Sukses

Resesi Mengancam, GOTOKO Optimis Bisa Bawa Pengusaha Warung Naik Kelas

Platform GOTOKO optimis bila jutaan pelaku UMKM pemilik warung kelontong di Indonesia, mampu bertahan saat ancaman resesi mengintai di tahun 2023

Liputan6.com, Jakarta Platform GOTOKO optimis bila jutaan pelaku UMKM pemilik warung kelontong di Indonesia, mampu bertahan saat ancaman resesi mengintai di tahun 2023. Hal ini lantaran, pengusaha kecil-mikro ini sudah mampu bertahan ketika terpaan pandemi ataupun ancaman pasokan bahan pangan saat dampak perang Rusia dan Ukraina.

CEO dan President Director GOTOKO Gurnoor Singh Dhillon mengatakan, sebenarnya para pengusaha kecil-mikro pemilik warung ini sudah terbukti tahan ketika hempasan ekonomi dampak pandemi ataupun perang Rusia dan Ukraina. Terlebih bagi mereka yang melek digital, dianggap lebih mampu bertahan.

"Kita sudah beberapa kali kena shock secara global ya. Pertama kita kena shock secara demand akibat pandemi (COVID-19), lalu shock pasokan akibat Rusia dan Ukraina, ini kan resesi masih spekulasi, melihat Indonesia ini pasar yang masih terus bertumbuh, jadi kita masih punya kesempatan untuk tetap berjaya ditengah ancaman global resesi," ungkap Gurnoor, saat Kunjungan Media ke GOTOKO Warehouse di Tangerang, Kamis (23/11/2022).

Sebab, pada saat resesi nanti, masyarakat akan membedakan kebutuhan mendesak untuk dikeluarkan sehari-hari dan tidak mendesak, misalnya saja untuk keluar kota atau berbelanja. Namun, untuk kebutuhan sehari-hari pada saat ancaman resesi mengintai, masih akan tetap sama bahkan meningkat.

"Di setiap krisis, pasti ada peluang. Bukan berarti kita tidak mengantisipasi, seperti GOTOKO pun lahir pada saat pandemi (COVID-19), dimana saat itu tidak ada buku panduan. Kita akan bersama-sama dengan warung, bersama-sama untuk mengantisipasi ancaman resesi ini," tutur Gurnoor.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Saran Perdagangan di Indonesia

Sebab warung, lanjut Gurnoor, merupakan sarana perdagangan utama di Indonesia, dengan jumlah lebih dari 3 juta warung atau setara 80 persen dari nilai pasar Fast Moving Consumer Good (FMCG) di Indonesia.

Makanya, bisnis warung perlu didukung infrastruktur yang efisien, sehingga keterhubungan mereka dengan brand principals dapat dilakukan dengan optimal.

"GOTOKO memiliki misi menjadi platform pilihan bagi warung, untuk terhubung dengan brand principlas sehingga dapat menjalankan bisnisnya secara efiisen, yang dilakukan dengan model operasi level tinggi. Ditambah otomatisasi yang menjamin ketangguhan platform," ujarnya.

Kini, dalam setahun, GOTOKO sudah melebarkan sayapnya di daerah Jabodetabek, berbagai kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta dan Bali. Dengan pertumbuhan perusahaan lebih dari 32 kali dalam kurun waktu 12 bulan.

3 dari 3 halaman

Pedagang Warung Punya Dampak Ekonomi Lebih Besar dari Ritel Modern

PT Gerai Cepat Untung (GOTOKO) bergabung dalam Industry Task Force (ITF) G20 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Upaya ini dilakukan bertujuan mendorong pemulihan yang tangguh melalui kolaborasi bersama untuk mewujudkan transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan.

Transformasi digital telah terbukti menciptakan kemampuan bertahan di masa pandemi, juga sebagai bekal untuk mendorong bisnis, termasuk bagi pelaku UMKM dan pemilik warung.

Enam+06:26VIDEO: UMP 2023 Naik Maksimal 10 Persen, Pemda Bakal Tunduk? CEO dan President Director GOTOKO Gurnoor Singh Dhillon yang ditunjuk sebagai salah satu panelis dalam sesi Digital Economy pada G20 Digital Transformation Expo Parallel Event: Digital Industry Collaboration To Enhance Digital Transformation yang digagas Kemenkominfo RI dan ITF, menjelaskan, ia tetap optimistis terkait pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian ekonomi yang dipicu spekulasi terhadap resesi.

Gurnoor memandang Indonesia sebagai pasar yang sedang berkembang dengan basis permintaan yang kuat. Sulit untuk memprediksikan resesi, namun jika ada tekanan tersebut setiap sektor akan memiliki dampak yang berbeda.

Ia menilai orang mungkin akan mengurangi daya belanja, namun untuk kebutuhan-kebutuhan mendasar itu akan tetap ada, mereka akan tetap belanja mi instan, sabun, kopi di warung, dan ini tidak akan berubah.

“Di sisi lain, tekanan resesi kemungkinan akan berdampak pada rantai pasokan barang, yang mengarah pada tantangan pengadaan persediaan bagi pemilik warung. Situasi ini mirip pandemi lalu, akan memotivasi pemilik warung untuk mengubah cara mereka berbisnis. Saya percaya perubahan adalah pola pikir, dan dalam krisis seperti ini, pemilik warung akan lebih terbuka untuk beralih ke digital dan bekerja dengan platform seperti GOTOKO, yang bertujuan untuk membantu pemilik warung mengembangkan bisnisnya, memungkinkan mereka untuk bersaing dan berkembang, bukan hanya bertahan hidup," papar Gurnoor, Jymat (18/11/2022).

Ketangguhan warung dalam menghadapi krisis sejatinya telah terbukti saat pandemi memuncak, riset Nielsen (2020) menunjukan bahwa 70 persen masyarakat Indonesia lebih memilih berbelanja kebutuhan di warung dibandingkan belanja secara daring.

Dari nilai ekonomi pasar ritel nasional yang mencapai USD 75 miliar, warung juga memiliki kontribusi hingga 80 persen, serta memiliki kontribusi terhadap PDB empat kali lipat lebih besar dibandingkan ritel modern.

Posisi yang vital dalam ekonomi nasional ini pula yang membuat GOTOKO dan Gurnoor yakin, ketangguhan warung sebagai sarana perdagangan utama masyarakat Indonesia bisa menjadi salah satu tulang punggung ekonomi nasional dalam menghadapi potensi resesi. Tidak hanya itu, implementasi teknologi akan membuka lebih banyak peluang pertumbuhan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini