Sukses

Crocs Nyaris Bangkrut Karena Produknya Membosankan

Perusahaan pembuat sepatu dan sandal, Crocs tampaknya tengah bergelut menghindari kebangkrutan akibat popularitasnya yang kian menurun.

Perusahaan pembuat sepatu dan sandal, Crocs tampaknya tengah bergelut menghindari kebangkrutan akibat popularitasnya yang kian menurun. Untungnya, perusahaan tersebut memperoleh dana talangan senilai US$ 200 juta atau setara Rp 2,4 triliun (kurs Rp 12.163 per dolar AS) dari perusahaan swasta Blackstone Group.

Seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (2/1/2014), dana talangan tersebut diberikan dalam bentuk investasi dengan mengakuisisi 13% saham produsen sepatu yang berbasis di Colorado tersebut. Selain itu, Blackstone juga memperoleh dua kursi di direksi Crocs.

Crocs mengungkapkan, pendapatan kuartal keempatnya akan berada di level rendah seperti yang telah diprediksi sebelumnya. Prediksi tersebut merupakan kerugian terburuk yang diderita Crocs.

Perusahaan asal AS tersebut dikabarkan mencetak penjualan sekitar US$ 220 juta hingga US$ 225 juta pada kuartal keempat tahun lalu.

Selama ini, Crocs telah berupaya keras untuk meningkatkan keuntungannya setelah para konsumen terlihat jenuh dengan produk-produknya. Kejenuhan tersebut telah memangkas volume pejualan dan mengurangi pengeluaran konsumen untuk produknya.

Sementara itu, investasi Blackstone diterima setelah Crocs berupaya menemukan pembeli yang mau mengakuisisi seluruh perusahaannya.

"Kami sudah tidak mampu lagi membeli saham yang beredar selama negosiasi transaksi ini berlangsung, tapi kami berharap dapat melakukan buyback pada kuartal pertama 2014," ungkap CFO Crocs Jeff Lasher.

Sementara itu, masa jabatan CEO Crocs John McCarvel akan habis pada April 2014. Pria yang menduduki jabatan sejak 2010 ini telah mengembangkan produk perusahaan termasuk gaya sepatu dan sandal serta membuka sejumlah toko baru.

Sayangnya, harga saham Crocs justru tercatat merosot 7,4% sepanjang 2013. Saat ini, dewan direksi tengah mencari dan menyiapkan pengganti McCarfel.

"Kami akan fokus dulu meningkatkan kinerja finansial perusahaan khususnya di AS dan Jepang sekaligus meningkatkan penjualan di seluruh dunia," ungkap pimpinan perusahaan Thomas Smach.

Crocs dinilai modelnya oleh konsumen terlalu membosankan yang membuat popularitasnya menurun. Crocs yang terkenal kualitasnya awet sempat mencapai puncak popularitas di tahun 2007 dengan mencatat penjualan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. 
(Sis/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini