Sukses

Mesin-Mesin yang Menghidupkan Kroasia

Kroasia lolos ke final Piala Dunia 2018 untuk melawan Prancis.

Liputan6.com, Moskow - Di awal, sulit bagi kita memprediksi Kroasia bakal tampil di final Piala Dunia 2018. Namun, kenyataan berkata lain, tim asuhan Zlatko Ladic itu melaju ke partai puncak.

Skuat Kroasia sesungguhnya berisi pemain- pemain top Eropa. Namun, tim berjulukan Vatreni ini dianggap tidak memiliki mental juara saat berkiprah di level internasional.

 

Prestasi terbaik Kroasia sebelumnya adalah semifinal Piala Dunia 1998. Untuk menjadi juara Piala Dunia, tak pernah diperhitungkan oleh pencinta sepak bola dunia.

Mimpi indah Kroasia untuk menjadi juara dunia sekarang terbuka lebar untuk diwujudkan. Kroasia menantang Prancis di partai puncak Piala Dunia 2018, Minggu 15/7/2018) di Stadion Luzhniki, Moskow.

Pencapaian Kroasia bukan keajaiban. Bila melihat perjalanan mereka di Rusia, Luka Modric dan kawan-kawan tampil trengginas sejak fase grup.

Poin sempurna mereka raih dari tiga laga di penyisihan Grup D Piala Dunia 2018. Setelah menang 2-0 atas Nigeria, Kroasia melumat salah satu unggulan, Argentina dengan skor 3-0.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kesatuan

Di laga pamungkas fase grup, giliran Islandia jadi korban keganasan Kroasia. Mereka pun lolos sebagai juara Grup D, yang mesti bersua Denmark.

Sepak bola Kroasia dibangun dengan dasar kerjasama dan kesatuan, yang membuat mereka menaklukkan tim-tim dengan talenta individu brilian seperti Argentina dengan Lionel Messi- nya.

Kroasia diibaratkan kendaraan yang hidup berkat mesin-mesin di dalamnya. Lini tengah jadi area terkuat negara pecahan Yugoslavia ini.

Modric dan Ivan Rakitic adalah mesin penggerak Kroasia di lapangan. Modric dan Rakitic terbiasa bermain di level tinggi bersama Real Madrid dan Barcelona.

Belum lagi Ivan Perisic yang kerap merusak konsentrasi pertahanan lawan lewat pergerakan dan umpan-umpan silangnya. Mario Mandzukic bukan hanya sebagai ujung tombak, tapi juga menjadi wall-pass di lini depan Kroasia.

Ketahanan mental Kroasia teruji dalam setiap pertandingan babak gugur, di mana mereka selalu melewati 120 menit. Lawan Denmark di babak 16 besar, kemenangan Kroasia diraih lewat adu penalti.

 

3 dari 3 halaman

Tuliskan Sejarah

Kemudian Kroasia juga menyisihkan tuan rumah Rusia melalui adu penalti di perempat final. Teranyar, pertandingan Kroasia kontra Inggris harus lewat babak tambahan sebelum gol Mandzukic menghukum Jordan Pickford.

Kroasia jauh lebih adaptif selama Piala Dunia 2018. Yang melaju paling jauh bukan yang terkuat, tapi yang paling adaptif dengan kekuatan dan kelemahan lawan.

"Kami telah menulis sejarah kami sendiri, dengan kondisi-kondisi dan infrastruktur di kampung halaman, kami adalah keajaiban," terang Pelatih Kroasia, Zlatko Dalic.

"Ini mungkin salah satu pencapaian olahraga terhebat dari orang Kroasia manapun. Ini adalah kesuksesan global dan saya sangat gembira hal itu terjadi di bawah manajemen saya," tuturnya.

Mesin-mesin Kroasia akan kembali beraksi saat harus menghadapi Prancis di partai puncak. Prancis mesti bersiap bila tidak mau menjadi korban Kroasia berikutnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.