Sukses

Mana Lebih Aman, Kartu Kredit atau Debit?

Aksi penipuan dan pencurian data nasabah lewat kartu kredit dan kartu debit seringkali terjadi. Namun mana yang lebih bahaya?

Di saat 10 juta pemegang kartu kredit yang data dan informasinya dicuri kemungkinan tak terkait aksi penipuan perbankan (fraud), pemiliki kartu debit justru menjadi pihak yang bakal mengalami persoalan lebih besar.  

Hal ini bisa terjadai karena kartu kredit dan debit umumnya mendapat perlakuan berbeda dalam perlindungan konsumen.

Merujuk pada undang-undang federal yang berlaku di Amerika Serikat (AS), pemegang kartu kredit dikenakan biaya tak lebih dari US$ 50 untuk kasus penipuan.

Namun, jika para penipu menggunakan kartu debit, nasabah harus menanggung biaya US$ 500, tergantung seberapa cepat laporan diterima.

"Saya tahu orang begitu menyukai kartu debit, tapi tahukan Anda bahwa banyak sekali kelemahan dari kartu ini jika menyangkut masalah penipuan," ujar Pakar Kredit darii CreditSesame.com, John Ulzheimer seperti dikutip laman CNN, Minggu (222/12/2013).

Selain itu, jika seseorang menggunakan kartu kredit, dana yang dicuri biasa langsung dikembalikan secara cepat begitu pemilik kartu melaporkannya.

Hal berbeda justru dialami para pemegang debit. Selain dana dikuras oleh para pencuri, nasabah harus menunggu sedikitnya dua pekan untuk melacak aksi fraud dan mengembalikan dananya.

"Padahal nasabah setidaknya harus membayar tagihan rumah, peralatan, dan tagihan-tagihan lainnya," ujar Beth Givens, Direktur dari organisasi the Privacy Rights Clearinghouse.

Kartu apapun yang Anda gunakan, berikut adalah cara-cara melindungi diri dari aksi penipuan:

1. Ekstra hati-hati dengan data pribadi

Target dari aksi pencurian data telah melalui sejarah panjang dalam kasus pembobolan data dan hal ini takkan menjadi cara terakhir yang dilakukan.  

Imbasnya, nasabah harus memeriksa aktivitas debit dan kartu kredit setiap beberapa hari dan mengawasi setiap transaksi yang mencurigakan. Jika mencium adanya kejanggalan, segera beritahukan bank atau perusahaan kartu kredit Anda.

2. Buat upaya kontrol sendiri

Lembaga keuangan selama ini memiliki cara pengawasan internal terhadap aksi penipuan. Sayangnya, aksi fraud dapat menyelinap melalui celah-celah khusus.

Banyak lembaga keuangan yang mempersilahkan nasabah untuk membuat peringatan dari setiap transaksi yang terjadi. Bahkan diantaranya bisa mengatur pembatalan transaksi jika melebihi nilai US$ 500.

3. Selal Waspada dengan Lokasi Tempat Terjadinya Fraud

Nasabah harus selalu curiga ketika melakukan transaksi di lokasi-lokasi yang sering menjadi tempat terjadi aksi fraud.

SPBU dan mesin ATM dan pompa bensin seringkali menjadi sasaran aksi skammer yang mencuri data-data pribadi nasabah. Waspadalah jika menggunakan mesin ATM dengan bagian-bagian yang tak normal, serta selalu tutup tombol mesin ATM ketika sedang memasukan nomor PIN.

4. Jangan Pernah Lengah

Jika Anda berpikir informasi Anda telah dijaga dengan baik, jangan pernah berasumsi segalanya akan baik-baik saja dalam beberapa bulan ke depan. Sering kali, data informasi dari kartu yang dicuri kemudian dijual ke sejumlah kelompok di pasar gelap.

Data-data hasil curian ini bisa saja disimpan dalam kurun waktu berbulan-bulan bahkan sampai tahunan. (Dis/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.