Sukses

Menko Airlangga Ramal Defisit Neraca Perdagangan Migas Sentuh Rp 78 Triliun

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap neraca perdagangan sektor migas bakal mengalami defisit.

Liputan6.com, Bali Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap neraca perdagangan sektor migas bakal mengalami defisit. Bahkan angkanya disinyalir mendekati USD 2 miliar atau setara Rp 31,25 triliun.

Sementara itu, dia mengatakan kalau dari sisi neraca perdagangan secara umum, mencatatkan surplus sekitar USD 5 miliar atau setara Rp 78,12 triliun. Tepatnya, surplus ini menyentuh USD 5,6 triliun di Oktober 2022.

"Sekarang ini ekspor kita positif USD 5 miliar namun neraca pada migas itu secara bulanan itu negatif bisa mendekati USD 2 miliar," ujarnya dalam 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2022 di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11/2022).

Dia menginginkan industri hulu migas mampu mencatatkan pertumbuhan positif kedepannya. Salah satunya, dengan cara mendorong tingkat investasi ke lapangan-lapangan migas di dalam negeri.

"Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, badan usaha baik milik swasta, maupun milik negara dan kontraktor migas diharapkan bisa lebih baik lagi agar target yang dicanangkan dan target tersebut tentunya sangat berpegaruh pada penrimaan negara di APBN dan juga terhadap ekspor indonesia," bebernya.

Menko Airlangga memandang, persoalan insentif bagi pengusaha yang minat untuk menggarap potensi migas Indonesia perlu jadi perhatian. Tujuannya, meningkatkan kenyamanan investor di dalam negeri.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lambannya Pengembangan Blok Masela

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyinggung lambatnya pengembangan Blok Masela. Menurutnya, ini jadi salah satu contoh produksi minyak dan gas bumi Indonesia yang juga mengalami penurunan.

Ditambah lagi, untuk lapangan Abadi Blok Masela, belum ada yang menggarap proyek tersebut. Blok Masela sendiri dipegang oleh Inpex Corporation, kendati belum ada rekanan pasca hengkangnya Shell dari lokasi tersebut.

"Kita melihat beberapa project termasuk misalnya project Masela ini kelihatannya juga mengalmai keterlambatan," ujarnya dalam 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2022, di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11/2022).

Menko Airlangga meminta perlu adanya pengkajian soal penyebab lambannya penggarapan Blok Masela itu. Jika masalahnya ada pada regulasi, dia mendorong supaya ada perbaikan-perbaikan. Begitu pun jika ditemukan masalah di sisi lain.

"Bila dipandang belum cukup mendorong pertumbuhan industri migas tentu dibuka kemungkinan untuk melihat apakah regulasi regualsi yang ada cukup efektif untuk menjadi mendorong. Dan bila belum efektif tentu perlu dilakukan revisi-revisi yang ke arah perbaikan," bebernya.

 

3 dari 4 halaman

Target 1 Juta Barel

Menko Airlangga turut menyinggung soal target produksi migas dalam negeri hingga 1 juta barel per hari di 2030 mendatang. Ini telah menjadi wacana bertahun-tahun yang menurutnya tak kunjung terealisasi.

"Peningkatan produksi migas di dalam negeri merupakan cita-cita kita bersama dan ini sudah dibahas sejak bertahun-tahun target 1 juta barel per day namun saat ini produksinya terus menurun," ujarnya.

"Tentunya perlu ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh SKK Migas dengan situasi iklim investasi mapun insentifnya ini bisa lebih baik di samping itu juga mendorong transisi energi yang mengarah pada enrgi baru dan terbaurkan," sambungnya.

Dia menuturkan kalau pembahasan mengenai hal tersebut perlu jadi perhatian serius. Baik soal insentif fiskal maupun non-fiskal. Tujuannya agar bisa memperbaiki kondisi investasi industri hulu migas berjalan kondusif.

 

4 dari 4 halaman

PetroChina - Petronas Berebut Masuk

Diberitakan sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkap perusahaan asal China, Petrochina dan perusahaan asal Malaysia, Petronas minat garap migas di blok Masela. Menyusul, hengkangnya Shell yang semula ingin menggarap proyek disini.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan ada sekitar 4 perusahaan yang sudah ada pembicaraan. Kendati dia belum mengungkap rinci siapa saja perusahaan yang berminat masuk.

Soal rencana masuknya perusahaan energi ke Blok Masela, Dwi menegaskan kalau itu perlu dikomunikasikan dengan Inpex asal Jepang. Pasalnya, Inpex merupakan operator di Blok Masela.

"Jadi kan blok masela itu kan operatornya kan inpex Jepang, jadi oleh karena itu tentu segala keinginan dari pihak lain untuk masuk itu tentu harus berkomunikasi dengan inpex sendiri," ujarnya kepada wartawan disela-sela IOG Convention 2022, di Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.