Sukses

Deretan Miliarder Kehilangan Harta Gara-gara Skandal, Terlibat Kasus Penipuan Hingga Ujaran Kebencian

Berikut adalah sederet miliader yang mengalami kerugian terbesar karena terlibat kasus penipuan hingga ujaran kebencian.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, sejumlah miliarder harus gigit jari usai mengalami penurunan besar-besaran kekayaan mereka. 

Namun sebagian dari mereka juga harus merugi karena terlibat kasus penipuan, utang yang besar hingga tindakan yang menuai kecaman publik.

Dilansir dari Forbes, Selasa (22/11/2022) sebut saja mantan CEO cryptocurrency FTX, Sam Bankman-Fried menjadi sorotan ketika hanya dalam beberapa hari melihat keruntuhan kripto terbesar.

Ada juga dua taipan superkaya yang tidak pernah masuk daftar miliarder Forbes tetapi juga mengalami kerugian besar yakni Bernie Madoff (wafat pada 2021 lalu), atas kasus penipuan skema Ponzi terbesar dalam sejarah, dan Bill Hwang dari Archegos Capital Management, yang perusahaan investasinya runtuh hampir dalam semalam.

Berikut adalah sederet miliader yang mengalami kerugian terbesar karena terlibat kasus penipuan, gagal bayar utang hingga ujaran kebencian :

1. Kanye West

Pada bulan Oktober 2022, rapper ternama Kanye West mendapat banyak kecaman terkait komentarnya yang dianggap memiliki unsur antisemitisme.

Komentar tersebut mendorong berbagai pemutusan kerja sama antara sang rapper dengan berbagai brand mode ternama, salah satunya Adidas, Gap, hingga Balenciaga. 

Pada April 2022, kekayaan Kanye West bernilai USD 2 miliar atau sekitar Rp 31,4 triliun.

Terlepas dari kerugian pada bisnisnya, rapper yang kini dikenal sebagai Ye itu masih mengantongi kekayaan sebesar USD 400 juta dari real estat pribadinya, katalog musik, uang tunai, dan 5 persen saham di Skims, merek pakaian senilai USD 3,2 miliar yang dimiliki oleh mantan istrinya, Kim Kardashian.

2. Nirav Modi

Pengusaha berlian asal India, Nirav Modi kehilangan kekayaannya senilai USD 1,8 miliar (Rp 28,2 triliun)karena kasus penipuan. Awal bulan ini, Pengadilan Tinggi di London memerintahkan ekstradisi terhadap Nirav.

Sebagai informasi, Nirav Modi dituduh menipu Bank Nasional Punjab milik negara sebesar USD 1,8 miliar untuk mendanai ekspansi perusahaannya yang sekarang bangkrut, Firestar International.

Modi melarikan diri dari India pada 2018 tak lama sebelum kasus itu pecah dan setahun kemudian terlihat di jalan-jalan London. Tak lama setelah itu, otoritas menangkapnya hingga berjalannya pengadilan.

Pihak berwenang India telah memulihkan utang Nirav Modi dengan menyita dan menjual asetnya, termasuk koleksi seninya yang sangat berharga. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

3. Rishi Shah

Rishi Shah menjadi pendiri startup media kesehatan buzzy Outcome Health, dan mengumpulkan USD 600 juta pada Mei 2017.

Namun, setelah dua tahun memasuki daftar miliarder, Rishi Shah dan dua eksekutif Outcome Health didakwa dengan kasus penipuan karena diduga mencuri uang yang bernilai sekitar USD 1 miliar dari klien, pemberi pinjaman, dan investor dengan salah menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dan keberhasilan produknya.

Ketiganya mengaku tidak bersalah setelah mereka didakwa pada 2019, dan akan menjalani persidangan pada 2023. Sebelum terlibat kasus tersebut, kekayaan Rishi Shah mencapai USD 3,6 miliar (Rp 56,5 triliun)

4. John Kapoor

Pengusaha dan investor industri farmasi asal India, John Kapoor merupakan pendiri, CEO, dan ketua produsen obat Insys Therapeutics, yang pada 2015 mengantongi kekayaan senilai USD 3,3 miliar (Rp 51,8 triliun).

Pada Oktober 2017, Kapoor ditangkap dan didakwa bersekongkol menyuap dokter untuk meresepkan Subsys semprotan fentanil perusahaan, yang dirancang untuk meringankan rasa sakit terkait kanker, kepada pasien yang tidak membutuhkannya.

Insys menyatakan kebangkrutan dan mengatakan akan menutup operasinya pada 2019.

Pengusaha yang keluar dari daftar miliarder Forbes hanya beberapa bulan setelah penangkapannya, menghadapi dakwa hukuman penjara lima setengah tahun pada 2020 setelah pengadilan menemukan dia dan empat eksekutif Insys lainnya bersalah atas tindak pidana pemerasan.

