat di berbagai venue Piala Dunia dan kontraknya telah diperpanjang hingga 2030.

Saat ini, siapa yang tak mengenal Coca-Cola. Minuman asal Negeri Paman Sam itu sohor ke berbagai penjuru dunia.

Selain Coca-Cola Company, masih banyak perusahaan yang memanfaatkan sepak bola untuk memperlebar sayap pasar. Sebut saja Adidas AG, perusahaan apparel yang bermarkas di Jerman itu bahkan tidak hanya mengincar event-nya, tapi juga merambah hingga ke individu pemain sepak bola.

Semakin banyak perusahaan yang kemudian melirik sepak bola untuk mempromosikan diri. Mereka rela membayar harga mahal demi sekadar memajang nama atau logo produknya. Bahkan yang sama sekali tidak memiliki basis di olahraga seperti maskapai penerbangan Emirates yang menjadi sponsor utama tim Premier League, Arsenal dan Etihad Airways yang bekerjasama dengan Manchester City. 

Besarnya panggung yang disediakan sepak bola untuk ajang promosi juga menarik minat sejumlah perusahaan asal Indonesia. Salah satunya Garuda Indonesia yang pernah mensponsori tim Premier League, Liverpool, pada 2014 lalu. Sebelumnya, Bank BNI juga menjalin kerja sama dengan Chelsea lewat kartu kredit bergambar The Blues. Selain itu, ada beberapa perusahaan asal Indonesia lainnya yang menyusul, termasuk Bank Muamalat yang menjadi sponsor tim asal London, Arsenal.

PT Pertamina (Persero) sebagai salah satu BUMN terbesar di Indonesia tentu bisa mencium potensi ini. Apalagi selama ini Pertamina sudah sering melebarkan sayap lewat panggung olahraga.

Di pentas otomotif, Pertamina kerap mendukung para pembalap Indonesia yang tampil di ajang-ajang bergengsi di luar negeri.

Terbaru, Pertamina mensponsori Ali Adriansyah Rusmiputro yang mengikuti ajang balap motor Asia Superbike 1000cc demi melapangkan jalan Ali menuju panggung MotoGP. Sebelumnya, Pertamina juga mendukung penuh Rio Haryanto menuju Formula 1 pada 2016. Sementara di arena off road, Pertamina juga mensponsori Rifat Sungkar dan Sean Gelael.

Meski demikian, Pertamina memakai pendekatan berbeda terhadap sepak bola. Sempat berniat mensponsori AC Milan pada 2012, Pertamina belakangan lebih memilih berada di jalur pembinaan dalam bersinergi dengan tim berjuluk Rossoneri tersebut. Bersama AC Milan, perusahaan yang dipimpin Nicke Widyawati itu mencari bakat-bakat muda yang jadi sumber energi baru bagi sepak bola Indonesia.

Tidak sekadar menempel logo, Pertamina bahkan turun langsung dengan menggelar proses seleksi bagi pemain-pemain muda Indonesia yang akan dikirim ke AC Milan Junior Camp di Italia. Program ini pertama kali berjalan pada tahun 2010 dengan menggandeng PT Asia Sport Development sebagai pemegang lisensi AC Milan Junior Camp di Indonesia.

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Bawa Pulang Trofi

Seleksi dilakukan di sejumlah kota di Indonesia. Sebanyak 18 pemain yang terpilih kemudian dikirim ke Italia untuk mengikuti program tahunan Milan Junior Camp. Mereka tergabung dalam skuat bernama Indonesian All Star Team atau IAST.

IAST edisi pertama sukses menjuarai Intesa San Paolo Cup, turnamen kelompok umur 12-14 tahun yang mendapat perhatian besar pada saat Milan Junior Camp Day berlangsung. Prestasi ini pun mendorong Pertamina untuk melanjutkan pencarian bakat pada tahun 2011.

Pada pembukaan pencarian bakat AC Milan Junior Camp edisi kedua di Palembang, 28 Mei 2011, seperti dilansir dari Goal.com, Agus Mashud yang saat itu menjabat Brand Manager PT Pertamina (Persero) berkata, program ini sejalan dengan slogan 'Semangat Terbarukan' Pertamina.

