Sukses

Wawancara Andik Vermansah: Sujud Syukur di Warung Bakso

Andik Vermansah bisa kembali membela Timnas Indonesia di Piala AFF 2018.

Jakarta - Andik Vermansah begitu bahagia bisa dipanggil membela timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Bahkan, mantan pemain Persebaya Surabaya itu langsung sujud syukur di sebuah warung bakso saat mendapat kabar gembira itu.

Kembali mendapat kesempatan memperkuat Timnas Indonesia memang sangat penting bagi Andik. Dia bergabung dengan Timnas Indonesia pada Sabtu (3/11/2018) atau hari kedua pemusatan latihan untuk Piala AFF 2018.

Cerita menarik mengiringi pemanggilan Andik Vermansah ke pemusatan latihan kali ini. Awalnya, dia tidak mendapatkan panggilan dari Bima Sakti yang menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia.

Namun, Andik akhirnya masuk skuat menggantikan Saddil Ramdani yang sempat tersangkut masalah hukum.

Sujud syukur di warung bakso memang menjadi sebuah cerita tak terlupakan bagi Andik ketika akhirnya mendapatkan kesempatan kembali mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia. Dia bisa kembali mengenakan seragam Merah Putih dengan lambang Garuda di dada.

Andik juga terus memperlihatkan aura kebahagiaan selama menjalani pemusatan latihan hingga bertolak ke Singapura pada Selasa (6/11/2018). Timnas Indonesia akan menghadapi Singapura di laga pertama Grup B Piala AFF 2018, Jumat (9/11/2018).

Sebagai pemain yang sudah merasakan atmosfer Piala AFF sejak 2012 dan mencicipi pengalaman terbaik pada 2016, Andik Vermansah bertekad membawa Timnas Indonesia juara pada tahun ini.

Berikut wawancara Bola.com dengan Andik Vermansah:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Motivasi dan Sujud Syukur

Bagaimana motivasi Andik menghadapi Piala AFF 2018?

Jujur saja entah mengapa saya memang sangat berharap bisa masuk dalam skuat Indonesia di Piala AFF 2018. Saya benar-benar melakukan persiapan sejak jauh-jauh hari.

Sebelumnya mungkin sudah ada anggapan saya adalah langganan tim nasional, tapi entah mengapa di Piala AFF kali ini saya begitu menggebu-gebu bisa ikut bergabung.

Saya belum pernah juara. Prestasi terbaik saat final dua tahun lalu. Saat itu saya juga terkena musibah di pertandingan final dan merasa menyesal. Saya tetap bersyukur dan menganggap itu adalah cobaan untuk saya.

Ada kabar Andik kecewa karena awalnya tidak dipanggil mengikuti pemusatan latihan untuk Piala AFF 2018. Boleh diceritakan secara lengkap kronologisnya?

Saya sudah menunggu panggilan sejak Indonesia menghadapi Mauritius. Setelah Asian Games saya mengetahui ada persiapan untuk AFF. Saya benar-benar ingin masuk, tapi ternyata tidak dipanggil saat uji coba waktu itu. Menghadapi Myanmar saya tidak dipanggil. Sempat putus asa dan berpikir masa depan saya sudah habis. Saya benar-benar sulit mempercayainya.

Alhamdulillah, ketika menghadapi Hong Kong ada surat panggilan yang membuat saya kembali bergairah. Dua hari sebelumnya, saya ada di Kedah dan pemanggilan itu membuat saya merasa sangat bangga. Padahal kalau dipikir-pikir dulu tidak sampai seperti itu karena sudah biasa dipanggil Timnas Indonesia.

Coach Bima Sakti menghubungi saya untuk pertandingan menghadapi Hong Kong dan rasanya sangat senang sekali. Bahkan saya mendapat kesempatan bermain dan saya merasakan berat badan saya naik di pertandingan itu.

Setelah menghadapi Hong Kong, motivasi saya menjadi lebih besar. Saya sempat melihat berita kalau pelatih Hong Kong mengatakan saya pemain yang bagus dan berbahaya. Komentar itu menambah motivasi saya. Jujur komentar-komentar seperti itu menambah motivasi dan saya berlatih sungguh-sungguh di rumah.

Ketika sudah semakin dekat dengan persiapan terakhir Piala AFF, saya sampai bertanya dengan beberapa teman-teman soal kapan mulai berlatih. Lalu saya dengar Evan Dimas mengatakan tanggal 1 November, dan saat itu saya belum menerima panggilan. Saya sudah berpikir itu artinya saya tidak jadi dipanggil.

Pemain Timnas Indonesia, Andik Vermansah, salaman dengan Riko Simanjuntak saat latihan di Stadion Wibawa Mukti, Jawa Barat, Sabtu (3/11). Latihan ini persiapan jelang Piala AFF 2018. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Sedih rasanya, bukan kesal. Namun, saya profesional, jadi harus menerima meskipun jujur saja merasa sedih. Bahkan saya sudah diminta kembali ke Kedah untuk berlatih. Tapi saya memutuskan untuk menahan keberangkatan saya karena hati masih gelisah. Setiap bangun tidur saya melihat ponsel karena berharap ada panggilan.

Panggilan tak kunjung datang, dan saya mulai berpikir kembali ke Kedah. Akhirnya saya ingat sebelum melakukan Salat Jumat, saya makan bakso bersama teman-teman. Saat itu Coach Bima menghubungi saya dan bergetar hati saya. Ketika dia bertanya apakah saya siap 100 persen, saya jawab siap.

 

Saya langsung sujud syukur di warung bakso tersebut. Saya hampir menangis. Saya merasa bangga sekali. Ini seperti pertama kali saya masuk tim nasional. Saya peluk semua teman saya waktu itu. Saya lepas sandal saya dan langsung sujud syukur di situ. Tidak tahu kenapa, tapi saya bangga sekali tahun ini bisa masuk Timnas Indonesia.

 

 

Merasa sangat bahagia dan bersyukur dengan panggilan ini, apakah ada nazar atau janji untuk Piala AFF kali ini?

Jujur tidak ada dan saya tidak mau bicara panjang lebar soal hal seperti ini. Saya hanya ingin memperlihatkan permainan terbaik di lapangan. Indonesia sudah lama tidak merasakan juara, dan saya ingin memberikan yang terbaik.

Momen yang paling sulit dilupakan di Piala AFF?

Kalau momen terbaik adalah gol tendangan bebas di Kuala Lumpur pada Piala AFF 2012. Jujur memang ada faktor keberuntungan, tapi saya memang niat melakukan umpan silang dengan tenaga yang besar. Alhamdulillah langsung masuk ke gawang.

Itu menjadi momen terbaik saya karena sebelumnya Indonesia tidak pernah menang menghadapi Singapura. Jelas itu adalah momen terbaik selain Piala AFF 2016 karena saat itu saya bisa bermain terus dalam setiap pertandingan hingga final leg pertama.

Kalau momen pahit yang sulit dilupakan adalah detik-detik nasib kami tergantung dengan Filipina dan bertanding menghadapi Singapura di babak grup Piala AFF 2016. Alhamdulillah saya bisa mencetak gol dan bisa mendapatkan penghargaan gol terbaik dari laga itu. Saya ingin mengulanginya lagi jika memang diberikan kesempatan.

 

3 dari 4 halaman

Belajar dari Kesuksesan dan Kegagalan

Begitu bahagia masuk skuat Garuda di Piala AFF 2018, seperti apa sebenarnya kerinduan Andik bergabung Timnas Indonesia?

Kalau bisa masuk Timnas Indonesia, itu artinya saya bisa membuat keluarga bangga. Saya juga ingin memiliki rekor yang bagus bersama Timnas Indonesia. Saya merasa sangat bangga bisa masuk Timnas Indonesia dan keluarga saya selalu berdoa untuk itu. Rasanya semua keluarga saya bisa merasakan kegembiraan ketika saya bisa bergabung dengan Timnas Indonesia.

Saya juga merindukan atmosfer suporter Indonesia. Saya sudah lama tidak merasakannya karena kami jarang bermain di kandang jika bukan laga semifinal dan final. Sekarang kami bisa menggelar laga kandang dan itu menguntungkan buat saya.

 

Piala AFF 2016 masih menjadi pencapaian terbaik Andik di level Asia Tenggara meski sempat mengalami cedera. Pengalaman berharga apa yang bisa dipetik untuk menjadi modal di Piala AFF 2018?

Saya jujur bingung mau bicara apa soal ini. Dua tahun lalu kami sampai ke final, dan tentu saya ingin mengulanginya lagi pada tahun ini.

Saya tetap ingin merasakan semua yang saya alami pada 2016. Saat itu saya selalu menjadi pemain inti dan berpikir menang di setiap pertandingan tanpa memikirkan laga selanjutnya dulu.

Boaz Solossa saat memberikan dukungan kepada Andik Vermansah yang sedang cedera ketika melawan Thailand pada leg pertama Final Piala AFF 2016. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

 

Seberapa pahit pengalaman di Piala AFF 2016 buat Andik?