Dia akan dibebaskan pada Agustus 2024, menurut Biro Penjara Federal.

3 dari 5 halaman

5. Orang Terkaya di Brasil, Eike Batista

Pengusaha minyak dan gas asal Brasil, Eike Batista pernah mengatakan kepada Forbes bahwa dia akan menjadi orang terkaya di dunia (gelar yang sejak itu diberikan kepada CEO Tesla Elon Musk).

Pada awal 2012, kekayaan Eike Batista bernilai sekitar USD 30 miliar (Rp 471,6 )karena harga perusahaan energinya yang diperdagangkan secara publik, yang bertempat di bawah perusahaan induk EBX Group, melonjak.

Namun dalam setahun, di tengah kegagalan memenuhi target produksi dan keuangan, kerajaan energinya mulai runtuh.

Saat itu, perusahaan minyak andalannya OGX telah melebih-lebihkan cadangan minyaknya.

OGX mengajukan kebangkrutan pada tahun 2013 setelah gagal membayar pembayaran obligasi sebesar USD 45 miliar, menandai default perusahaan terbesar dalam sejarah di kawasan Amerika Selatan.

Batista dijatuhi hukuman 30 tahun penjara pada tahun 2018 karena diduga menyuap mantan Gubernur Rio de Janeiro, Sergei Cabral senilai USD 16,5 juta dengan imbalan kontrak negara. Dia kini dilaporkan tinggal di rumahnya di bawah tahanan rumah.

4 dari 5 halaman

125 Miliarder Dunia Jadi Penghasil Emisi Karbon Sejuta Kali Lebih Banyak dari Orang Biasa

Hasil penelitian Oxfam International menemukan fakta mengagetkan, di mana investasi 125 miliarder terkaya di dunia paling ikut bertanggung jawab dengan tingginya emisi karbon dunia.

Dalam laporan Oxfam berjudul 'Miliarder Karbon: Emisi investasi orang-orang terkaya di dunia,' menyebutkan jika para miliarder ini menyumbang rata-rata tahunan 3 juta ton emisi karbon dioksida per tahun. Angka ini lebih dari satu juta kali rata-rata orang dari 90 persen warga biasa di bumi.

Melansir laman the Wire, Senin (7/11/2022), orang super kaya memiliki saham kolektif senilai USD 2,4 triliun di 183 perusahaan.

Kemudian secara kumulatif, 125 miliarder ini mendanai 393 juta ton CO2e (setara karbon dioksida) per tahun, yang setara dengan emisi karbon tahunan Prancis, negara berpenduduk 67 juta orang. 

“Emisi dari gaya hidup miliarder – karena seringnya mereka menggunakan jet pribadi dan kapal pesiar – ribuan kali lipat dari rata-rata orang, yang sama sekali tidak dapat diterima. Tetapi jika kita melihat emisi dari investasi mereka, maka emisi karbon mereka lebih dari satu juta kali lipat,” kata Nafkote Dabi, Pemimpin Perubahan Iklim di Oxfam International.

Laporan tersebut juga menyebutkan bila investasi para miliarder di industri yang menimbulkan polusi seperti bahan bakar fosil dan semen mencapai dua kali lipat rata-rata. Mereka masuk dalam kelompok Standard and Poor yang terdiri dari 500 perusahaan.

Tercatat hanya satu miliarder dalam sampel penelitian yang memiliki investasi di perusahaan energi terbarukan.

5 dari 5 halaman

Angkanya Bisa Lebih Tinggi

Laporan tersebut mengatakan bahwa angka sebenarnya kemungkinan akan lebih tinggi lagi, karena emisi karbon yang diterbitkan perusahaan "telah terbukti secara sistematis meremehkan tingkat sebenarnya dari dampak karbon".

Laporan juga itu tidak termasuk data miliarder dan perusahaan yang tidak mengungkapkan emisi mereka secara terbuka.

"Untuk menempatkan segala sesuatunya ke dalam perspektif, masing-masing miliarder ini harus mengelilingi dunia hampir 16 juta kali dengan jet pribadi untuk menciptakan emisi yang sama," kata laporan itu.

Dibutuhkan 1,8 juta sapi untuk mengeluarkan tingkat CO2e yang sama seperti masing-masing dari 125 miliarder. Hampir empat juta orang harus menjadi vegan untuk mengimbangi emisi masing-masing miliarder.

“Tanggung jawab utama dan berkembang dari orang kaya untuk emisi keseluruhan jarang dibahas atau dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan iklim. Ini harus berubah. Investor miliarder di puncak piramida perusahaan ini memiliki tanggung jawab besar untuk mendorong kerusakan iklim. Mereka sudah terlalu lama lolos dari pertanggungjawaban,” kata Amitabh Behar, CEO Oxfam India.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.