"Prestasi tim AC Milan Junior Indonesia pada tahun 2010 lalu, benar-benar menginspirasi anak-anak muda di Indonesia bahwa mimpi mereka dapat terwujud. Hal ini sesuai sekali dengan slogan Pertamina yang selalu senantiasa memperbaharui semangat," katanya.

Seperti pendahulunya, tim IAST edisi kedua juga sukses merebut trofi yang sama di tahun 2012. Prestasi ini juga berhasil dipertahankan pemain-pemain hasil seleksi yang dilakukan Pertamina setahun kemudian. Rentetan hasil positif ini kemudian menambah kepercayaan diri Pertamina untuk menjalin kerja sama langsung dengan akademi sepak bola AC Milan pada tahun 2013.

Program pencarian bakat ini pun berganti nama menjadi Pertamina Soccer Camp. Prinsipnya masih sama, yakni mencari bibit-bibit pesepak bola berusia 13-16 tahun dari berbagai penjuru Tanah Air.

Selanjutnya dari 48 pemain, akan diambil 24 yang berhak mendapatkan beasiswa masuk Pertamina Soccer School selama 3 tahun. Mereka tidak hanya mendapatkan pelatihan, tapi juga pendidikan formal dalam bentuk homeschooling. Proses seleksi dilakukan oleh pelatih yang khusus didatangkan dari akademi AC Milan, Mauro Ardizzone.

 

3 dari 5 halaman

Tembus Timnas Indonesia

Pembinaan bukanlah produk instan. Seperti pohon, butuh waktu untuk berproses hingga bibit menghasilkan buah. Begitu juga dengan para pemain muda yang ingin ke jalur profesional.

Meski demikian, beberapa nama sudah muncul ke permukaan. Salah satunya Eriyanto yang kini memperkuat tim profesional Liga 1, Persiraja Banda Aceh. Pemain kelahiran Sukabumi, 12 Maret 1996 itu adalah angkatan pertama IAST yang terpilih sebagai kapten terbaik di Italia. Eriyanto sempat menjadi rebutan beberapa klub Liga 1 sebelum akhirnya memilih berlabuh di Persiraja pada tahun 2019 lalu.

Pemain muda klub Persib Bandung, Julius Josel, juga sama. Sempat gagal pada percobaan pertama pada 2011, Julius Josel berhasil masuk skuat Indonesia All Star Team pada tahun berikutnya. Pemuda asal Sorong, Papua, tersebut bahkan mendapatkan beasiswa Pertamina Soccer School dan harus menjalani pemusatan latihan di bawah bimbingan instruktur dari AC Milan dan UNJ selama tiga tahun.

Gianluca Pagliuca Rossy yang menjadi kiper IAST di Milan Junior Camp 2011 juga mencuri perhatian saat dipercaya memperkuat timnas Indonesia U-19 pada babak kualifikasi Piala Asia U-19 pada tahun 2017. Namanya kian mencuat saat dipercaya menggantikan pemain yang cedera saat Timnas U-19 Indonesia menghadapi Malaysia di Stadion Paju, Korea Selatan.

Penjaga gawang itu juga sempat menandatangani kontrak selama 2 tahun dengan tim Liga 1, Persija Jakarta.

Satu nama yang tidak bisa dilupakan tentu saja Gavin Kwan Adsit. Pemain yang ikut mengantar IAST juara di Milan Junior Camp 2011 itu bahkan sudah memperkuat timnas senior Indonesia. Gavin menandai debutnya saat melawan Kamboja pada 2017. Sementara gol pertamanya bersama Tim Merah Putih dicetak saat Indonesia bertemu Mongolia pada 4 Desember 2017.

Dan saat ini, pemain berusia 24 tahun itu bergabung dengan juara Liga 1 2019, Bali United.

 

4 dari 5 halaman

Fokus Usia Muda 

Di Indonesia, industri sepak bola terus bertumbuh seiring munculnya kompetisi profesional seperti Liga Super Indonesia (ISL) hingga Liga 1. Sebelum pandemi virus Corona Covid-19, Liga 1 sebagai liga tertinggi di Tanah Air menjadi salah satu agenda olahraga tahunan yang sangat diminati masyarakat.

Kehadiran pemain-pemain berkualitas baik lokal maupun asing dan keterlibatan klub-klub dengan basis pendukung besar seperti Persib, Persija, Arema, dan Persebaya menjadikan Liga 1 tak kalah megah sebagai panggung publikasi.

