Sukses

Standar RI Masih Jadi Pengekor

Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengungkapkan salah satu strategi menghadapi era globalisasi dengan standardisasi.

Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015, Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengungkapkan salah satu strategi menghadapi era globalisasi dan regionalisasi adalah standardisasi.

Ini diperlukan untuk memperkuat pondasi penguatan ekonomi bangsa di samping kemampuan sumber daya manusia dan daya saing produk.

Kepala BSN, Bambang Prasetya mengatakan, standar Indonesia saat ini masih bersifat follower (pengekor). Padahal negara-negara tetangga sudah menerapkan satu langkah lebih maju soal standardisasi.

"Standar kita masih follower, kapan kita punya standar maker (produsen). Sebab Malaysia dan Thailand kalau membicarakan standar saringan atau latex saja bisa lama sekali. Bahkan bisa merogoh kocek triliunan untuk mengganti pabrik demi memenuhi standar tersebut," kata dia saat membuka Rakornas Standardisasi BSN di Jakarta, Selasa (12/11/2013).

Dia mengungkapkan, keberhasilan bangsa ini untuk dapat memanfaatkan MEA selanjutnya bisa digunakan sebagai basis demi menghadapi kesepakatan pasar tunggal yang semakin luas pada periode berikutnya.

"ASEAN telah menyepakati beberapa perjanjian pasar tunggal dengan negara-negara seperti China, Korea, New Zealand, India, Jepang dan Australia, serta pada tahun 2020, kita menghadapi pasar tunggal Asia Pasifik. Ini akan memberikan tantangan sekaligus peluang bagi kita, dan salah satu strateginya adalah standardisasi," ujar Bambang.

Melalui strategi standardisasi nasional 2015-2025, Bambang menyebut, strategi nasional yang disepakati pemangku kepentingan. Ini dapat digunakan sebagai acuan bersama dalam penyusunan program dan kegiatan di bidang standardisasi berbagai sektor.

Sasaran pokok dari setiap tujuan pengembangan standardisasi nasional 2015-2025, di antaranya, penguatan kebijakan dan pedoman standardisasi (mutu) nasional, penguatan infrastruktur mutu nasional, penguatan sistem pengembangan standar nasional Indonesia (SNI), penguatan sistem penerapan standar, penguatan sistem akreditasi dan penilaian kesesuaian, dan sebagainya.

"Sekarang 12 ribu Usaha Kecil Menengah (UKM) dan 5 juta pengrajin di Jepara mempunyai akses global dari internet, sehingga mereka terus memperbaiki produknya sesuai standardisasi untuk memperkuat daya saing di lapangan," tutur  dia. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini