Sukses

Pembangunan Berkelanjutan Punya Peran Penting di Proses Pemulihan Ekonomi

Dampak dari pandemi dan perang Rusia-Ukraina membuat semua kegiatan ekspor-impor dan kegiatan ekonomi lainnya terhenti menyebabkan seluruh dunia menghadapi perlambatan ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan memiliki peran penting dalam proses pemulihan ekonomi pasca pandemi yakni manusia, sosial, alam, dan fisik.

Hal itu disampaikan Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal Sektoral Kemenkeu Titik Anas, dalam The 1st International Student Leaders Meeting 2022 dengan tema Collective Actions for Transforming Sustainable Universities in the Post-Pandemic Time, Selasa (22/11/2022).

Dia mengatakan, tantangan itu meningkat dari waktu ke waktu karena pandemi dan perang di Ukraina yang memberikan tantangan kepada semua orang, tidak hanya kepada Pemerintahan, tetapi juga publik secara umum. Oleh karena itu, penting untuk mendorong dan memperkuat SDGs.

“Karena SDG akan menjadi salah satu yang akan terpengaruh secara signifikan oleh penurunan ekonomi. Pandemi bisa mengubah arah kebijakan di seluruh dunia, namun seakan belum cukup, bencana lain yang sudah disebutkan sebelumnya, perang pun meletus, dan ini tidak hanya mempengaruhi ekonomi yang sedang berkonflik tetapi juga seluruh dunia,” kata Titik Anas.

Dampak dari pandemi dan perang Rusia-Ukraina membuat semua kegiatan ekspor-impor dan kegiatan ekonomi lainnya terhenti menyebabkan seluruh dunia menghadapi perlambatan ekonomi.

Perlambatan ekonomi dan resesi di beberapa negara menyebabkan peningkatan pengangguran, karena banyak perusahaan menurunkan anggaran mereka, dan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja karyawan mereka.

“Bahkan sebelum pandemi dan perang beberapa negara berkembang menghadapi masalah kemiskinan dan masalah sosial. Itulah mengapa SDG menjadi sangat penting, dan pandemi serta Perang telah menyebabkan masalah yang ada lebih sulit untuk ditangani,” ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cepat Pulih

Kendati demikian, Indonesia di antara negara-negara G20 dan ASEAN, Indonesia merupakan salah satu negara yang relatif cepat pulih dari pandemi. Fundamental ekonomi Indonesia tetap kokoh.

“Pertumbuhan PDB Kami Seperti yang Anda ketahui, tahun ini terus berkembang pesat tumbuh 5 persen pada kuartal satu, dan 5,4 persen kuartal dua, dan 5,7 persen pada kuartal tiga. Jadi kami memiliki pondasi yang sangat kuat,” ungkapnya.

Pemulihan ekonomi yang lebih kuat didukung utamanya oleh permintaan domestik dan pertumbuhan ekspor yang solid. Penanganan pandemi yang efektif dan dukungan kebijakan baik pada permintaan untuk memasok daya beli melalui bantuan sosial dan subsidi. Kemudian keringanan pajak untuk perusahaan.

3 dari 4 halaman

Wanti-Wanti Jokowi: Hati-Hati Buat Kebijakan, Salah Sedikit Kita Berdarah-darah

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mewanti-wanti jajaran menteri di kabinetnya soal pilihan kebijakan yang diambil. Menurutnya, dalam mengambil kebijakan, perlu dilakukan secara hati-hati.

Kalau tidak, akan berimbas buruk pada kondisi ekonomi Indonesia. Hal ini juga disampaikannya untuk para pengusaha muda yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).

"Kalau ekonomi dunia gonjang-ganjing hati-hati, lanskap ekonomi global nanti juga akan bisa berimbas ke kita, oleh sebab itu strateginya harus benar. Ini betul-betul harus hati-hati mengelola dalam posisi dunia global yang sulit diprediksi sulit dihitung, sulit dikalkulasi," ungkapnya dalam pembukaan Musyawarah Nasional Hipmi, mengutip YouTube Sekretariat Presiden, Senin (21/11/2022).

"Hati-hati membuat kebijakan, begitu salah sedikit, bisa berdarah-berdarah dan itu sudah ada contohnya, saudara-saudara tau," tegasnya.

Dia menuturkan kalau Indonesia kini tengah memiliki lanskap ekonomi yang baik. Sebut saja, angka pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2022 sebesar 5,72 persen, inflasi 5,7 persen, dan konsumsi rumah tangga mencapai 5,4 persen. Tingkat ekspor juga masih tumbuh sebesar 21,6 persen.

 

4 dari 4 halaman

Cerita Inggris

Sementara itu, Jokowi menuturkan, kalau di Inggris tengah dalam kondisi yang tak sebaik Indonesia. Ini jadi salah satu imbas dari salahnya mengambil kebijakan dalam merespons kondisi ekonomi global.

"Inggris, salah sedikit kebijakan, salah membuat policy, hasilnya bisa kemana-mana. Inilah yang kita tidak mau. Saya selalu berpesan kepada seluruh menteri, hati-hati membuat kebijakan dalam posisi yang sangat rentan seperti ini, jangan keliru, jangan salah. Utamanya yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak," bebernya.

"Kenapa tiap hari, setiap minggu saya masuk ke pasar-pasar, baru saja tadi pagi saya masuk ke pasar di Boyolali, saya cek harga-harga yang naik apa, harga yangbstabil apa, supaya kita dapat feeling-nya, jangan keliru kita membuat kebijakan," sambung Jokowi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.