Sukses

Kenalkan Lukas Walton, Miliarder Milenial Pewaris Walmart Berharta Rp 322 Triliun di Usia 36 Tahun

Selain itu, dengan kekayaan bersih gabungan sebesar USD 247 miliar, Walton pun termasuk ke dalam keluarga terkaya di Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta Lukas Walton yang kini berusia 36 tahun menjadi salah satu cucu Sam Walton sekaligus milenial terkaya di dunia. Kekayaannya diperkirakan mencapai USD 20,5 miliar atau sekitar Rp 322,5 triliun.

Selain itu, dengan kekayaan bersih gabungan sebesar USD 247 miliar, Walton pun termasuk ke dalam keluarga terkaya di Amerika Serikat. Pendiri perusahaan Sam Walton terkenal karena telah membangun kekayaan besar keluarganya.

Mengenai cucunya yang berbasis di Chicago itu, siapakah dia sebenarnya?

Melansir South China Morning Post, Selasa (29/11/2022), mari mengenal lebih dalam tentang Lukas Walton sebagai pewaris Walmart.

Pewaris Walmart

Lahir pada tahun 1986, Lukas Walton menjadi anak tunggal dari Christy Walton dan John T. Walton – putra tertua kedua dari Sam Walton, yang mendirikan Walmart.

Menurut Business Insider, pewaris muda itu menempuh pendidikan di perguruan tinggi tepatnya di Colorado College dan mengambil jurusan ilmu lingkungan dan ekonomi. Forbes memperkirakan kekayaannya menjadi USD 20,5 miliar dan masuk dalam daftar 10 miliarder Amerika termuda pada tahun 2022.

Ayahnya Meninggal Secara Tragis

Namun sayangnya, Lukas telah kehilangan sosok ayah. Dia kehilangan ayahnya John pada usia yang relatif muda. Veteran Vietnam berusia 58 tahun itu meninggal secara tragis pada tahun 2005 ketika dilaporkan menabrakkan pesawat ultralight buatannya di Wyoming. Saat itu, Forbes menempatkannya di peringkat ke-11 dalam daftar orang terkaya di dunia.

Sementara itu, menurut Bloomberg, Lukas sewaktu muda menjadi penerima manfaat terbesar dari wasiat ayahnya. John meninggalkan sekitar seperenam kekayaannya untuk istrinya Christy, sepertiga untuk putra satu-satunya yaitu Lukas, dan sisanya untuk perwalian amal. Alhasil, Lukas mewarisi 4 persen saham Walmart.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berjuang Melawan Kanker

Kematian mendadak ayahnya bukanlah satu-satunya kesulitan besar yang dialami Lukas di masa mudanya. Pada usia tiga tahun, penduduk asli California itu didiagnosis menderita kanker ginjal langka yang menyebar ke paru-parunya.

Hebatnya, dia sembuh dari penyakit itu dalam waktu lima bulan. Ibunya Christy, mengaitkan hilangnya tumor tersebut dengan pola makan alami yang produknya bersumber dari kebun sendiri.

Menurut situs Walton Family Foundation, semangat Lukas untuk melindungi lingkungan dan mengejar solusi yang lebih berkelanjutan dimulai segera setelah diagnosis kankernya.

Proyek Filantropis

Tidak seperti anggota senior klan Walmart, Lukas tidak menghabiskan banyak waktunya untuk membantu menjalankan kerajaan. Sebaliknya, dia mengikuti mendiang ayahnya John, yang lebih memperhatikan upaya filantropis.

Lukas memimpin Builders Vision, sebuah platform investasi yang berfokus pada pangan dan pertanian berkelanjutan, lautan yang sehat, energi terbarukan, dan membantu masyarakat berkembang. Dia juga menjabat sebagai ketua komite lingkungan dan koalisi konservasi Walton di Walton Family Foundation. Dia menyumbangkan setidaknya USD 149 juta pada tahun 2020, menurut Forbes.

 

 

3 dari 3 halaman

Senang Menghabiskan Waktu di Luar Ruangan

Miliarder muda ini tidak menonjolkan diri di depan umum. Dia justru lebih menikmati kegiatan, seperti berkemah, hiking, dan backpacking bersama keluarganya di pegunungan Colorado dan barat.

Menurut situs Walton Family Foundation, kakek neneknya Sam dan Helen menanamkan rasa hormat terhadap alam dan lingkungan kepada anak-anak dan cucu mereka. Klan Walton melakukan perjalanan tahunan di alam bebas, berkano bersama menyusuri Buffalo National River, berburu burung puyuh dan mengunjungi Yellowstone dan Grand Canyon.

Menurut profil Lukas di situs web, dia telah bepergian dan tinggal mengelilingi dunia, termasuk di Thailand dan Meksiko selama beberapa waktu. Ia bahkan mempelajari efisiensi energi dan energi hidrologi dan panas bumi di Reykjavik, Islandia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.