Sukses

SNLIK 2022: Gap Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Menipis

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merilis hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022.

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merilis hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022. Hasilnya, baik indeks literasi maupun inklusi keuangan masyarakat Indonesia menguat dibandingkan pada survei di 2019 lalu.

Di luar hasil tersebut, Anggota Dewan Komisaris OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi mengaku gembira karena jarak (gap) antara pemahaman dan okupansi masyarakat terhadap produk/jasa keuangan semakin mengecil.

"Selain tingkat indeks dan literasi keuangan yang meningkat, yang perlu kita cermati adalah gap antara indeks literasi dan inklusi keuangan itu mengecil di tahun 2022 dibandingkan 2019 lalu," ujarnya dalam sesi konferensi pers OJK, Selasa (22/11/2022).

"Untuk tingkat literasi gap-nya mengecil, karena yang selalu kita utamakan adalah supaya gap ini semakin kecil," kata wanita yang akrab disapa Kiki tersebut.

Pasalnya, Kiki menambahkan, bila indeks inklusi keuangannya bagus namun jurang dengan indeks literasinya pun melebar, itu juga berpotensi menimbulkan masalah.

"Karena berarti banyak masyarakat yang menggunakan produk dan jasa keuangan tanpa memahami apa itu produk maupun jasa keuangan yang digunakannya," imbuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Survei SNLIK

Adapun Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali, pada tahun ini digelar OJK di Juli-September 2022 di 34 provinsi, yang mencakup 76 kota/kabupaten dengan jumlah responden 14.634 orang, berusia 15-79 tahun.

SNLIK 2022 juga dilaksanakan dengan menggunakan metode, parameter dan indikator serupa seperti pada survei di 2019 silam. Untuk indeks literasi keuangan terdiri dari parameter pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku. Sementara untuk indeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan atau usage.

Hasil SNLIK 2022 menunjukan, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia naik jadi 49,68 persen atau hampir 50 persen, meninggi dibandingkan 2019 yang sebesar 38,03 persen.

"Sedangkan untuk indeks inklusi keuangan, tahun ini mencapai 85,1 persen, meningkat dibandingkan periode 2019 lalu sebesar 76,19 persen," pungkas Kiki.

 

3 dari 4 halaman

ADB Setujui Pinjaman ke Indonesia Rp 7,5 Triliun Demi Dongkrak Inklusi Keuangan

Bank Pembangunan Asia (ADB) akan meningkatkan perannya dalam membantu Indonesia untuk meningkatkan inklusi keuangan. Upaya ini menjadi satu kunci kemajuan Indonesia ke depannya.

ADB telah menyetujui pinjaman senilai USD 500 juta atau sekitar Rp7,5 triliun untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Peningkatan tersebut dilakukan melalui reformasi yang akan meningkatkan akses layanan keuangan bagi kelompok rentan, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), perempuan, pemuda, dan penduduk desa

"ADB akan melaksanakan subprogram kedua dari Program Promosi Inklusi Keuangan Inovatif (Promoting Innovative Financial Inclusion Program) untuk mendukung dan melengkapi upaya pemerintah mendorong inklusi keuangan di bawah Visi Indonesia 2045," kata Spesialis Sektor Keuangan ADB untuk Asia Tenggara Poornima Jayawardana dikutip dari Antara, Rabu (16/11/2022).

Reformasi kebijakan yang didukung melalui subprogram tersebut didasarkan pada infrastruktur digital, teknologi keuangan, dan kerja sama dengan sektor swasta, beserta peningkatan kerangka regulasi untuk mengawasi perilaku pasar dan perlindungan konsumen.

Upaya untuk meningkatkan literasi keuangan dan literasi keuangan digital juga akan diintensifkan guna mendorong inklusi keuangan yang responsif.

"Reformasi yang dilaksanakan melalui subprogram ini akan membantu meningkatkan standar kehidupan masyarakat berpenghasilan rendah, menggalakkan pengembangan UMKM, mendatangkan lebih banyak peluang kerja, serta mengatasi kemiskinan dan ketimpangan sosial,” imbuh Poornima.

4 dari 4 halaman

Dukung Pemulihan Ekonomi

Upaya Indonesia untuk mencapai resiliensi iklim dan bencana, serta pemulihan ekonomi pasca-COVID-19, juga akan didukung melalui subprogram ini.

Sementara itu, Bank Pembangunan Jerman KfW juga akan memberi pembiayaan bersama (cofinancing) untuk subprogram ini dengan pinjaman yang nilainya setara 300 juta Euro atau sekitar 301,3 juta dolar AS.

Ia menilai subprogram ini diperlukan karena Indonesia memiliki jumlah penduduk unbanked atau belum tersentuh layanan keuangan perbankan terbesar keempat di dunia.

"Hampir separuh dari penduduk dewasa di Indonesia tidak memiliki rekening keuangan formal, yang dianggap sebagai ukuran dasar inklusi keuangan," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.