Sukses

Harga Minyak Dunia Ambles di Tengah Pembicaraan Sanksi G7 ke Rusia

Di awal perdagangan, kontrak perdagangan minyak dunia Brent dan WTI telah naik lebih dari USD 1 per barel. Namun kemudian turun karena adanya berbagai tekanan.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun pada perdagangan Hari Rabu, di tengah perdagangan yang bergejolak. Penurunan harga minyak dunia ini terjadi karena negara kelompok G7 mempertimbangkan untuk membatasi harga minyak Rusia dan persediaan bensin di AS naik di atas prediksi.

Mengutip CNBC, Kamis (24/11/2022), harga minyak berjangka untuk pengiriman Januari turun USD 3,57, atau 4 persen, menjadi USD 84,79 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS turun USD 3,50, atau 4,3 persen, menjadi USD 77,45 per barel.

Di awal perdagangan, kedua kontrak perdagangan minyak dunia tersebut telah naik lebih dari USD 1 per barel.

The Energy Information Administration merilis data bahwa stok bensin AS naik 3,1 juta barel. Angka ini jauh melebihi perkiraan para analis yang ada di angka 383 ribu barel.

"Data peningkatan stok bensin ini agak mengejutkan," kata analis Price Futures, Phil Flynn.

"Peningkatan pasokan bensin menunjukkan bahwa mungkin kita melihat permintaan melemah atau bensin akan habis menjelang liburan."

Data The Energy Information Administration juga menunjukkan penarikan persediaan minyak mentah sebesar 3,7 juta barel. Sedangkan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters memprediksikan akan terjadi penurunan 1,1 juta barel.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keputusan G7

Harga minyak anjlok juga karena adanya laporan bahwa G7 akan memberikan batas harga minyak Rusia di atas level yang diperdagangkan.

Negara-negara G7 melihat batas harga minyak lintas laut Rusia di kisaran USD 65-70 per barel, menurut seorang pejabat Eropa pada hari Rabu.

Sementara itu, minyak mentah Ural yang dikirim ke Eropa barat laut diperdagangkan sekitar USD 62-USD 63 per barel, meskipun lebih tinggi di Mediterania sekitar USD 67-USD 68 per barel menurut data Refinitiv.

Karena biaya produksi diperkirakan sekitar USD 20 per barel, batas tersebut masih akan menguntungkan bagi Rusia untuk menjual minyaknya dan dengan cara ini mencegah kekurangan pasokan di pasar global.

Seorang pejabat senior Departemen Keuangan AS mengatakan pada hari Selasa bahwa batas harga mungkin akan disesuaikan beberapa kali dalam setahun.

Berita itu menambah kekhawatiran tentang permintaan dari importir minyak mentah utama China, yang telah bergulat dengan lonjakan kasus COVID-19, dengan aturan pengetatan Shanghai pada Selasa malam.

 

3 dari 3 halaman

Prospek Ekonomi

Tekanan lebih lanjut datang dari prospek ekonomi OECD yang mengantisipasi perlambatan ekspansi ekonomi global tahun depan.

Sisi baiknya, OECD tidak membayangkan resesi global dan mungkin ini membantu harga minyak dan saham semakin menguat, kata analis Tamas Varga di PVM Oil Associates.

Harga minyak dunia menemukan beberapa dukungan setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve pada November menunjukkan sebagian besar pembuat kebijakan setuju bahwa akan segera tepat untuk memperlambat kenaikan suku bunga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.