Sukses

Keren, PT Badak NGL Sulap Limbah Pabrik Jadi Kapal dan Baling-Baling

Lewat program Corporate Social Responsibility (CSR) Badak NGL menggandeng kelompok masyarakat untuk memanfaatkan limbah pabrik

Liputan6.com, Bontang Bontang, Kalimantan Timur menjadi salah satu wilayah yang penduduknya sebagian berprofesi sebagai nelayan. Hal ini yang juga menjadi peluang PT Badak NGL dalam peberdayaan masyarakatnya.

Lewat program Corporate Social Responsibility (CSR) Badak NGL menggandeng kelompok masyarakat untuk memanfaatkan limbah pabrik menjadi satu produk yang bermanfaat bagi nelayan, yaitu kapal dan baling-baling kapal itu sendiri.

"Jadi limbah aluminium diolah menjadi baling-baling, kemudian limbah Polyurethane jadi perahu," kata Manager CSR dan Relation PT Badak NGL, M Irfan Hidayat saat media visit di Kantor PT Badak NGL, Kaltim, Jumat (2/12/2022).

Dipilihnya pengolahan limbah menjadi baling-baling, kata Irfan, dikarenakan selama ini nelayan Bontang selalu dipasok produk baling-baling dari Pulau Jawa. Tidak hanya itu, biaya distribusi yang panjang juga mengakibatkan harga baling-baling tiba di Bontang cukup mahal.

Untuk itu, Badak NGL menggandeng Telihan Recycle sebagai mitra binaan untuk memproduksi. Ini sekaligus menjadi produsen baling-baling pertama di Bontang. Produksinya pun bisa mencapai 100 baling-baling dalam sehari.

Alfian, Anggota Kelompok Telihan Recycle mengatakan, selama ini PT Badak NGL selalu memberikan bantuan apa yang menjadi kebutuhan kelompok. Mulai dari bahan baku alumunium hingga alat-alat produksi.

"Karena kita bahan baki tidak susah, dipasok terus dari Badak NGL, maka harga baling-baling kita jauh lebih murah di pasaran. Bisa Rp 15 ribu per baling-balingnya. Sementara harga yang ada selama ini antara Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu," ucapnya.

Tidak hanya dari segi harga, kualitas diklaim juga lebih murah. Ini dikarenakan adanya campuran alumunium murni yang dipasok PT Badak NGL.

"Kita sudah jalan tiga bulan, dan sudah terjual ratusan baling-baling," tegasnya.

Dari hasil penjualannya itu, rata-rata pekerja aktif di kelompok Telihan ini bisa mendapatkan upah per bulannya sekitar Rp 3 juta.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Limbah Jadi Kapal

Sementara itu, untuk limbah Polyurethane ternyata bisa diugunakan sebagai bahan pembuat kapal. Limbah ini diklaim juga lebih tahan terhadap air dibandingkan dengan bahan kayu untuk membuat kapal.

Seorang pengrajin perahu asal Bontang, Imanudin mengatakan, dirinya sudah membuat setidaknya tiga kapal nelayan dari bahan limbah pabrik PT Badak NGL.

"Kalau dari limbah Polyurethane ini, kapal nelayan kita bisa jual dengan harga Rp 15 juta. Sementara kalau dari kayu itu Rp 25-30 juta. Jadi lebih murah dan daya tahan juga lebih bagus," tegasnya.

Dengan begitu, ke depan, kapal-kapal nelayan Bontang tak lagi gampang rusak, kini lebih kokoh dan belinya pun tidak terlalu mahal.

Dengan berbagai program CSR ini, PT Badak NGL bahkan menargetkan kembali menerima ke-12 kali Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper) 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 

3 dari 3 halaman

Erick Thohir Temui Nelayan di Semarang, Janjikan Pasokan Solar Lancar

Menteri BUMN Erick Thohir kembali bicara soal intervensi pemerintah melalui program Solar Subsidi untuk Koperasi Nelayan (Solusi Nelayan). Menurutnya, itu jadi salah satu bentuk perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap akses bahan bakar minyak bagi nelayan.

Program ini merupakaan kolaborasi tiga kementerian, yakni Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pelaksanaannya dilakukan oleh Pertamina, melalui skema kerja sama bisnis dengan koperasi nelayan.

"Saya sebagai pembantu Presiden berkoordinasi dengan pak Teten, Menteri Koperasi dan pak Trenggono, Menteri KKP untuk mencari cara agar para nelayan terbantu dengan persediaan bahan bakar solar yang mudah dan harganya sama. Perhatian Presiden Joko Widodo terhadap nelayan itu mendorong terwujudnya program solar untuk koperasi," ujar Erick Thohir saat temu warga nelayan di Tambak Loro, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (29/10/2022).

Atas dasar itu, Erick meminta agar para karyawan di Tambak Loro turut melirik untuk menjadi anggota koperasi. Tujuannya agar bisa mendapatkan akses solar sesuai dengan harga resmi.

Menurut rencana, sebuah Pertashop, hasil kerjasama Pertamina dan salah satu koperasi di Tambak Loro akan segera didirikan untuk mendukung program tersebut.

"Jika bapak atau ibu percaya kepada Presiden Jokowi, dan juga setuju bahwa program ini bisa meningkatkan kesejahteraan para nelayan, karena program ini sudah berhasil di Cilacap, maka segera jadi anggota koperasi supaya punya kepastian mendapatkan solar dengan mudah dan terjangkau. Bulan Januari 2023 saya akan datang lagi untuk cek," ujarnya.

Dalam kunjungan kerja ke Jawa Tengah, selain memastikan lokasi Pertashop untuk program SoluSi, Erick Thohir juga menyempatkan melihat aktivitas para ibu rumah tangga Tambak Loro yang tergabung dalam program PNM Mekaar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.