Sukses

Menyangkut Perut Rakyat, Jokowi Minta Inflasi Dipelototi Tiap Minggu Seperti Covid-19 Ditangani

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi di bulan November tercatat 5,42 persen (yoy) atau lebih rendah dari tingkat inflasi di bulan Oktober sebesar 5,71 persen (yoy).

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar pemerintah pusat dan daerah serius mengendalikan inflasi di tengah mengingat ini menyangkut masalah perut rakyat.

Bahkan kepala negara meminta upaya pengendaliam inflasi dilakukan seperti penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. 

"Presiden ingin agar penanganan inflasi ini ditangani dengan mekanisme seperti pandemi, setiap minggu dibahas, dievaluasi sehingga kita semua tetap aware, tetap peduli dan menjadi fokus, skala prioritas ini menyangut masalah perut rakyat," jelas Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian pada Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, di Jakarta, Senin (5/12/2022).

Kenaikan harga barang dan jasa, Tito mengingatkan memang sangat langsung berdampak kepada masyarakat. Itu sebabnya pengendalian inflasi sangat penting. Apalagi kondisi nasional juga sangat dipengaruhi global setidaknya dalam setahun ke depan.

Meski disebutkan jika berdasarkan prediksi lembaga dunia seperti IMF dan lainnya meyakini Indonesia mampu menghadapi kondisi yang ada.

"IMF dan pengamat dunia menyatakan Indonesia memiliki fondasi ekonomi cukup kuat sehingga mudah-mudahan kita bisa menjadi salah satu negara cukup kuat," tegas Tito.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi di bulan November tercatat 5,42 persen (yoy) atau lebih rendah dari tingkat inflasi di bulan Oktober sebesar 5,71 persen (yoy).

"Terdapat tekanan inflasi yang melemah pada bulan November ini. Kalau dilihat secara tahunan, terjadi inflasi 5,42 persen atau terjdi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 107,05 pada bulan November menjadi 112,85 di Oktober," kata Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa, BPS, Setianto dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (1/12/2022).

Setianto melanjutkan secara bulanan tingkat inflasi di bulan November tercatat 0,09 persen (mtm). Sehingga tingkat inflasi tahun kalendernya sebesar 4,82 persen.

Berdasarkan komoditasnya, penyumbang inflasi tertinggi yaitu bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, rokok, beras, telur ayam ras, dan tarif angkitan dalam kota. "Ini komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara tahunan," kata dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inflasi November 2022 di Bawah Perkiraan, BI: Berkat TPIP dan TPID

Relisasi angka inflasi pada November 2022 berada di bawah prakiraan awal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Inflasi November 2022 tercatat rendah 0,09 persen (mtm), meskipun lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,11 persen (mtm).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, realisasi inflasi (mtm) tersebut didorong oleh deflasi kelompok volatile food sejalan dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi kelompok inti dan administered prices menurun.

"Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan tercatat 5,42 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 5,71 persen (yoy)," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (1/12/2022). 

Perkembangan positif inflasi ini tidak terlepas dari pengaruh sinergi kebijakan yang makin erat antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Bank Indonesia, serta berbagai mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menurunkan laju inflasi, termasuk mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM.

 

3 dari 3 halaman

Hingga Akhir Tahun

Untuk keseluruhan tahun 2022, Bank Indonesia memandang inflasi akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meskipun masih di atas sasaran 3,0±1 persen. Inflasi pada tahun 2023 diprakirakan akan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada paruh pertama 2023.

"Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan," pungkas dia. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.