Saya sangat sedih. Saya ke luar lapangan dengan dukungan penonton di tribune stadion yang bersorak, "Andik bangun". Itu rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kalau saya bisa langsung sembuh, saya pasti akan langsung masuk lapangan lagi. Namun, saya tidak bisa memaksakan karena ligamen saya sobek.

Keinginan saya untuk segera kembali sangat besar. Begitu pertandingan selesai saya langsung berkomunikasi dengan dokter tim. Saya ingin tahu seberapa buruk cedera saya karena masih ada keinginan bermain di final kedua. Saya pun langsung ke Jakarta untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan harapan bisa ikut di pertandingan kedua.

 

 

4 dari 4 halaman

Keyakinan Juara dan Memetakan Kekuatan Lawan

Apakah Andik ragu bisa juara pada Piala AFF 2018 setelah Indonesia berulang kali hanya menjadi runner-up?

Jujur secara pribadi saya ingin semua pemain merasa membara untuk bisa menjadi juara AFF seperti yang sedang saya rasakan. Semoga semua teman-teman memiliki tekad seperti itu. Dengan begitu tentu tidak ada keraguan.

Juara bisa membawa nama baik ke depannya, dan para pemain bisa saja dilirik untuk bermain di kompetisi Asia yang lebih tinggi seperti di Jepang pada musim depan. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Namun, ini adalah sebuah kesempatan bagi para pemain untuk memperlihatkan kualitas, terutama bagi mereka yang belum pernah bermain di Piala AFF dan mengejar kesempatan berkembang di kemudian hari. 

 

Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2018 ramai dengan pemain muda. Berdasarkan pengalaman, Andik merasa tim ini bisa lebih kuat daripada tim-tim sebelumnya?

Jujur saya merasa jauh lebih yakin bersama tim ini, apalagi para pemain muda itu sebelumnya melakukan persiapan panjang untuk SEA Games dan Asian Games. Jadi mereka sudah kompak dan kehadiran kami para pemain senior hanya untuk menambah kekuatan.

Semoga bersama tim ini kami bisa menjadi juara. Saya merasa yakin tim ini memiliki semangat yang tinggi dan kemampuan yang sangat bagus.

Pertandingan pertama nanti akan sangat penting. Saya meminta kepada masyarakat Indonesia yang sempat merasakan tren bersama Timnas Indonesia U-16 dan U-19, agar tidak melupakan tim senior. Inilah tim yang utama. Kami butuh suporter juga memberikan dukungan dengan keikhlasan dan keyakinan terhadap kami.

Pemain Timnas Indonesia, Andik Vermansah, berusaha melewati, Rizki Pora, saat mengikuti sesi latihan di Stadion Wibawa Mukti, Jawa Barat, Minggu (4/11). Latihan ini merupakan persiapan jelang Piala AFF 2018. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

 

Melihat rival yang harus dihadapi di Piala AFF 2018, bagaimana Andik melihat kekuatan masing-masing tim?

Selama saya bermain di Malaysia, saya cukup sering bertemu pemain asal Singapura. Saya juga beberapa kali bertemu Singapura, termasuk di SEA Games. Pemain mereka mungkin hanya itu dan itu lagi, tapi kekompakan mereka nomor satu. Mereka kompak naik dan turun bersama di lapangan, meski secara individu kemampuan pemain Indonesia bisa lebih baik.

Filipina memiliki pemain naturalisasi yang bagus, tapi saya tidak merasa takut karena mereka kurang menjiwai semangat nasionalisme. Mereka sangat berbeda dengan Indonesia. Pemain naturalisasi mereka bagus, tapi jiwa nasionalisme mereka kurang menyokong sehingga mereka mudah menyerah.

Bicara soal Timor Leste, nah tim ini pasti bermain keras menghadapi Indonesia. Intinya pemain Indonesia jangan sampai terpancing karena pasti akan naik emosinya. Saya sering bertemu dengan pemain dari Timor Leste dan banyak yang akhirnya suka memancing perkelahian.

Sementara untuk Thailand, kita semua sudah tahu bagaimana kualitas mereka. Namun, kami tidak takut menghadapi Thailand.

Justru sebenarnya Vietnam yang saya waspadai. Ketimbang Thailand, saya lebih khawatir menghadapi Vietnam. Mungkin ada yang bilang grup kami adalah grup yang berbahaya, tapi Vietnam di grup lain juga sangat kuat.

Mereka memiliki komponen yang bagus di dalam tim saat ini. Mereka juga pasti punya motivasi kuat jika menghadapi Indonesia karena ketika semifinal dua tahun lalu kami serang terus sampai disebut kami menyerang 7 hari 7 malam. Secara kualitas pemain mereka lebih baik dari kami, tapi soal jiwa semangat nasionalisme, kami lebih unggul.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.