Sukses

Kopi Luwak Dituduh Eksploitasi Hewan, Bagian dari Perang Dagang

Melejitnya pamor kopi luwak asal Indonesia dipasaran dunia membawa keuntungan tersendiri bagi citra kopi dalam negeri.

Melejitnya pamor kopi luwak asal Indonesia dipasaran dunia membawa keuntungan tersendiri bagi citra kopi dalam negeri. Hal tersebut dinilai menjadi salah satu pendorong kian dikenalnya produk kopi lokal.

"Kalau soal efisiensi kita memang masih kalah, industrial kita juga masih kalah, tetapi setelah ada kopi luwak ini, posisi kopi kita jadi naik, meskipun masih di bawah Vietnam dan Brasil," ujar Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (15/11/2013).

Namun sayang melejitnya pamor kopi ini diganggu isu negatif tentang proses pembuatan kopi tersebut yang dianggap mengeksploitasi luwak dengan mengurung dan memaksa hewan tersebut memakan biji kopi untuk kemudian menghasilkan jenis kopi tersebut.

Bayu menilai tudingan tersebut masih harus dikaji lagi. Sebab menurut dia pemanfaatan luwak dalam proses ini sama halnya pada peternakan sapi atau ayam, di mana kedua hewan ini dipelihara serta digemukkan. Baru usai itu dimanfaatkan dengan pemerahan susu, diambil telur atau dipotong dagingnya.

"Luwak yang ditangkar, dalam proses produksi kopinya itu katanya ada pelanggaran hak-hak kesejahteraan hewan. Tetapi juga kan tidak bisa menggeneralisir, sama seperti sapi perah, ayam digemukin kemudian disuruh bertelur. Mungkin kalau pelanggaran sifatnya hanya case," lanjut dia.

Menurut dia, jika memang terjadi pelanggaran terhadap hewan tersebut hingga sakit atau mati, maka yang rugi adalah produsen itu sendiri karena otomatis produksinya akan berkurang.

"Justru kalau pengusaha melakukan itu, akan merugikan dan menurunkan produktivitasnya," tegas Bayu.

Bayu juga menganggap, isu seperti ini bukan tidak mungkin merupakan bagian dari perang dagang yang dilakukan untuk menurunkan citra kopi luwak.

"Kita tidak sulit membayangkan bahwa langkah seperti ini merupakan perang dagang. Kopi ini kompetitifnya tinggi, harganya mahal dan sekarang sedang mengangkat nama kopi Indonesia, sehingga mungkin ada yang merasa terganggu, sehingga mengeluarkan pernyataan tersebut," tandas dia. (Dny/Nur)

Baca juga:

Kopi-kopi Termahal di Dunia, Luwak No.1

Ilmuwan Jepang Temukan Cara Bedakan Kopi Luwak dan Kopi Biasa

Kopi Termahal di Dunia Ada di Pangalengan

Kopi Luwak Dituding Hasil Kekejaman, Apa Reaksi Wamendag?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini