Sukses

Milo Football Championship 2018, Ajang Mencari Bibit Pemain Timnas

Milo Football Championship telah memasuki tahun keempat.

Liputan6.com, Bandung - Milo Football Championship telah memasuki tahun keempat. Legenda sepak bola Indonesia yang menjadi talent scout dan coach, Kurniawan Dwi Yulianto mengatakan secara sistem, proses pemilihan potensi pemain muda berbakat tahun 2018 tidak jauh berbeda dibandingkan sebelumnya.

Skill, teknik dasar tetap menjadi acuan utama, namun jiwa kepemimpinan, sportivitas serta pintar dalam bermain harus dimiliki dan dianggap sebagai pembeda.

"Memang sistem gak banyak berubah, selain teknik dasar dan skill kita memilih dari kepercayaan diri, leadership sportivitas pemain gak kalah ditambah intelegen dan attitude kita nilai. Tidak hanya di dalam tapi di luar lapangan kita pantau," kata Kurniawan saat ditemui dalam acara Milo Football Championship 2018 di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Sabtu (14/4/2018).

Secara kualitas, beberapa bakat yang dijaring oleh Milo Football Championship dianggap mampu bersaing untuk mendapatkan jatah bermain di Timnas Indonesia. Tapi segala keputusan berada ditangan federasi sepak bola tertinggi di Indonesia yaitu PSSI.

"Detail ada penilaian dari a sampai z, kita sebagai pencari bakat akan memberikan database Milo ke federasi sehingga nanti keputusan ada di sana."

"Kami talent scout lebih objektif akan berantem berargumentasi. Cukup pusing untuk menentukan pemain karena Bandung sebagai salah satu tempat yang punya sejarah luar biasa serta talenta yang ga pernah putus. Secara potensi Indonesia gak kalah dari Eropa," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kerja Sama Semua Pihak

Kurniawan menjelaskan demi menjaga para talenta muda Indonesia diperlukan kerja sama dari seluruh pihak.

"Permasalahan membina pemain muda ke senior. Pertama kompetisi setiap usia gak jalan. Di Jakarta masih okay tapi gak merata karena pemain muda perlu jam terbang. Tapi kadang ada hanya terlalu di forsir mengikuti turnamen."

Dia menambahkan, "Kedua SSB (sekolah sepakoba) ratusan ribu di Indonesia tapi gak ngerti untuk menerapkan metode yang baik. Itu menjadi pekerjaan rumah, kalau pelatih gak ngasih ilmu yang benar itu akan menjadi kesalahan permanen."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.