Sukses

Dua Warga Jadi Tumbal Keberhasilan Prancis Menjuarai Piala Dunia 2018

Kericuhan juga pecah di sejumlah kawasan di Prancis usai final Piala Dunia 2018 berakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Dua warga menjadi tumbal keberhasilan Timnas Prancis menjuarai Piala Dunia 2018, Minggu (15/7/2018). Mereka tewas saat merayakan kemenangan tim berjuluk Les Bleus tersebut atas timnas Kroasia di babak final Piala Dunia 2018. 

Bertanding di Luzhniki Stadium, Rusia, Timnas Prancis menang dengan skor 4-2. Kemenangan ini disambut gegap gempita para pendukung Les Bleus. Euforia juara tidak hanya terasa di Moskow, Rusia. Di Prancis, suasana perayaan justru lebih tidak terkendali. 

Seperti dilansir The Sun, di salah satu kota Annecy, Alpine, seorang pria berusia 50 tahun tewas tidak lama setelah wasit meniup peluit panjang. Lehernya patah akibat melompat ke selokan untuk merayakan keberhasilan timnas Prancis mengalahkan timnas Kroasia.

Sementara korban lainnya tidak jauh dari Saint-Felix. Seorang pria berusia 30 tahun juga tewas setelah mobil yang ditumpangi menabrak pohon saat perayaan kemenangan Prancis. 

Sementara itu, kericuhan juga pecah di beberapa titik. Polisi antihuru-hara CRS bahkan sampai turun tangan untuk mengendalikan situasi. Dan untuk membubarkan massa, mereka melepaskan tembakan gas air mata yang dibalas lemparan suar oleh pendukung Prancis. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Diwarnai Penjarahan

Keributan paling parah pecah di tengah kota. Champs Elysee yang menjadi titik perayaan sampai harus ditutup hingga pagi hari. Toko-toko juga sempat dijarah. Setidaknya 30 orang bertopeng ski es masuk ke sebuah toko Parisian dan menjarah anggur dan sampanye. 

"Kerusuhan pecah tidak lama setelah orang-orang menolak bubar hingga lewat tengah malam. Toko termasuk Publicis Drugstore yang dekat dengan Arc de Triumphe juga dijarah," ujar salah seorang sumber di kepolisian. "Jendela dipecahkan dan polisi yang datang diserang. Ada kekacauan yang benar-benar merusak pesta," ujarnya menambahkan.

 

3 dari 3 halaman

Tutup Layanan Publik

Sebanyak 4000 polisi sebenarnya telah disebar untuk mengantisipasi kericuhan menyambut kembalinya Prancis ke final setelah 2006. Saat suasana semakin tidak terkendali, pihak kepolisian terpaksa menutup sejumlah layanan publik seperti metro dan kereta lainnya. 

Masalah juga pecah di kota Lyon. Sejumlah pemuda mengambuk dan merusak mobil dan membayar tempat sampah. Air mancur yang terletak di Bordeaux dan Marseille, serta Lyon juga dipenuhi suporter yang membawa suar. Polisi melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa dari Champs Elysees saat bentrok dengan suporter nakal. 

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.