Sukses

Kiprah Klub Indonesia di Liga Champions Asia: Semakin Merana

Indonesia pernah menjadi langganan mengirimkan wakil untuk tampil di Liga Champions Asia rentang 2004-2011.

Jakarta- Liga Champions Asia merupakan turnamen yang paling bergengsi di benua Asia. Hal inilah yang membuat klub-klub Asia, termasuk Indonesia, berusaha agar mendapat tiket tampil di kompetisi tersebut.

Liga Champions Asia pertama kali mentas pada musim 2002-2003. Kompetisi ini merupakan penggabungan Asian Cup Winners dan Asia Super Cup.

Ketika itu, pertumbuhan liga-liga di Asia belum pesat seperti sekarang. Adapun Indonesia yang memiliki kompetisi matang tentu saja memiliki keuntungan.

Indonesia sempat berada pada masa-masa indah di Liga Champions. Indonesia bisa mengirimkan dua wakil sekaligus dan langsung tampil di fase grup Liga Champions Asia.

Ketika itu, pemilihan wakil ditentukan dari status di klasemen. Klub yang berhak mewakili Indonesia ke Liga Champions adalah juara dan runner-up liga.

Namun, hal itu tak berlangsung lama karena liga-liga di negara Asia semakin berkembang. Ketatnya persaingan membuat runner-up liga di Indonesia harus melalui jalur playoff sebelum tampil di Liga Champions Asia.

Pada 2010, PSSI bahkan mengeluarkan kebijakan baru yakni juara liga lolos langsung ke Liga Champions Asia, sedangkan satu slot lainnya diambil dari juara Piala Indonesia. Adapun posisi kedua mendapatkan tiket tampil langsung di Piala AFC.

Pada masa ini, peluang untuk tampil di Liga Champions Asia semakin sulit dan rumit. Penentuan slot lolos langsung mengacu pada koefisien liga yang dimiliki. Jadi, untuk negara yang liganya tidak terlalu bagus dan kompetitif harus melalui jalur panjang menuju Liga Champions Asia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

3 Klub Pernah Langganan

Sejak edisi 2004, Indonesia rutin mengirimkan wakil untuk berlaga di Liga Champions Asia. Sejarah mencatat, ada tiga klub yang langganan tampil di kompetisi elite Asia itu.

Mereka adalah Persik Kediri, PSM Makassar, dan Arema. Semua masing-masing pernah dua kali tampil di Liga Champions Asia.

Persik Kediri tampil pada Liga Champions Asia 2004 dan 2007. Ketika itu, Persik menembus Liga Champions Asia dengan status juara Liga Super Indonesia 2003 dan 2006.

Akan tetapi, ketangguhan Persik di liga tak berarti di kancah Asia. Klub berjulukan Macan Putih itu hanya mampu tampil sampai fase grup.

PSM Makassar tampil dua musim beruntun di Liga Champions Asia pada 2004 dan 2005. Klub berjulukan Juku Eja lolos langsung ke babak penyisihan grup berkat status runner-up Liga Super Indonesia.

Pada 2004, PSM menemani Persik Kediri, sedangkan pada 2005 bersama Persebaya Surabaya yang menjadi juara. Akan tetapi, PSM tak mampu berbicara banyak di kompetisi teratas Asia itu karena gagal melaju ke babak selanjutnya.

Sementara itu, Arema menembus Liga Champions Asia pada edisi 2007 karena menjadi runner-up Liga Super Indonesia 2006 dan edisi 2011 karena menjuarai Liga Super Indonesia 2009-2010.

Sama seperti klub-klub Indonesia lainnya, Arema hanya menjadi peramai kompetisi. Klub asal Jawa Timur juga gagal melaju jauh di Liga Champions.

Selain ketiga klub itu, ada juga empat klub Indonesia lainnya yang sempat mencicipi Liga Champions Asia. Mereka adalah Persebaya Surabaya (2005), Sriwijaya FC (2009), dan Persipura Jayapura (2010). Semuanya juga tumbang di babak penyisihan grup.

3 dari 3 halaman

Regulasi Bikin Sulit

Semakin berkembangnya liga-liga di Asia membuat adanya perubahan regulasi terkait slot Liga Champions Asia. Pada 2009, Indonesia tidak bisa lagi mengirimkan dua wakil untuk lolos langsung.

Juara liga mendapatkan tiket langsung, adapun untuk satu wakilnya harus melalui jalur play-off. Hal inilah yang membuat perlahan-lahan Indonesia hanya mampu mengirimkan satu wakil karena yang satu lainnya tersingkir di jalur play-off.

Pada 2012, Indonesia tak bisa lagi mengirimkan wakil yang mendapatkan tiket lolos langsung. Untuk tampil di Liga Champions Asia, Indonesia harus melalui jalur play-off dan satu slot lainnya tersisa untuk lolos langsung di Piala AFC.

Bahkan, jalur play-off yang dilalui juga sangat panjang. Contohnya adalah perjuangan Bali United pada 2018.

Bali United harus melalui tiga pertandingan untuk bisa tampil di babak penyisihan grup. Bali United ketika itu tersingkir di babak kualifikasi kedua sehingga gagal tampil di Liga Champions Asia.

Aturan tersebut masih berlaku sampai musim 2020. Wakil Indonesia yang ingin tampil di Liga Champions Asia harus melewati babak penyisihan pertama, penyisihan kedua, dan play-off.

Jadi, wajar bila sudah dalam sembilan musim terakhir sudah tak ada klub Indonesia yang mampu menebus Liga Champions Asia. Hasilnya, klub Indonesia hanya bisa tampil di kasta kedua yakni Piala AFC.

Disadur dari Bola.com (penulis Zulfirdaus Harahap)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini