Sukses

The Fed Isyaratkan Segera Kendurkan Suku Bunga

Pasar memperkirakan The Fed masih akan melakukan beberapa kenaikan suku bunga lagi pada tahun 2023, menjadi sekitar 5 persen

Liputan6.com, Jakarta - Penantian publik untuk pengenduran laju kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) tampaknya akan terjadi dalam waktu dekat.

Rilis risalah rapat kebijakan moneter edisi November 2022 para pejabat The Fed menunjukkan sepakat untuk segera mengendurkan laju kenaikan suku bunga.

"Sebagian besar partisipan menilai pelambatan laju kenaikan kemungkinan dapat segera dilakukan," tulis risalah tersebut, dikutip dari CNBC International, Kamis (24/11/2022).

"Keterlambatan dan besaran yang tidak pasti terkait dengan efek tindakan kebijakan moneter pada aktivitas ekonomi dan inflasi adalah salah satu alasan yang dikutip mengenai mengapa penilaian semacam itu penting," terang risalah The Fed.

Risalah itu juga mencatat bahwa kenaikan kecil akan memberikan pembuat kebijakan kesempatan untuk mengevaluasi dampak dari kenaikan suku bunga.

Beberapa anggota The Fed juga mengindikasikan bahwa "memperlambat laju kenaikan dapat mengurangi risiko ketidakstabilan dalam sistem keuangan".

Sementara itu, pasar memperkirakan The Fed masih akan melakukan beberapa kenaikan suku bunga lagi pada tahun 2023, menjadi sekitar 5 persen, dan kemudian mungkin beberapa pengurangan sebelum tahun depan berakhir.

The Fed akan kembali mengadakan rapat kebijakan moneter pada 14 Desember mendatang.

Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah pejabat The Fed mengatakan sudah mengantisipasi kemungkinan pergerakan suku bunga setengah poin pada bulan Desember 2022.

"Mereka mencapai titik di mana mereka tidak harus bergerak begitu cepat. Hal itu dapat membantu karena mereka tidak tahu persis berapa banyak pengetatan yang harus mereka lakukan," kata Bill English, mantan pejabat The Fed yang sekarang bekerja di Yale School of Management.

"Mereka menekankan kebijakan bekerja dengan kelambatan, jadi sangat membantu untuk bisa berjalan sedikit lebih lambat," sebutnya.

Diketahui bahwa The Fed sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak empat kali berturut-turut hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75 persen - 4 persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Emas Melonjak Usai The Fed Beri Sinyal Perlambatan Kenaikan Bunga

Harga emas memperpanjang penguatan pada perdagangan hari Rabu. Kenaikan harga emas hari ini terjadi karena risalah pertemuan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menunjukkan bahwa mayoritas anggota memilih untuk memperlambat kenaikan suku bunga.

Mengutip CNBC, Kamis (24/11/2022), harga emas di pasar spot naik 0,6 persen menjadi USD 1.750,38 per ons, sementara harga emas berjangka AS menetap 0,6 persen lebih tinggi pada level USD 1.750,90 per ons.

"Harga emas terus melonjak dalam sebuah reli setelah risalah Fed tidak mengandung kejutan hawkish, dan hampir dipastikan laju kenaikan akan turun menjadi 50 bps pada bulan Desember," kata pedagang senior Heraeus Precious Metals New York, Tai Wong.

"Pelaku pasar keuangan yakin Fed melakukan pengetatan berlebihan sehingga menafsirkan risalah bahwa yang keputusan the Fed tidak akan mengandung kejutan nyata mengingat komentar Fed dalam dua minggu terakhir." tambah dia.

Dalam risalah rapat Fed pada 1-2 November tersebut memperlihatkan bahwa kenaikan suku bunga yang lebih lambat akan lebih baik dan memungkinkan Komite Pasar Terbuka Federal Reserve untuk menilai kembali kebijakan menuju sasaran lapangan kerja maksimum dan stabilitas harga.

“Mengetahui bahwa kenaikan suku bunga dengan level tersebut sudah diperhitungkan di pasar, saya akan mengatakan tidak ada lagi awan gelap kenaikan suku bunga yang membayangi pasar emas,” kata Direktur Perdagangan Logam Mulia High Ridge Future, David Meger.

Kenaikan suku bunga the Fed yang terlalu tinggi akan meningkatkan biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Selain itu, mendorong kenaikan harga emas adalah pelemahan dolar AS. Pelemahan nilai tukar dolar AS ini membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang asing, sementara imbal hasil treasury AS juga lebih rendah pada perdagangan hari Rabu.

Selain itu, aktivitas bisnis AS mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut di bulan November, dengan ukuran pesanan baru turun ke level terendah dalam 2,5 tahun karena suku bunga yang lebih tinggi memperlambat permintaan.

3 dari 3 halaman

Rupiah Perkasa Usai The Fed Rilis Hasil Rapat

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada Kamis pagi ini. Penguatan nilai tukar rupiah ini terjadi usai dirilisnya risalah pertemuan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed).

Pada Kamis (24/11/2022), rupiah menguat 51 poin atau 0,32 persen ke posisi 15.636 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.687 per dolar AS.

"Rupiah berpeluang menguat hari ini setelah notulen rapat bank sentral AS dini hari tadi memperlihatkan keinginan para pejabat The Fed untuk menjalankan kenaikan suku bunga acuan yang lebih kecil ke depannya," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Risalah dari pertemuan November The Federal Reserve menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan di bank sentral sepakat akan segera tepat untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga.

Risalah pertemuan 1-2 November di mana The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar tiga perempat persen untuk keempat kalinya berturut-turut dalam upaya untuk memerangi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, menunjukkan para pejabat sebagian besar puas bahwa mereka dapat berhenti menaikkan suku bunga besar dan bergerak dalam langkah-langkah yang lebih kecil.

Risalah juga menunjukkan perdebatan yang muncul di dalam The Fed mengenai risiko pengetatan kebijakan yang cepat dapat menganggu pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan, bahkan ketika pembuat kebijakan mengakui ada sedikit kemajuan yang dapat dibuktikan pada inflasi dan bahwa suku bunga masih perlu dinaikkan.

"Sikap yang lebih moderat ini mendorong sentimen positif ke aset berisiko termasuk rupiah," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi menguat ke arah 15.630 per dolar AS dengan potensi resisten 15.700 per dolar AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.