Sukses

Rupiah Tertekan Terus Gara-Gara Dolar AS Pulang Kampung

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh agresifnya Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga acuannya

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh agresifnya Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga acuannya sebesar 3,75 sampai 4 persen.

"Kalau Amerika masih naikan suku bunga, pasti dolarnya balik pulang ke Amerika. Dolarnya balik ke Amerika harga dolarnya pasti tambah kuat," kata Suahasil saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jumat (4/11/2022).

Dia menyebut, kondisi The Fed menaikkan suku bunganya membuat dolar yang beredar di seluruh dunia, termasuk negara berkembang akan kembali ke AS, lantaran masyarakat justru tertarik menyimpan uangnya di perbankan dibandingkan untuk digunakan (spending).

"Dolar AS di seluruh dunia pengin balik ke Amerika supaya dapat bunga yang tinggi itu. Jadi, bergeraklah seluruh dolar dari emerging market pergi pulang kampung," ujarnya.

Kendati demikian, sebelumya dalam Rapat Komite Stabilitas sistem keuangan (KSSK) yang dihadiri oleh Menteri Keuangan Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terungkap  stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah tren menguatnya Dolar AS.

Indeks nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) mencapai level tertinggi dalam dua dekade terakhir yaitu 114,76 pada tanggal 28 September 2022.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rupiah Tertekan 8,6 Persen

Sementara itu, nilai tukar rupiah sampai dengan 31 Oktober 2022 terdepresiasi 8,62 persen (ytd), relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. 

Contohnya, India  yang terdepresiasi 10,20 persen, Malaysia terdepresiasi 11,86 persen, dan Thailand terdepresiasi 12,23 persen.

Depresiasi ini sejalan dengan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.

Tren depresiasi nilai tukar negara berkembang tersebut didorong oleh menguatnya Dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, terutama AS.

3 dari 3 halaman

Rupiah Pagi Ini

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah seiring pelaku pasar yang menantikan data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS).

Kurs rupiah pagi ini melemah 48 poin atau 0,31 persen ke posisi 15.743 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.695 per dolar AS.

"Rupiah masih terus tertekan karena lebih terpengaruh oleh sentimen global," kata Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubrotosaat dikutip dari Antara, Jumat (4/11/2022).

Menurut Rully, pasca-pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) kemarin dolar AS cenderung naik. Saat ini Indeks Dolar AS masih di kisaran 112 hingga 113.

"Hal ini terutama karena terminal rate dari The Fed, dimana puncak yang akan terjadi kemungkinan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya," ujar Rully.

Selain itu, lanjut Rully, pelaku pasar kini juga tengah menunggu rilis data tenaga kerja AS nanti malam.

"Kalau ternyata Non Farm Payroll (NFP)-nya lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat pengangguran AS lebih rendah dari perkiraan, saya rasa berpotensi untuk kembali menekan rupiah," kata Rully.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.