Namun Pertamina masih setia pada pilihannya. Sejak era Liga Super Indonesia (ISL) hingga berubah menjadi Liga 1 pada 2017 lalu, Pertamina Persero belum sekali pun tampil menjadi sponsor utama.

Pada tahun 2017, Pertamina justru memilih hadir sebagai sponsor utama Piala Soeratin yang diikuti tim kelompok U-15 dan U-17. Sejak pertama kali digulirkan pada tahun 1965, kompetisi usia muda legendaris ini telah melahirkan pemain-pemain andalan timnas Indonesia, seperti Rony Paslah, Ricky Yakobi, Aji Santoso, Imran Nahumamuri, Charis Yulianto, hingga Egy Maulana Vikri.

Wajar bila Fakhri Husaini saat masih menjabat sebagai pelatih timnas Indonesia U-16, enggan melewatkan ajang ini. Fakhri memilih hadir dan memantau langsung bibit-bibit muda yang tampil. Sebanyak 15 orang kemudian diajak ikut seleksi ke timnas U-16 yang akhirnya memunculkan nama-nama seperti striker Amiruddin Bagus Kahfi hingga penjaga gawang Ahludz Dzikri Fikri

Bagus Kahfi merupakan top scorer Piala Soeratin 2017 untuk kelompok U-15.

Bagus Kahfi menjadi mesin gol andalan Fakhri saat membawa timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 pada tahun 2018. Sedangkan Ahludz menempati posisi penjaga gawang.

Pada turnamen ini, Bagus juga menjad top scorer dengan torehan 13 gol. Pemuda kelahiran Magelang, Jawa Tengah, itu tetap jadi andalan Fakhri hingga ia melatih Timnas Indonesia U-19, 2019 lalu.

Sayang, Bagus mengalami cedera parah saat melawan Reading, 3 Maret 2020. Dia harus absen selama enam bulan dan tidak masuk skuat U-19 yang kini ditangani pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong.

Keseriusan dalam pembinaan sepak bola usia muda juga dituangkan lewat MoU dengan PSSI. Kerja sama itu berlangsung selama tiga tahun dengan langkah awal menjadi title sponsor atau sponsor utama Kejuaraan Nasional Piala Soeratin 2017.

"Apresiasi kepada Pertamina yang sudah berkomitmen untuk mendukung pengembangan sepak bola nasional melalui penandatangan MoU kerja sama dengan PSSI untuk tiga tahun ke depan," kata Edy Rahmayadi, ketua umum PSSI saat itu, setelah acara penandatanganan seperti dilansir dari situs resmi PSSI. 

Di daerah, cabang-cabang Pertamina juga tidak mau kalah. Mereka kerap menggelar turnamen antar pelajar. Tahun lalu contohnya, dalam peringatan Hari Ulang Tahun Ke-62 PT Pertamina (Persero) yang bertemakan 'Energi Unggul, Indonesia Maju', Refinery Unit (RU) V Balikpapan menggelar pertandingan sepak bola mini untuk tingkat SD se-Kota Balikpapan. Pada awal Maret lalu juga, PT Pertamina RU II Sungai Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, juga sempat menggelar Turnamen Sepak Bola U-12 Tingkat Sekolah Dasar (SD). 

 

5 dari 5 halaman

Mendapat Pengakuan

Kiprah yang besar di dunia olahraga, termasuk sepak bola, semakin melambungkan citra Pertamina sebagai salah satu BUMN terbaik di Indonesia. Satu-satunya perusahaan Tanah Air yang masuk Fortune Global 500 dengan peringkat 175 di tahun 2019 itu, juga menegaskan perannya di masyarakat usai menyabet lima penghargaan Corporate Social Responsibility (CSR) terbaik dalam acara Teropong CSR Award 2020 pada Juli lalu di mana salah satunya berasal dari kategori Pengembangan Olahraga.

Pembinaan bukanlah jalur populer untuk publikasi. Tidak banyak perusahaan yang meliriknya.

Namun pembinaan adalah elemen penting bagi sepak bola. Seperti sumber-sumber energi yang perlu diperbarui, bibit-bibit pemain muda sebagai bahan bakar kemajuan sepak bola juga harus tetap terjaga. Dan semangat terbarukan Pertamina lewat pembinaan usia muda ikut merawat sepak bola Tanah Air.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.