Sukses

Resesi 2023 Mengancam, Buruh: Menteri Jangan jadi Provokator

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meminta Para Menteri Perekonomian berhenti untuk memprovokasi buruh dan masyarakat terkait isu resesi global.

Liputan6.com, Jakarta Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meminta Para Menteri Perekonomian berhenti untuk memprovokasi buruh dan masyarakat terkait isu resesi 2023.

Hal tersebut terkesan menakut-nakuti rakyat, padahal ekonomi Indonesia selama ini tumbuh positif dibanding negara lain.

“Kami minta kepada Menteri-Menteri terkait perekonomian jangan menakut-nakuti rakyat ‘menjadi provokator’ bahwa tahun 2023 ekonomi gelap akan ada resesi. Menurut ILO governing body benar ada fakta 2023 di mulai akhir tahun 2022 tanda-tanda resesi sudah melanda dunia,” kata Presiden KSPI Said Iqbal, dalam Konferensi Pers - Penjelasan Rencana Aksi di Kemnaker dan Kantor Pusat PLN, Rabu (2/11/2022).

Said menjelaskan, yang dia pahami soal resesi adalah pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Misalnya di Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Australia, ada yang pertumbuhan ekonominya negatif berturut-turut, bahkan terjadi lonjakan inflasi hingga dua digit.

Selain itu, daya beli masyarakat di Eropa dan Amerika turun akibat dua hal. Pertama, harga pangan yang mahal karena mereka mengkonsumsi gandum melambung tinggi, dan penyebab kedua adalah harga energi yang mahal terutama gas.

Penyebabnya adalah perang Rusia dan Ukraina, karena kedua negara tersebut penghasil gandum terbesar di dunia. AKibat perang terganggu pasokan gandum sehingga melambung harga gandum. Tak hanya itu saja, harga energi juga melambung akibat perang Rusia-Ukraina. Karena Rusia menyetop pasokan gas ke Uni Eropa yang dampaknya kemana-mana.

“Sehingga harga gas melambung tinggi. Sedangkan Uni Eropa tidak menggunakan Batu Bara karena ada standar Euro, eco green istilahnya energi yang ramah lingkungan. Penyebab perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga gandum dan energi melambung tinggi, itulah yang menyebabkan krisis di Amerika dan Eropa, itulah ancaman resesi,” jelasnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Provokasi Rakyat

Menurutnya, isu tersebut jangan terlalu digembar-gemborkan sehingga memprovokasi rakyat. DIa menilai, untuk mengurus pertumbuhan ekonomi dalam negeri adalah urusan para Menteri perekonomian yang terkait, jangan malah menakut-nakuti rakyat dengan isu resesi global.

“Jangan isu itu ditarik ke Indonesia, jangan menjadi provokatornya rakyat, jangan menakut-nakuti rakyat. Itu urusanmu sebagai Menteri gak usah ngadu ke rakyat, para Menteri di bidang perekonomian harus membantu Presiden Jokowi menjaga ekonomi Indonesia tetap positif,” ujarnya.

Padahal Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022 mencapai 5,44 persen (yoy), mengindikasikan pemulihan yang terus berlanjut dan semakin menguat. Bahkan, IMF dan Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh positif. Dia pun mempertanyakan isu resesi tersebut pengaruhnya ke Indonesia.

“Kita lihat pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,1 persen pada kuartal II, kuartal III diperkirakan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Perekonomian juga tumbuh di angka 5 persenan. Kalau saya baca dilansir IMF dan bank dunia, ekonomi Indonesia tumbuh tinggi ketiga diperkirakan 4,7 persen. Jadi yang resesi apa?,” ungkapnya.

 

3 dari 3 halaman

Narasi Negatif

Lebih lanjut, dia juga menyoroti pengusaha-pengusaha yang memanfaatkan narasi negatif yang dibangun Menteri-menteri perekonomian terkait isu resesi global.

KSPI meminta agar para Menteri Perekonomian fokus bekerja mengurus perekonomian dibanding menakut-nakuti rakyat.

“Bagaimana Menteri cara kerjanya kok memprovokasi buruh dan rakyat dan didukung oleh pengusaha hitam yaitu pengusaha yang cengeng berlindung di ketiak pemerintah minta pajak dikurangi, pengusaha yang pro upah murah,  itu pengusaha hitam. Kami minta Menteri itu fokus kerjanya jangan memprovokasi rakyat,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.