Sukses

Wempi Saputra, Anak Buah Sri Mulyani Jadi Direktur Eksekutif Bank Dunia

Kabar penunjukan Wempi Saputra sebagai Direktur Eksekutif Bank Dunia disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu,

Liputan6.com, Jakarta Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Menteri Keuangan Wempi Saputra terpilih sebagai Direktur Eksekutif Bank Dunia.

Kabar ini disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, melalui akun resminya @febriokacaribu, Kamis (27/10/2022).

"Ucapan selamat saya tujukan pada Pak Wempi Saputra (kiri) dengan jabatan barunya sebagai Executive Director World Bank. Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Menkeu ini tak diragukan lagi kemampuannya," jelas dia dalam akun resminya.

Ternyata selain Wempi Saputra, Analis Kebijakan Ahli Madya BKF Dalyono juga ikut boyong ke Washington. "Di posisi Senior Adviser adalah Pak Dalyono (kanan) yang juga akan berkantor di Washington DC. Beliau telah lama mengabdi di Badan Kebijakan Fiskal," kata dia.

Febri menyebut pengalaman keduanya selama di Kemenkeu memegang isu kerjasama keuangan internasional termasuk saat memimpin proses presidensi G20 Indonesia akan sangat dibutuhkan di posisi baru.

Dia pun memberikan harapan kepada keduanya. "Saya harap dua perwakilan Kemenkeu ini bisa menjembatani kepentingan Indonesia dan World Bank demi kesejahteraan bangsa," dia menandaskan.

 

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Febrio Kacaribu (@febriokacaribu)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bank Dunia: Nilai Mata Uang Loyo, Harga Pangan dan BBM Naik

Bank Dunia menyorot melemahnya nilai mata uang di negara-negara berkembang, sehingga berdampak ke harga pangan, serta BBM. Namun, harga dinilai akan turun sedikit tahun depan. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Kamis (27/10/2022), ekonom senior Bank Dunia John Baffes pada Rabu (26/10) mengatakan, “kami telah melihat penurunan sejumlah harga komoditas dibanding level tertinggi yang dialami di awal tahun. Namun ketika kita melihat harga domestik, terjadi sedikit peningkatan di sana karena apresiasi dolar."

"Pada saat yang sama, kami memproyeksikan harga-harga akan turun sedikit tahun depan. Ada sejumlah risiko terkait perkiraan kami. Risiko terbesar datang dari lingkungan makro ekonomi, di mana kita memiliki dolar yang kuat dan biaya pinjaman yang tinggi. Tetapi pada saat yang sama ada hambatan dari ekonomi global karena banyak negara yang mungkin akan mengalami resesi pada tahun 2023 nanti," lanjut Baffes.

Dalam Outlook Pasar Komoditas terbaru, pemberi pinjaman multilateral itu mengatakan harga minyak di pasar global telah turun 6% sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Namun, nilai tukar yang lemah telah membuat hampir 60% negara berkembang membayar lebih besar selama periode ini.

“Secara global harga energi telah banyak turun. Harganya sedikit turun pada kuartal terakhir ini. Namun, di Eropa harga energi tetap tinggi. Misalnya gas alam. Harga gas alam Eropa yang diperdagangkan selama beberapa bulan terakhir ini sepuluh kali lebih tinggi dibanding rata-rata lima tahun. Ini kenaikan yang sangat besar. Kami juga melihat kenaikan harga yang tinggi pada energi lain, misalnya batu bara. Ada kenaikan harga batu bara sekitar 150 hingga 200%,” ujar Baffes.

Sementara itu hampir 90% negara-negara ini juga mengalami peningkatan harga gandum yang lebih besar dalam mata uang lokal dibandingkan kenaikan dalam mata uang dolar Amerika. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.