Sukses

Derita Tim Nomaden Liga Inggris: Seperti Pindah Rumah 21 Kali dalam Semusim

Sudah 12 tahun Gloucester City harus bermain di luar kandang saat menjamu lawan-lawannya.

Liputan6.com, Gloucester - Tim nomaden ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Nasib yang pernah dialami oleh Persija Jakarta ketika sempat terusir dari Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) tidak ada apa-apanya dengan nasib yang menimpa salah satu tim amatir Inggris, Gloucester City.

Seperti dilansir BBC, tim yang sudah berusia 136 tahun itu merupakan satu dari 12 tim yang harus mengungsi saat banjir melanda stadion Meadow Park pada tahun 2007 lalu. Air bah yang datang kala itu telah menghancurkan markas dan stadion kebanggaan tim tersebut.

Tanpa markas permnen dan tempat penyimpanan barang, kit man Mike Nash harus  menaruh bola, corong, dan peralatan lain di halaman rumahnya. Sedangkan fisioterapis Chloe Lees terpaksa menaruh meja penangangan dari kamar ganti ke belakang mobilnya. 

"Ini seperti memindahkan rumah 21 kali dalam semusim," kata pimpinan klub, Alex Petheram. "Kami harus bermain kandang di lapangan orang yang terletak di daerah lain. Datang, persiapan, bermain, lalu berkemas dan pulang," beber Petheram menambahkan. 

Menjadi tim nomaden bukanlah pekerjaan mudah. Namun tidak ada pilihan, sejak 2007 tim yang berlaga di National League North itu harus melaluinya. Agar tetap mampu mengikuti kompetisi Gloucester City harus rela berbagi tempat dengan tim lain di luar daerahnya. 

Saat ini, tim berjuluk Macan itu bermarkas di kawasan perdagangan Evesham yang berlokasi di daerah Worcestershire. Jaraknya 25 mil atau 40,2 km dari kota asal Gloucester City.

"Anda harus benar-benar serius untuk mendukung tim yang melibatkan perjalanan 50 mil untuk partai kandang," kata Dave Jones, salah seorang pendukung veteran Gloucester.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Awal Petaka

Meski hanya tim amatir, pengelolaan Gloucester City masih lebih baik dari tim di Indonesia yang berlaga di kompetisi profesional sekalipun. Meski tdak mewah, setidaknya tim yang telah berdiri sejak 1883 itu sudah punya stadion kepunyaan sendiri, yakni Meadow Park. 

Lokasinya di pinggiran kota, Hempsted. Kapasitas penonton tidak banyak, sekitar 3000-an. 

Pada 28 April lalu, Gloucester City berhasil mengalahkan Clevedon 3-1 di Meadow Park sekaligus mengamankan posisi 10 di Southern League Premier Division. Hasil ini sekaligus menambah kepercayaan diri para fansnya menghadapi musim berikutnya. 

Pada musim panas itu, suporter bahu membahu dengan manajer sebelumnya, Tim Harris mengecat stadion untuk persiapan musim berikutnya. "Itu terlihat lebih baik dari kapanpun," kenang suporter veteran Matt Clift. "Lalu datanglah banjir," katanya menambahkan. 

Pada 20 Juli 2007, hujan mengguyur Gloucestershire dan sekitarnya selama 12 jam nonstop. Dengan cepat banjir bandang pun melanda kawasan tersebut. Sekitar 1000 pengendara terjebak di jalanan dan 500 pengguna kereta harus bermalam di stasiun Gloucester. 

Kondisi Meadow Park? Benar-benar terendam hingga ketinggian 2,4 meter. 

"Saya tidak bisa ke kantor karena banjir, jadi saya dan beberapa orang membantu memindahkan barang apa saja dari stadion," kata Clift menambahkan.

"Kami berusaha memasukkan barang sebanyak mungkin ke dalam mobil sebelum banjir menggenangi stadion itu. Hari berikutnya, kami datang untuk mengambil gambar dan air sudah setinggi pinggang orang dewasa," ujar suporter veteran tersebut. 

 

3 dari 3 halaman

Pulang ke Rumah

Saat banjir surut, kondisi Meadow Park benar-benar hancur. Rumput rusak dan tribune berantakan sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk menggelar pertandingan. 

Situasi ini pun memaksa Gloucester untuk berbagi rumah dengan Forest Green Rovers pada musim 2007/08. Mereka pun nomaden ke Nailsworth yang berjarak 16 mil dari daerahnya. 

Gloucester kemudian menghabiskan dua musim di Cirencester yang berjarak 23 mil di mana mereka menang dan promosi ke divisi enam Liga Inggris pada tahun 2009. Selanjutnya Gloucester pindah lagi ke Cheltenham Town, 16 mil dari Gloucester, (2011 hingga 2017).

Selanjutnya untuk pertama kali Gloucester memilih pindah ke luar kota. Sejak tiga musim lalu hingga saat ini, Gloucester memilih berbagi kandang dengan Evesham United. 

"Kami sangat bersyukur berbagi kandang dengan Evesham, tapi ini jauh dari rumah," kata Petheram, yang bergabung dengan dewan direksi Gloucester sejak September 2018 lalu. 

Tak hanya menguras tenaga, menjadi tim nomaden juga menggerus keuangan Gloucester. Setiap tahunya, klub ini mengalami kerugian hingga mencapai £200,000. Belum lagi jumlah suporter yang terus menurun akibat perjalanan melelahkan dalam setiap laga kandang.  

Kondisi ini pun membuat Petheram dan dewan direksi lainnya memutuskan untuk kembali memperbaiki Meadow Park. Wacana yang telah dibangun sejak 2016 itu kini sudah terealisasi. Pembangunan tengah berjalan. Rencananya, Meadow Park akan mengguakan peti-peti kemas yang sudah dimodifikasi bakal disulap menjadi ruang ganti dan aula.

Lapangannya bakal bertaraf 4G dengan kapasitas 3,208 orang dengan 700 tempat duduk.

"Kami ingin sekali menggelar pertandingan musim ini, tapi kami pikir itu terlalu jauh," kata Petheram. 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.